Indonesia Gelap

waktu baca 4 menit
#IndonesiaGelap (foto: dradio.id)


Oleh: Dhimam Abror Djuraid

KEMPALAN: Beberapa hari ini Indonesia gelap. Bukan karena listrik mati, tapi karena ribuan mahasiswa di berbagai kota turun ke jalan. Mereka melakukan unjuk rasa dengan tema ‘’Indonesia Gelap’’. Para mahasiswa khawatir nasib Indonesia akan gelap jika kebijakan yang dilakukan oleh Presiden Prabowo Subianto tidak dikoreksi atau dihentikan.

Baru empat bulan menjabat tapi Prabowo sudah digoyang oleh demonstrasi mahasiswa dalam skala besar. Dibanding dengan demo mahasiswa yang pernah ada selama 10 tahun terakhir, demo Indonesia Gelap termasuk besar. Ribuan mahasiswa membakar foto Prabowo, Gibran, dan Jokowi. Ribuan mahasiswa terlibat adu dorong dengan polisi.

Indonesia Gelap menjadi ujian bagi Prabowo. Pekan lalu pada acara hari ulang tahun Gerindra ke-17, Prabowo dengan penuh percaya diri meneriakkan ‘’Hidup Jokowi’’ berkali-kali. Ia dengan lantang dan terbuka mengakui bahwa kemenangannya dalam pilpres 2024 yang lalu adalah berkat dukungan Jokowi.

Prabowo terbuai. Lepas kontrol. Ia menyindir para pengritiknya yang dianggapnya nyinyir. Prabowo kemudian menyebut ‘’Ndasmu’’. Meskipun suaranya dikecilkan dan berusaha menjauh dari mik, tapi gaung ucapan Prabowo itu menggema kemana-mana.

Prabowo kesal karena kabinetnya yang gemoy banyak dikritik. Ia membela diri dengan memperbandingkan Indonesia dengan Timor Leste yang juga punya kabinet gemoy. Alih-alih, pembelaan Prabowo malah menjadi bumerang. Membandingkan Indonesia dengan Timor Leste tentu bukan perbandingan apel dengan apel.

Entah mengapa Prabowo, yang suka baca buku dan punya banyak referensi, kali ini tidak punya argumen yang meyakinkan. Ia defensif dan terlihat tidak berdaya. Prabowo tidak bisa menjelaskan secara filosofis mengapa ia membutuhkan kabinet yang gemuk. Di saat banyak negara merampingkan kabinet, Indonesia malah menggemukkan kabinet.

Ungkapan ‘’Ndasmu’’ menunjukkan bahwa Prabowo frustrasi terhadap para pengiritknya. Ini bukan kali pertama Prabowo lepas kontrol di atas podium. Ia pernah melakukan hal serupa ketika merespon Capres Anies Baswedan yang menyoal etika politik Prabowo.

Dalam sebuah acara Partai Gerindra Prabowo merespons Anies dengan menyebut ‘’Ndasmu’’. Bagi Prabowo, hal itu mungkin dianggap sebagai humor. Tapi tidak bagi publik. Kalau hal itu dianggap sebagai humor bisa disimpulkan bahwa selera humor Prabowo rendah.

Dalam terminologi Jawa, kata ‘’ndasmu’’ adalah ungkapan kasar. Masyarakat Jawa yang halus bahkan tidak menyebut kepala dengan sebutan ‘’ndas’’, tapi ‘’sirah’’. Banyak orang Jawa yang menganggap kepala itu sakral, tidak boleh disentuh, karena kepala menjadi bagian yang keluar terlebih dahulu saat kelahiran.

Alasan itu terkesan mengada-ada. Tapi dipercaya banyak orang. Ketika ditanya bagaimana kalau kelahirannya sungsang, tidak bisa menjawab. Seorang teman bule mengatakan, orang Indonesia tidak mau dipegang kepalanya karena takut otaknya lepas, karena otak orang Indonesia lemah.

Jokowi yang hadir di acara ulang tahun Gerindra membuat Prabowo makin terbang tinggi. Ia memuji Prabowo sebagai presiden terkuat di dunia. Dukungan kepada Prabowo sangat kuat dari parpol dan parlemen. Saking kuatnya, tidak ada yang berani mengritik Prabowo. Karena tidak berani mengritik Prabowo, para kritikus kemudian mengarahkan kritiknya kepada Jokowi. Begitu kata Jokowi disambut tepuk tangan.

Sebelumnya, di acara Kongres Muslimat NU di Surabaya (11/2) Prabowo secara terbuka mengatakan bahwa ia berguru politik kepada Jokowi. Ini bukan kali pertama Prabowo mengatakannya. Ia pernah mengatakan hal yang sama saat masih menjadi menteri pertahanan.

Love affair Prabowo-Jokowi memuncak pada acara ulang tahun Gerindra. Ungkapan ‘’Hidup Jokowi’’ oleh Prabowo memunculkan ‘’backlash’’, gelombang serangan balik kepada Prabowo. Sebagian kalangan yang selama ini menaruh harapan kepada Prabowo menyatakan ‘’enough is enough’’. Mereka menyatakan mufaroqoh, memisahkan diri dari Prabowo.

Penyelesaian kasus pagar laut mengecewakan banyak aktivis demokrasi. Kasus ini diselesaikan dengan melokalisasi tersangka hanya kepada pejabat setingkat kepala desa. Harapan sebagian publik yang menghendaki aktor intelektual diungkap dan ditangkap menguap begitu saja.

Banyak indikasi yang mengarah kepada keterlibatan oligarki dalam kasus itu. Banyak yang menganggap kasus pagar laut ini warisan dari masa kepresidenan Jokowi. Banyak yang menuntut agar Jokowi bertanggung jawab terhadap masalah ini. Banyak yang menutut supaya Jokowi diadili.

Prabowo justru pasang badan. Ia mengecam orang-orang yang ingin memisahkannya dari Jokowi. Sementara Jokowi juga memamerkan dukungannya secara terbuka kepada Prabowo. Dua orang itu setali tiga uang. Begitu simpulan para pengritiknya.

Gerakan Indonesia Gelap menjadi ujian bagi Prabowo. Mahasiswa menuntut program-program unggulan Prabowo dievaluasi. Program makan gratis yang menjadi andalan Prabowo dikecam keras karena dianggap tidak tepat sasaran. Program efisiensi yang dibanggakan oleh Prabowo dianggap salah sasaran oleh mahasiswa.

Prabowo bertindak dengan memecat menteri pendidikan tinggi Satryo Soemantri Brodjonegoro. Sejak awal Satryo sudah menjadi sasaran spekulasi akan menjadi menteri yang menjadi korban pemecatan. Hanya empat bulan menjabat akhirnya dia digusur.

Timing penggusuran di tengah demonstrasi mahasiswa menjadi indikasi bahwa Prabowo makin kecewa karena menteri tidak bisa mengendalikan mahasiswa. Nasib menteri yang tidak punya ‘’dekengan’’ parpol selalu rawan pemecatan.

Gerakan Indonesia gelap diperpanjang sehari sampai Jumat (21/2). Kali ini tuntutannya bertambah satu lagi, yaitu adili Jokowi.

Indonesia gelap. Masa depan pemerintahan Prabowo juga gelap. (DAD)

Penulis; Ketua Dewan Pakar PWI Pusat, pengajar ilmu komunikasi Unitomo, Surabaya

Editor: Nur Izzati Anwar (Izzat)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *