Income Per Capita dan Tingkat Kriminalitas Negara

waktu baca 3 menit
Singapura negara teraman di dunia.(*)

KEMPALAN : Jumat 23 November pukul 18.19, saya dapat pesan di messenger dari Mbak Roosyana Ernawati — saya biasa memanggil dengan: Bu Eng.

Beliau putri bungsu salah satu tokoh Surabaya : Cak Kadar (Kadaruslan).

Isi pesan itu antara lain bahwa foto profil saya di Facebook dipakai oleh seseorang yang menamakan dirinya : Ahsan Jihadan. Nomor teleponnya : 08126587640. Jelas, itu bukan nomor telepon saya. Punya saya terbilang jadoel. Masih 10 angka.

Tentu saja Bu Eng tidak hafal nomor saya. Saat panggilan telepon diangkat, seketika itu Bu Eng kaget karena beliau hafal suara saya. Karena itu bukan suara saya.

Lantas dijawab Bu Eng dalam percakapan sehari sebelumnya dengan pemakai foto profil saya itu, Kamis 22 November pukul 12.28 : “Maaf, saya masih ngajar.”

“Nanti habis ngajar tolong hubungi aku, ya…” kata “Ahsan Jihadan” itu.

“Ya tidak saya telepon balik, Pak. Gelagatnya mencurigakan,” tulis Bu Erna di messenger.

Pada hari yang sama Kamis itu, saya mendapat pesan di kotak WA teman lama saya seorang guru yang akrab dengan seniman (mungkin sekarang sudah pensiun), begini: Ada saldo. Kalau ada nanti sore saya ganti.

Pesan ini mencurigakan. Tidak ada sapaan ‘Assalamu’alaikum’, atau ‘selamat pagi-siang-malam’. Juga tak ada penyertaan pemanis sapaan, seperti ‘pak’, ‘cak’ atau ‘mas’.

Saya tidak angkat telepon untuk ngecek nada suara itu, benar atau tidak seandainya saya telepon itu nada suara teman lama yang saya maksud di atas.

Lantas pesan permintaan itu tidak saya jawab. Saya diamkan. Bahkan tak lama kemudian saya blokir.

By the way, bunyi pesan polosan tanpa sapaan dan pemanis sapaan sebagaimana saya sebut di atas, saya cirikan sebagai khas penipu di dunia medsos.


Setelah mendapat pesan dari Bu Eng, saya lantas mikir, apakah segala bentuk penipuan, kebohongan, pencurian, korupsi, dan segala tindakan kriminalitas, ada hubungannya dengan kondisi negara berkembang atau yang kehidupan ekonomi masyarakatnya terbilang rendah?

Sebagaimana saya baca di google, income per capita Indonesia saat ini tercatat 4.580 US dollar (setiap warga negara per tahun). Dengan income per capita sebesar itu, Indonesia tercatat nomor 20 tingkat kriminalitasnya dihitung berdasarkan 163 negara. Juara 1 untuk angka kriminalitas dipegang oleh Myanmar yang dulu negara itu disebut Burma.(Income per capitanya 1.190 US dollar).

Untuk negara teraman se-Asia Tenggara diraih Singapura dengan income per capita 84.736 US dollar. Indonesia menempati urutan ke-11 negara teraman dari 12 negara anggota ASEAN.

Sementara itu negara terkaya nomor 1 di dunia yaitu Luxemburg dengan income per capita 143.742 US dollar, angka kriminalitasnya hampir 0, berdasarkan indeks kriminalitas.

Jadi, negara dengan income percapita relatif rendah, mengindikasikan angka kriminalitas tinggi? Umumnya begitu.

Sepuluh besar angka kriminalitas tinggi dunia, yaitu Myanmar, Kolumbia, Mexico, Paraguay, Republik Konggo, Nigeria, Afrika Selatan, Irak, Afghanistan, Lebanon — income percapitanya berkisar antara 4.000 – 6.000 US dollar.

Tetapi soal kedekatan tingkat pendapatan ekonomi yang rendah dengan tingginya angka kriminalitas tidak sepenuhnya benar. Bhutan sebuah negara di Asia Selatan, income percapitanya cuma 3.610 US dollar. Namun masuk deretan negara teraman nomor 17 di dunia.

Ternyata negara teraman di dunia adalah Singapura, jadi jelas kalau otomatis teraman nomor 1 di Asteng. (Amang Mawardi).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *