Korut Pamer Delapan Misilnya, AS-Korsel Langsung Balas
PYONGYANG-KEMPALAN: Korea Utara telah meluncurkan uji coba delapan misilnya ke Timur Pesisirnya—sehari setelah Korea Selatan dan AS mengadakan latihan militer gabungan di Laut Internasional Okinawa, Jepang selama tiga hari.
Dalam klarifikasinya, Korea Utara mengatakan bahwa latihan gabungan tersebut menjadi kelanjutan dari ‘Kebijakan Agresif’ AS kepada Pyongyang sehingga mereka harus mempertahankan dirinya.
Korea Utara kemudian meluncurkan delapan misilnya.
Ketua Staff Militer Gabungan Korea Selatan mengatakan bahwa misil tersebut ditembakkan dari kawasan Sunan.
Misil tersebut terbang sejauh perkiraan 110-600 KM dengan ketinggian 25-90 KM.
Dengan adanya peluncuran tersebut, maka secara total pada tahun 2022, Korea Utara telah meluncurkan misil sebanyak 18 kali.
Korea Utara juga sudah mencetak rekor dengan peluncuran Misil Antarbenua selama lima tahun terakhir.
Korea Selatan dan AS juga memberikan prediksi bahwa Korea Utara sedang mempersiapkan peluncuran uji coba nuklir di kawasan Punggye-ri.
Dalam menanggapi tindakan Korea Utara tersebut, Presiden Korea Selatan langsung mengadakan Pertemuan Dewan Keamanan Nasional.
Ia memerintahkan untuk memperluas daerah deterrence di Semenanjung Korea dan meminta AS melanjutkan membantu postur pertahanan Korea Selatan.
Dalam pertemuan tersebut, muncul juga kesimpulan bahwa peluncuran misil tersebut menjadi ‘Tes’ kesiapan pertahanan Korea Selatan dibawah Presiden baru.
Kemudian, karena merasa terancam dan tindakan Korea Utara ‘Provokatif’, AS-Korsel juga membalasnya dengan mengirimkan delapan misil.
Dalam pernyataannya, Korea Selatan memberikan detail bahwa peluncuran delapan misil tersebut terjadi pada waktu 4.45 Pagi waktu setempat.
Disebutkan juga bahwa tujuan utamanya adalah untuk ‘Mengecek kembali kesiapan Korea Utara atas tindakan provokatifnya’.
“Negara kami mengutuk keras tindakan Korea Utara yang meluncurkan delapan misil serta mendesak untuk segera menghentikan tindakan terebut karena sangat provokatif” ucap Ketua Staff Militer Gabungan Korea Selatan.
Presiden Korea Selatan baru yaitu Yoon Suk-Yeol yang baru menjabat bulan lalu berjanji untuk lebih tegas terhadap Korea Utara—dan memiliki rencana untuk mengembangkan program nuklir.
Rencana tersebut kemudian disetujui oleh AS.
AS juga pada awal bulan mencoba untuk memberikan sanksi ke Korea Utara melalui Dewan Keamanan PBB—namun gagal karena di Veto oleh Rusia dan Tiongkok.
(Aljazeera/CNN, Muhamad Nurilham)
