HARARE-KEMPALAN: Dalam beberapa bulan hingga setahun belakangan, masyarakat Zimbabwe seringkali terlibat dalam konflik—bukan dengan manusia, tapi dengan gajah.
Hal tersebut terjadi karena pada saat ini, musim panas di Zimbabwe menimbulkan banyak keresahan—makanan dan air menjadi semakin langka.
Tidak hanya dirasakan oleh manusia, hewan liar juga sangat terdampak dari adanya musim panas di Zimbabwe tersebut.
Selama beberapa tahun belakangan, hewan liar seperti gajah dan lainnya mulai masuk ke kawasan pemukiman manusia untuk dapat bertahan hidup.
Serangan dari hewan liar tersebut mengakibatkan banyak kerugian mulai dari hilangnya lahan pertanian hingga lainnya.
Kejadian tersebut terjadi di Taman Nasional Hwange yang merupakan tempat penangkaran hewan liar terbesar di Afrika.
Taman Nasional Hwange berukuran 14,600 Km persegi yang menjadi tempat tinggal bagi 100 mamalia dan 400 spesies burung.
Selama beberapa tahun terakhir, populasi gajah meningkat secara drastis—menambah 50,000 dan melebihi kapasitasnya yaitu 10,000 gajah.
Berdasarkan data dari Zimpark, badan manajemen taman tersebut mengatakan bahwa pada tahun 2020, gajah tersebut melukai lebih dari 50 orang di sekitar dan juga 60 orang meninggal.
Karena curah hujan sangat rendah, musim panen menjadi terganggu dan kemudian membuat hasil panen juga menjadi buruk.
Gajah di Taman Nasional Hwange seringkali melakukan serangan secara berkala—sehingga masyarakat sekitar harus menggandakan pertahanannya.
Hal tersebut dikatakan oleh warga sekitar bahwa ia harus tetap terjaga tiap malamnya untuk melindungi lahannya supaya tidak diserang gajah.
“Kami tidak terlelap dengan tenang pada malam hari—harus terjaga untuk mengusir gajah yang datang untuk merusak panen kami” ucap warga sekitar bernama Mangwana, melansir dari Aljazeera.
Sudah banyak upaya dan studi yang dilakukan supaya gajah tidak masuk lagi ke pemukiman warga—seperti misalnya dengan menggunakan Bom Cabai, Pagar dengan Lebah hingga lainnya.
Namun hingga saat ini, masih terjadi serangan gajah tersebut.
(Muhamad Nurilham, Aljazeera)