Negara-Negara Eropa dan Muslim Bertemu di Spanyol Bahas Jadwal Pembentukan Negara Palestina

waktu baca 2 menit
Foto : Reuters (Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez berpose untuk foto keluarga dengan Menteri Luar Negeri Spanyol Jose Manuel Albares, Sekretaris Jenderal Urusan Luar Negeri Spanyol Emma Aparici, dan Menteri Luar Negeri Uni Eropa)

SPANYOL-KEMPALAN : Pada hari Jumat, (13/9), Spanyol menjadi tuan rumah pertemuan tingkat tinggi dari beberapa negara Muslim dan Eropa mengenai, dalam rangka mencari cara untuk mengakhiri perang Gaza.

Dalam kesempatan ini, Spanyol menekankan perlunya masyarakat internasional untuk menetapkan jadwal yang jelas dalam melaksanakan solusi dua negara untuk konflik Israel-Palestina.

Dilansir dari Reuters, Menteri Luar Negeri Spanyol, Jose Manuel Albares, menyatakan, “Kita bertemu untuk mendorong lagi agar perang di Gaza berakhir dan mencari jalan keluar dari lingkaran kekerasan yang tak berujung antara Palestina dan Israel… Jalan itu jelas. Penerapan solusi dua negara adalah satu-satunya jalan.”

Pertemuan tersebut dihadiri oleh rekan-rekan Albares, termasuk dari Norwegia dan Slovenia, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell, Perdana Menteri Palestina Mohammad Mustafa, serta anggota Kelompok Kontak Arab-Islam untuk Gaza seperti Mesir, Arab Saudi, Qatar, Yordania, Indonesia, Nigeria, dan Turki. Israel tidak diundang karena tidak termasuk dalam kelompok kontak tersebut. Albares menambahkan, “Kami akan senang melihat Israel di meja mana pun di mana perdamaian dan solusi dua negara dibahas.”

Sejak 28 Mei, Spanyol, Norwegia, dan Irlandia secara resmi mengakui negara Palestina yang bersatu, mencakup Jalur Gaza dan Tepi Barat dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya. Dengan pengakuan ini, 146 dari 193 negara anggota PBB kini mengakui Palestina.

Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez telah menekankan bahwa koeksistensi dua negara berdaulat di wilayah bekas Mandat Palestina adalah satu-satunya jalan menuju perdamaian yang layak. Meskipun solusi dua negara telah ditetapkan dalam Konferensi Madrid 1991 dan Perjanjian Oslo 1993-95, proses perdamaian telah mengalami kebuntuan selama bertahun-tahun.

Pencarian solusi damai menjadi semakin mendesak akibat perang 11 bulan di Jalur Gaza antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas, yang merupakan episode paling berdarah dalam konflik tersebut, serta meningkatnya kekerasan di Tepi Barat yang diduduki. Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, direbut oleh Israel dalam perang Timur Tengah 1967 dan telah diduduki sejak saat itu, dengan perluasan pemukiman Yahudi memperumit situasi. Israel juga menganggap jaminan keamanan sebagai hal yang sangat penting.

Menteri Luar Negeri Norwegia, Espen Barth Eide, menambahkan bahwa pertemuan ini juga perlu membahas demobilisasi Hamas dan normalisasi hubungan antara Israel dan beberapa negara lain, terutama Arab Saudi. (Izzat)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *