HB Jassin, Sang Paus Sastra Indonesia

waktu baca 3 menit
HB Jassin (*)

KEMPALAN: Sesekali rubrik sastra Minggu, memang tak harus bicara sastra Jawa Timur. Barangkali perlu juga bicara tokoh kritikus sastra Indonesia yang berwibawa di zamannya. Beliau ini bernama Hans Bague Jassin atau biasa menyingkat namanya dengan HB Jassin, yang punya predikat sebagai Paus Sastra Indonesia.

Cerita soal Paus Sastra Indonesia yang mendirikan Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin, di Jalan Cikini Raya 73 Jakarta; saya jadi ingat ketika pernah mampir ke kantor ini. Pada saat iu, saya ikut sempat diundang  mengikuti acara Pertemuan Puisi Indonesia 1987 di Jakarta.

Ikut gabung dan baca puisi di Teater Arena – Taman Ismail Marzuki-Jakarta. Melihat dari dekat PDS HB Jassin, ternyata beberapa karya puisi saya yang termuat di beberapa koran, juga terkliping dan tersimpan di sana. Luar biasa! Begitu pula buku-buku puisi stensilan karya saya, dan sempat saya kirimkan ke PDS HB Jassin; ternyata juga tersimpan baik di kantor tersebut. Sungguh, luar biasa! Apa data itu, hingga kini masih ada. Wallahu alam bissawab.

Ketika itu saya juga tak menyangka bila karya-karya sastra berupa puisi dari mana saja terkliping dan didokumentasikan oleh HB Jassin. Bahkah beberpa buku kumpulan puisi stensilan pun juga tersimpan rapih, waktu itu. Adakah sekarang masih ada, tak tahu lah saya? Yang pasti, ketika itu terdokumentasikan oleh PDS HB Jassin. Ampuh temenan!

Menurut catatan Wikipedia, Dr. (HC). Hans Bague Jassin, S.S., M.A., Ph.D., atau lebih sering disingkat menjadi H.B. Jassin (lahir 31 Juli 1917 –  wafat 11 Maret 2000)  ini adalah  seorang pengarang, penyunting, cendekiawan muslim dan kritikus sastra berdarah Gorontalo dan berkebangsaan Indonesia. H.B. Jassin memiliki gelar adat Pulanga Gorontalo, yaitu “Ti Molotinepa Wulito” (putra terbaik yang menguasai bahasa).

Tulisan-tulisannya digunakan sebagai sumber referensi bagi pelajaran bahasa dan sastra Indonesia di kalangan sekolah dan perguruan tinggi dengan menggolongkan angkatan sastra. Dia mendirikan Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin yang dikenal luas sebagai pusat dokumentasi sastra Indonesia terbesar dan terlengkap di dunia. 

Masih dari catatan Wikipedia, H.B. Jassin meninggal dunia pada hari Sabtu, 11 Maret 2000 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dalam usia 82 tahun. Ia meninggalkan empat anaknya yaitu Hannibal Jassin, Mastinah Jassin, Julius Firdaus Jassin, Helena Magdalena Jassin serta 10 orang cucu dan 1 orang cicit. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata, Jakarta.

Karya-karya beliau antara lain: Gema Tanah Air (1948), Kesusastraan Indonesia di Masa Jepang (1948), Amir Hamzah Raja Penyair Pujangga Baru (1962), Pujangga Baru: Prosa dan Puisi (1963), Angkatan 66: Prosa dan Puisi (1968), Heboh Sastra 1968 (1970), Polemik: Suatu Pembahasan Sastra dan Kebebasan Mencipta Berhadapan dengan Undang-Undang dan Agama (1972). 

Karya terjemahannya: Chusingura karya Sakae Shioya (terjemahan bersama Karim Halim) (1945), Renungan Indonesia karya Sjahrazad (1947), Terbang Malam karya A. de St. Exupery (1949), Api Islam karya Syed Ameer Ali (1966), Cerita Panji dalam Perbandingan karya Poerbatjaraka (terjemahan bersama Zuber Usman) (1968), Max Havelaar karya Multatuli (1972), Cis karya Vincent Mahieu (1976), Cuk karya Vincent Mahieu (1976), Pemberontakan Gudalajara karya J. Slauerhoff (1976), Al Qur’anul’-karim – Bacaan Mulia (1978), Teriakan Kakatua Putih: Pemberontakan Pattimura di Maluku karya Joohan Fabricius (1980), Berita Besar (1984).

Paus sastra Indonesia, HB Jassin inilah yang membela penulis cerpen “Langit Medung,” karya Ki Panji Kusmin yang heboh itu. Bahkan beliau harus dipenjara, atas kasus heboh sastra tahun 1960-an ini. Nama beliau memang tidak setenar Chairil Anwar yang telah beliau tempatkan sebagai pelopor sastra Angkatan ’45; tapi keikhlasan berkarya sastra inilah yang insyaAllah akan menuai hadiah surga. Aamiin YRA.

Pada penghujung Juli 2023 ini, tidaklah salah apabila masyarakat sastra ikut mendoakan sang Paus Sastra Indonesia HB Jassin, semoga amalan baiknya dalam ranah sastra akan mendapatkan surganya Allah SWT. Aamiin YRA. 

(Aming Aminoedhin).**

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *