Kata Pak Hasan Sitorus, Seniman Itu Jujur
KEMPALAN : Sepuluh hari lalu saya dapat pesan dari sastrawati Zoya Herawati yang sebulan sebelumnya menerima penghargaan dari Depdikbudristek sebagai salah satu dari 12 sastrawan Jawa Timur yang telah mengabdi di dunia sastra selama 50 & 40 tahun. Seminggu setelah Zoya menerima piagam penghargaan dan uang sebesar Rp 25 juta itu, dia dan suami mengundang sejumlah sahabatnya yang wartawan dan seniman untuk syukuran di Depot Pecel Bu Kus Jl. Barata Jaya XX.
Nah, pesan via WA 10 hari lalu itu bunyinya kurang lebih begini : Mohon hadir pada acara temu kangen Jumat 30 Agustus ’24 pukul 18.30 di Dapur Fizzul Jl. Karang Menjangan no. 15 Surabaya.
Saya terus mikir : ‘lho ini acara apa lagi, habis dari Depot Pecel Bu Kus, masih dilanjut lagi di Dapur Fizzul’.
Mungkin Zoya bisa menduga kalau pesan undangan singkat itu akan menimbulkan tanda tanya saya.
Baru saja saya mikir soal “keanehan” ini, di layar HP saya muncul wajah Zoya Herawati (tak ada suara panggilan karena HP saya silent-kan).
Baru saya ‘ngeh’. “Ini yang punya gawe Pak Hason Sitorus. Kenal kan sama Pak Hason?” kata Zoya dengan memberi tambahan bahwa Pak Hason Sitorus juga ingin mensyukuri pengabdiannya di dunia sastra selama 40 tahun itu.
Saya terus terang –mohon maaf– belum kenal dengan sosok yang dimaksudkan Zoya itu. Tetapi nama Hason Sitorus sudah lama saya dengar. Selain sebagai pegiat sosial, Hason dikenal sebagai maisenas kesenian. Terutama sebagai (semacam) pem-back up kesenian tradisi, khususnya ludruk. Manifestasinya, sejak lama lahan dan bangunan cukup luas di Jl. Karang Menjangan no. 21 Surabaya miliknya, dijadikan Rumah Budaya Rakyat lengkap dengan panggung pertunjukan ditunjang sound system dan lighting.
Saat diundang Kris Maryono pegiat literasi yang pensiunan jurnalis RRI Surabaya pada peluncuran buku ‘Berjuang untuk Hidup, Hidup untuk Berjuang’ bunga rampai tulisan komedian Jawa Timur pada 15 Juli 2023 di Rumah Budaya Rakyat, Hason Sitorus hadir memberikan sambutan. Kesan saya sosok bertubuh atletis ini ramah dan kalem.
Nah, pada jamuan makan malam yang dihadiri wartawan dan seniman Toto Sonata, Rusdi Zaki, Zoya Herawati dan Pak Mardani (suami), Achmad Zainuri, dan saya bahwa Hason yang pemilik Hotel Kita, sentra kuliner dan beberapa rumah kos ini, menyatakan kekagumannya : seniman itu jujur.
“Itu yang saya sangat menaruh respek,” tambahnya.
(Tapi saya juga membatin: seniman yang gak jujur ya ada, Pak. Semoga tidak banyak; sama halnya profesi dokter yang sering dikatakan memegang idealisme kode etik, tapi yang jadi proxy industri farmasi juga tidak sedikit, Pak; atau pengacara yang katanya menjunjung tinggi idealisme ya masih banyak, sama banyaknya dengan yang mempermainkan pasal-pasal hukum). Jadi, inilah keniscayaan.
Banyak sebetulnya yang diobrolkan malam itu seputar dunia kreativitas seniman. Sayang banyak yang tidak bisa saya tangkap dengan jelas, berhubung ‘abd’ (alat bantu dengar) saya lupa gak kebawa.
Btw, masakan Maluku Dapur Fizzul, mak nyus Pak Hason Sitorus!
Amang Mawardi.