Tuah “Tuhan” di AC Milan

waktu baca 4 menit

KEMPALAN: AC Milan ingin mengembalikan masa kejayaannya yang gemilang pada era 1990-an ketika Rossoneri menjadi raja Italia dan menguasai Eropa. Kerja keras, nasib baik, dan pertolongan Tuhan, dibutuhkan untuk mewujudkan obsesi itu.

Kerja keras sudah ditunjukkan oleh arsitek tim Stefano Pioli yang bisa menularkan semangat pantang menyerah dalam permainan Milan di lapangan. Nasi baik tetap dibutuhkan oleh sebuah tim untuk bisa menghindari nasib buruk, seperti kalah dari tim papan bawah maupun datangnya badai cedera yang sulit diprediksi. Milan sejauh ini masih dicintai Dewi Fortuna, nasib baik selalu menyertai.
Pertolongan Tuhan, tentu saja menjadi faktor wajib, karena sering ada keajaiban yang membuat sebuah tim medioker menjadi juara, atau tim bagus harus menangis karena gagal menjadi juara. Itu kalau Anda percaya pada campur tangan Tuhan dalam olahraga.

AC Milan sekarang mendapatkan tidak cuma satu, tapi dua pertolongan Tuhan. Satu Tuhan (dengan huruf besar) dan tuhan (dengan huruf kecil). Siapa tuhan huruf kecil itu, dialah Zlatan Ibrahomovich yang sekarang membawa Milan ke puncak klasmen dengan 46 poin dari 20 pertandingan, meninggalkan saingan utama Inter di posisi kedua dengan 44 poin. Petahana Juventus ada di posisi keempat dengan 39 poin dari 19 pertandingan.

Kompetisi masih setengah jalan. Apapun bisa terjadi. Tapi tren separoh musim ini menunjukkan kinerja Milan cukup istiqomah. Dan pertolongan Tuhan dan tuhan akan membawa Milan ke tangga juara.

Menjelang usia 40 tahun umumnya atlet sudah pensiun dan menikmati masa tua. Tapi  Ibra yang sekarang berusia 39 tahun masih tetap bertaji dan berbisa. Ia menjadi tukang gedor paling produktif di depan gawang dengan 12 gol dan menjadi pencetak gol terbanyak di bawah Cristiano Ronaldo dengan 15 gol dan Ciro Immobile dengan 13 gol.

Ibra menjadi magnet dan inspirasi bagi rekan-rekannya. Ia seolah-olah membawa kekustan ekstra setiap kali terjun ke palagan menghadapi lawan-lawannya. Suporter Milan memujanya sepenuh jiwa-raga. Mereka menyebut Ibra sebagai representasi tuhan. Pemain Milan Theo Hernandez menyebut Ibra sebagai Tuhan AC Milan.

Ibra punya kepercayaan diri yang ekstra tinggi. Ia menyamakan dirinya dengan singa dan mempunyai kekuatan dan metabolisme tubuh seperti singa yang berbeda dari manusia. Ia sembuh lebih cepat ketika cedera karena ia singa bukan manusia.

Ketika masih membela PSG (Paris Saint Germain) di Prancis Ibra menyamakan kebesaran dirinya dengan Menara Eifel dan menyebut dirinya layak dibuatkan patung diri setinggi Menara Eifel. Itulah Ibrahimovich. Sebutlah dia arogan, sombong, overconfident. Tapi dia sumbut perkataan dengan kenyataan. Karena itu Milan bisa memberikan kepercayaan penuh kepadanya untuk kembali ke masa kegemilangan.

Generasi pecinta Liga Italia pada 1990-an pasti tidak bisa melupakan gemerlap kompetisi Serie A itu. Sebuah kompetisi sepakbola paling bergengsi dunia tempat pemain terbaik dari seluruh dunia bersaing menjadi yang terbaik.

AC Milan klub ibukota milik pengusaha Silvio Berlusconi menjadi salah satu klub paling dekoratif dengan bintang-bintang terbaik. Milan menguasai Liga Italia dan Eropa melalui trio Belanda yang fenomenal, Rud Gullit, Frank Rijkard, dan Marco van Basten.

Era 2000-an pendulum bergeser ke Spanyol dengan kemunculan permainan tiki-taka yang dipandegani Barcelona dengan superstar Lionell Messi. Lalu Spanyol redup ketika Messi mulai uzur dan Ronaldo migrasi ke Italia.

Liga Inggris dianggap paling menarik dan kompetitif. Tapi Liga Italia juga mulai mendapatkan auranya kembali.
Milan beruntung karena Zlatan Ibrahimovic memilih kembali ke  Italia. Menurut mantan bek Milan, Marcel Desailly, Rossoneri membutuhkan kepemimpinan Ibrahimovic untuk rampungkan misi kebangkitan mereka.

Sejak bergabung musim lalu Ibrahimovic  membawa Milan ke posisi luar biasa musim ini.

Milan tak terkalahkan. Ibrahimovic disebutnya menjadi sosok yang ditiru oleh pemain muda. Ini yang membuat pemain Milan lebih bergairah musim ini. Manajer Stefano Pioli yakin Milan yang diperkuat banyak pemain muda memiliki masa depan yang cerah di Italia.

Dalam wawancara dengan Goal, Desailly mengatakan,  “Saya hanya cinta dua
yaitu Chelsea dan Milan. Yang lucu dengan Milan sekarang, saya hanya kenal Ibrahimovic.

Saya tahu pemain lain berbakat tapi saya hanya kenal Zlatan Ibrahimovic pemimpin tradisional di skuat. Namun saya pikir dia tipikal sosok yang orang tiru karena dia bisa membuat perbedaan.”

Ia menambahkan, “Orang-orang percaya dengan CV yang dimilikinya. Saya kagum karena di usia 39 tahun dia masih perkasa, sulit lakukan itu di usianya. Dia bukan masa depan, tapi pemimpin yang dibutuhkan Milan untuk rampungkan misi mereka.”

Desailly tidak peduli Ibra sudah berusia 39 tahun, Desailly meyakini sosok Ibrahimovic sudah berpengaruh besar di ruang ganti Milan. Karena itu, bersama Ibra obsesi Milan untuk meraih kembali masa-masa gemilang diyakini akan segera datang. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *