Macaya Marquez, Jurnalis yang Telah Meliput 17 Piala Dunia
QATAR-KEMPALAN: Federasi Sepakbola Dunia (FIFA) telah memberikan penghargaan kehormatan kepada Enrique Macaya Marquez, seorang jurnalis yang telah berjasa meliput 17 turnamen Piala Dunia.
Marquez termasuk di antara 82 jurnalis yang menerima penghargaan kehormatan dari FIFA di Doha Qatar.
Penghargaan tersebut diberikan FIFA untuk para jurnalis yang telah berjasa dalam meliput delapan atau lebih turnamen Piala Dunia.
FIFA menyebutkan bahwa mereka sangat menghargai peran para jurnalis yang membuat sepak bola menjadi olahraga paling populer di dunia.
Oleh karena itu, FIFA ingin memberikan penghormatan kepada umur panjang dan komitmen para jurnalis yang telah meliput delapan atau lebih turnamen Piala Dunia FIFA. Semua jurnalis menerima replika kecil trofi Piala Dunia dari FIFA.
Di antara 82 jurnalis yang menerima penghargaan, Enrique Macaya Marquez adalah jurnalis yang memegang rekor terpanjang dengan total 17 kali liputan.
Marquez telah meliput seluruh Piala Dunia FIFA sejak tahun 1958. Pada usianya yang telah menginjak 88 tahun, Marquez masih tetap turun untuk meliput Piala Dunia 2022 di Qatar.
Pada sesi wawancara, Marquez mengatakan bahwa dirinya masih mengingat perjalanan pertamanya saat meliput Piala Dunia. Pada usia 23 tahun, Marquez terpilih untuk pergi meliput ke Piala Dunia 1958 di Swedia.
Marquez mengatakan bahwa bepergian ke Eropa tidaklah mudah pada masa itu. Pesawat yang dia naiki saat itu harus melakukan begitu banyak pemberhentian untuk mengisi bahan bakar.
Marquez juga mengatakan bahwa teknologi Penyiaran sangat berbeda dengan saat ini. Tak mudah untuk menyiarkan informasi pada saat itu.
“Anda membutuhkan pengetahuan, dan Anda harus tahu bagaimana mengkomunikasikan apa yang Anda ketahui, Anda harus tahu bagaimana menangani teknologinya, Anda harus mengetahui permainan dan menafsirkannya dengan benar.” katanya Marquez, dikutip FIFA.com.
“Itu (menyiarkan berita) tidak mudah saat itu dan Anda harus belajar sepanjang waktu, berbicara dengan orang dan belajar dari mereka, itulah caranya agar menjadi lebih baik.” tambahnya.
(*) Edwin Fatahuddin