Ketemu Pelukis Buggy Kupu di PSLI XIV

waktu baca 2 menit
Pelukis Buggy Kupu di booth nomor 70 PSLI XIV (*)

KEMPALAN : Pelukis berwajah Arjuna ini identik dengan kupu-kupu. Oleh sebab itu ia seringkali dipanggil dengan ‘Buggy Kupu’.

Identik yang bagaimana? Sebagai pelukis realisme dekoratif, selalu menyertakan hewan indah kupu-kupu dalam setiap lukisan karyanya.

Minggu sore 17 November 2024, saat nonton PSLI (Pasar Seni Lukis Indonesia) ke-14 di Jatim Expo, Surabaya, secara tidak sengaja saya ketemu dengannya di booth nomor 70.

Saya sudah kenal lama dengan sosok ini, dikenalkan Toto Sonata jurnalis yang penyair. Akhirnya Buggy saya podcast melalui channel saya di YouTube.

Dari pertemuan hari itu, saya memperoleh data baru, di antaranya sudah 5 kali ia bergabung dengan PSLI.

Sebetulnya kalau dihitung sudah 10 kali, yang 5 kali dilakukan secara kolektif gabung dengan teman-teman pelukis lainnya dalam satu booth.

Saya bertanya, “kenapa selalu menyertakan kupu-kupu?”

Lantas Buggy menjawab bahwa kupu-kupu sarat keindahan dan kelembutan.

Selain itu, “saya banyak belajar dari hewan ini dalam hal komposisi warna,” ujar pelukis yang rambut sebahunya dicat warna keemasan.

Sedangkan dari sisi filosofi, selain indah dan lembut, “kupu-kupu menyiratkan guyub rukun saat terbang 3-4 ekor mendatangi bunga-bunga dan dedaunan.”

Kata Buggy, meski usia kupu-kupu relatif pendek yakni 14 – 28 hari, hewan ini telah memberi arti keindahan bagi manusia yang melihatnya. “Mungkin seperti bunyi puisi pujangga Chairil Anwar: sekali berarti, sudah itu mati.”

Buggy mengaku belum pernah berpameran tunggal. Ia mulai berpameran bersama pada tahun 1984.

Sedangkan sebagai pelukis non-akademis, ia pernah mendapat bimbingan dari John Bensi seorang pelukis asal Sumatra saat Buggy yang lahir di Surabaya pada 24 Juni 1963 ini, tinggal di kota yang banyak melahirkan seniman-seniman besar itu.

Nama Buggy di akta kelahirannya : Budijanto.

Dan salah satu lukisannya yang saya kagumi adalah yang ukuran jumbo, berjudul “Jutaan Kupu-Kupu di Atas Borobudur”. Tapi lukisan ini tidak ada di booth-nya. Sudah lama laku. (Amang Mawardi).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *