Anies dan Angin Perubahan

waktu baca 4 menit
Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta.

KEMPALAN: Di awal dekade tahun 80 an, Klause Meine vokalis Group Band Scorpions asal Jerman menulis lagu Wind of Change yang bermakna runtuhnya Uni Soviet dan Bersatunya kembali wilayah negara Jerman barat dan timur setelah runtuhnya tembok berlin.

Masyarakat Jerman yang seharusnya bersatu dan bersaudara telah terpisahkan oleh tembok bersejarah yang merupakan simbol kekuasaan dan perbedaan aliansi pada masa itu.

Sejarah runtuhnya Uni Sovyet dan runtuhnya Tembok Berlin menjadi sebuah harapan bersatunya kembali Jerman tanpa adanya kepentingan blok blokan negara.

Nampaknya sejarah harapan baru mulai tumbuh setelah selama hampir 10 tahun negara mengalami pembelahan oleh kepentingan kekuasaan merasuki sebagian besar masyarakat Indonesia mulai dari Sabang sampai Merauke, dari Pulau Talaud sampai Pulau Rote.

Rakyat sudah mulai jengah, rakyat sudah mulai muak dengan kebijakan yang memporak porandakan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu sendi-sendi persatuan dan kegotong royongan.

Negara yang mestinya hadir menyejahterakan rakyat dan melindunginya, ternyata sekarang menjadi ancaman.

Negara tak lagi berpihak kepada rakyatnya, negara sudah kehilangan fungsi sebagai pelindung dan pensejahtera rakyat. Negara malah lebih sibuk melayani oligarki dan asing serta aseng.

Rakyat yang konon hidup di negara merdeka kini seolah hidup di negara terjajah. Mengalami hidup susah, serba mahal dan sulit didapat.

Kendali negara begitu kuat, rakyat menjadi lemah. Sehingga mestinya kita hidup dengan sendi demokrasi, kini kita menghadapi pemerintah yang menganut paham demo crazy. Negara cenderung menjadi diktator. Siapapun yang tidak sependapat maka akan mudah dikriminalisasi dan dilibas.

Keadilan sudah tak ada lagi, kebersamaan sudah menjadi ilusi, perbedaan yang seharusnya indah kini menjadi fantasi, perdamaian yang seharusnya menjadi ikatan kini tak ada lagi.

Sesama anak bangsa tak lagi bisa saling mengerti, mereka diintimidasi dengan pilihan kata aku dan kamu. Siapapun yang tidak sama dengan aku, maka dia bukan aku, dia adalah kamu, dan kamu adalah musuhku.

Nampaknya Jakarta dibawah kepemimpinan Anies Baswedan menjadi antitesa kepemimpinan pemerintah pusat yang cenderung pro oligarki dan memecah belah.

Anies hadir memimpin Jakarta dengan semangat perubahan, negara yang tadinya hadir dengan kekuasaan yang cenderung minta dikayani, kini hadir untuk melayani melindungi dan menyejahterakan kepentingan rakyat.

Anies tak lagi menempatkan posisi sebagai penguasa yang dilayani, tapi Anies selalu hadir melayani rakyatnya.

Penutupan izin reklamasi di Pantai Utara Jakarta adalah bukti yang jauh dari basa basi.

Pemberian IMB kepada 1000 kepala keluarga di Petamburan adalah bukti betapa Anies selalu dekat dengan kepentingan rakyat.

Yang terbaru Anies mampu menghadirkan ruang publik untuk merawat persatuan dan perdamaian, dibangunnya JIS yang menjadi kebanggan warga Jakarta dan Indonesia.

Tak berhenti hanya disitu, Anies juga tengah mempersiapkan sebuah sirkuit Formula E yang akan menjadi ajang lomba motor listrik dunia. Tentu ini akan sangat membanggakan Jakarta dan Indonesia.

Melalui event ini Anies ingin berpesan kepada semua bahwa Jakarta aman, Indonesia aman, dan Jakarta siap menerima mereka. Apa yang dilakukan Anies ini seharusnya menjadi tugas pemerintah pusat. Makanya tidak heran kalau kemudian Jokowi harus hadir ke sirkuit Formula E bersama Anies, karena Jokowi tak ingin disalahkan bahwa pemerintah pusat tidak melakukan apa-apa. Bersama Anies dan mendukung terlaksananya Formula E adalah sebuah keniscayaan.

Apa yang dilakukan Anies di Jakarta dengan sederet prestasi yang membanggakan apalagi jauh dari cengkeraman oligarki, menjadi harapan baru tersendiri bagi rakyat Indonesia. Anies menjadi angin perubahan menuju Indonesia yang damai dan menyejahterakan.

Bukan hanya rakyat Jakarta, rakyat Indonesia di seluruh pelosok Indonesia.

Berharap bahwa Anies menjadi angin perubahan.

Indikasi bahwa rakyat berharap kepada Anies terlihat dengan semaraknya sambutan mereka terhadap Anies dengan teriakan Anies presiden. Baliho baliho Anies presiden 2024 bertebaran dimana-mana, tanpa ada yang bisa lagi membendungnya.

Rakyat kini telah menjadi sukarelawan perubahan, mereka dengan suka hati menjadi relawan relawan Anies, relawan perubahan menuju Indonesia yang lebih baik dan menyejahterakan.

Dan tentu suasana ini sangat mengkhawatirkan bagi oligarki dan kekuasaan jahat yang mendominasi. Tak ada pilihan lagi, kecuali bersama Anies.

Anies talah menjadi harapan, Anies telah menjadi sebuah tiupan, bukan hanya tiupan angin, tapi Anies sudah menjadi hempasan badai perubahan, yang akan menggilas siapapun yang menghadang.

Semoga saja perubahan itu segera terjadi di tahun 2024 bersama Anies sang angin pembawa perubahan. (*)

Editor: DAD

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *