Otopsi Ulang
KEMPALAN: ANDA sudah hafal meme ini: polisi tembak polisi, CCTV yang duluan mati. Atau yang ini: polisi tembak polisi, di rumah polisi, diperiksa polisi… justru saya lupa terusan bunyi meme itu.
Saya ikut mati: mati angin. Pekerjaan lagi menggunung –1001 gunung ukuran 48 semua. Berita penembakan di Duren Sawit 3 itu hanya terbaca sepotong-sepotong. Ada satu berita yang kelihatannya agak panjang: judulnya ”Sembilan Keanehan…”. Begitu saya buka, berita itu dipotong menjadi lima laman. Saya jengkel. Gak mau lagi membuka halaman 2 dan seterusnya. Juga begitu banyak iklan di berita itu. Ribet.
Saya urung ingin mengutip ”Sembilan keanehan….” itu. Toh Anda juga sudah membacanya.
Tapi hari ini adalah hari Minggu. Biasanya Disway terbit dengan berita penembakan. Benar. Banyak sekali penembakkan di Amerika. Polisi pun ditembak: 3 polisi mati. Ditambah anjing pelacaknya.
Tapi saya malu menulis tentang itu. Kan ada gajah di pelupuk mata. Mengapa harus melihat kota kecil Allen di pelosok Kentucky.
Tapi gajah itu terlalu besar. Saya sulit harus meraba bagian mananya. Maka saya mencari sisi lain saja dari gajah itu: saya telepon jaringan Disway di Jambi.
“Tolong kirim wartawan ke kampungnya Brigadir Joshua Hutabarat,” pinta saya ke pimpinan harian Jambi Ekspres Syarkawi.
“Siap,” jawabnya.
“Berangkat setelah Subuh ya, biar bisa untuk Disway edisi tembak-menembak Minggu,” kata saya.
Tiga wartawan pun meninggalkan Jambi. Sabtu kemarin. Sebelum pukul 06.00. Mereka naik mobil menyusuri jalan utama ke arah Palembang. Sebelum perbatasan Jambi-Sumsel mereka harus belok kanan. Memasuki kawasan kebun sawit yang luas. Itulah kebun sawit yang sudah berumur lebih 15 tahun.