Memoar Wartawan Biasa-Biasa Saja
Bulan lalu Amang Mawardi melaunching buku “Senja Keemasan Peter A. Rohi”, sekarang dia meluncurkan buku terbaru berisi memoarnya sebagai wartawan yang “biasa-biasa saja”. Justru di balik “biasa-biasa saja” itulah Amang Mawardi menjadi wartawan dan penulis yang luar biasa karena produktivitasnya yang tinggi.
KEMPALAN: Buku saya ke-15 baru saja terbit, judulnya seperti tertulis pada cover buku di foto di atas. Tak ada kata pengantar di buku ini dari sosok yang saya anggap kompeten yang biasanya saya sertakan pada buku-buku saya sebelumnya.
Yang ada opini dari sosok-sosok yang sebelumnya rajin mengikuti serial “Memoar Wartawan Biasa Biasa” yang saya posting di akun Facebook saya sejak 12 Desember 2022, yang kemudian saya bukukan.
Serial ini berjumlah 31 artikel yang lantas saya genapkan menjadi 35 artikel. Yang 4 artikel saya ambil dari buku ke-14 saya yaitu “Senja Keemasan Peter A. Rohi” dengan penyuntingan di sana-sini untuk menyesuaikan dengan sikon ke-memoar-an buku terbaru saya. Lantas saya tempatkan pada artikel nomor 31, 32, 33, dan 34.
Apakah opini-opini ini endorsement? Gak tahu saya. Mungkin iya, mungkin tidak.
Yang jelas saya tidak membayar mereka, tidak memberi mereka imbalan dalam bentuk apa pun. Tentu teman-teman tahu, mereka adalah sahabat-sahabat saya. Persahabatan, sebagaimana kita tahu, tak bisa diukur dengan materi.
Landasan persahabatan adalah ketulusan, kejujuran. Kira-kira begitu maknanya.
Tentu saja, saya yakin mereka tulus. Mereka jujur!
Saya rasa, untuk membuktikan hal itu, Anda sahabat-sahabat Facebook saya yang budiman, sebaiknya membaca buku ini.
Baiklah, saya kutip opini-opini mereka:
“Memoar Wartawan Biasa-Biasa” menjadi luar biasa di tangan wartawan senior Amang Mawardi. Ia mampu mengangkat hal-hal sepele menjadi sesuatu yang luar biasa, mampu mengasah perak menjadi emas.
Yang ditulisnya adalah kejadian masa lampau, bahkan banyak peristiwa lebih dari empat puluh tahun lalu. Namun demikian, dapat diceritakan kembali dengan gamblang.
Ia sangat peka dan cermat pada lingkungan, humanis, dan jujur. Tulisan yang menyangkut pribadinya pun tidak ditutup-tutupi.
Dengan kepiawaiannya mengolah bahasa, membuat pembaca tersenyum, tertawa, atau tersentuh perasaannya oleh peristiwa tragis yang ditulisnya. (Dr. Suharmono K. Sastrawan, akademisi).
Membaca “Memoar Wartawan Biasa-Biasa” saya menangkap kejujuran penulisnya. Ini penting ! Sebab, sesungguhnya fakta tidak boleh dimanipulasi. Begitulah esensi wartawan sejati. (Toto Sonata, wartawan, penyair).
‘Biasa’ tapi sesungguhnya ‘luar biasa’, karena ditulis oleh sosok yang lahir dan besar di jagad kewartawanan. Pilihan diksi yang serenyah rempeyek, menjadikan buku ini ringan dikunyah namun penuh gizi literasi. (Dr. Nur Sodik Gunarjo, pegiat komunikasi publik).
Journalist never die. Ungkapan ini persis yang saya amati dari sosok Amang Mawardi. Selain itu, dari buku ini, saya menangkap esensi filosofis yang tersari-pati dari pengalamannya yang panjang bergaul dengan berbagai strata masyarakat. “Memoar Wartawan Biasa-Biasa” mengindikasikan bahwa sesungguhnya penulisnya bukan wartawan biasa- biasa. (Santoso, penulis buku, pernah Ketua PWI Perwakilan Madiun).
Awal kenal beliau tahun 1980-an, saat sama-sama aktif di Sanggar Sastra “6 Januari 73 Art”. Bersama Mas Rusdi Zaki dan Mas Hare Rumemper, pernah saya ajak jadi juri lomba deklamasi di pabrik tekstil di Rungkut, Surabaya.
Tahun 1990-an, orang-orang Jakarta bilang, kalau tak ingin ketinggalan berita, baca saja Harian Pos Kota. Nah, jika tak ingin ketinggalan peristiwa jurnalistik tahun 1980-1990-an di Jawa Timur, baca tulisan-tulisan Mas Amang di buku ini! (Wahyu Istianto, Direktur PT. Delta Surya Textile, Pasuruan).
“Memoar Wartawan Biasa Biasa DI SENJA WAKTU AKU TULIS BUKU” Tebal viii + 204 halaman; Konten 35 artikel; Penerbit Literasi Lohjinawi – Cetakan I Juli 2023; Harga Rp 85.000 (belum ongkir); Rekening Amang Mawardi, BCA 6750798916; Info 081730683
Demikian sekilas narasi buku ini.
Semoga Sang Khaliq senantiasa memberi berkah dan kesehatan yang baik buat Anda semua.
Oleh: Amang Mawardi, Penulis dan Jurnalis Senior