Lena Guslina dalam Realitas Underground

waktu baca 4 menit
Underground, Lena Guslina (*)

KEMPALAN : Jumat 26 Oktober 2024, saya mendapat kiriman video dari sobat Mohammad Rohanudin konten kreator channel YouTube ‘LvR’ (Live Visual Radio). Video berdurasi 3 menit 28 detik ini gambar thumbnail-nya berupa visualisasi tangan-tangan menggapai atas dimana pada tangan-tangan tersebut diperlihatkan ujung-ujung lengan baju berwarna hitam. Dan di bawah thumbnail tertulis judul :
UNDERGROUND – Lena Guslina.

Tentang Lena Guslina pernah saya singgung pada tulisan saya di media digital Kempalan.com. yang “tayang” pada 5 September 2024 dengan judul : Standar Estetika Seniman.

Pada feature 5 September yang antara lain membahas channel ‘LvR’ yang jumlahnya 113 konten itu, saya memberi penekanan bahwa channel ini menjadi lebih kuat dengan tampilan sejumlah video Lena Guslina dalam nomor-nomor tari kontemporer yang tidak saja dihadirkan pada panggung-panggung ruangan tertutup (indoor), juga dalam panggung-panggung alam terbuka (outdoor).

Dan pada ruang-ruang outdoor itulah Lena Guslina yang S1 jurusan Tari dari STSI (Sekolah Tinggi Seni Indonesia) Bandung, lebih mencuat secara visual estetik, sebagaimana terlihat pada judul-judul: Magnitude Purba (gua Sunyaragi, Cirebon), Saksi Bisu (Benteng Pendem, Ambarawa), Puisi Tubuh Perjalanan (hutan mangrove, Bali) dan masih banyak lagi tampilan outdoor lainnya — misal di Candi Prambanan, di pantai kawasan NTT, di reruntuhan bangunan, dan masih banyak lagi, termasuk yang dikirim pada Jumat 25 Oktober itu.

Ketika membaca judul UNDERGROUND asosiasi saya mengarah pada sesuatu yang sifatnya kiasan. Eits, ternyata saya benar-benar lupa soal “kebiasaan” Lena Guslina atau mungkin “way of life’ ‘LvR’ bahwa lebih menarik jika Lena Guslina tetap potensial estetik manakala me-ritme-kan gerak indah tubuhnya dalam ruang-ruang terbuka, sebagaimana senyatanya yang diperlihatkan pada UNDERGROUND, bukan dalam arti kiasan.

Dan ini bagi saya benar-benar ekstrem. Lena menari di bawah tanah di gorong-gorong — di saluran air — entah dimana ini. Adakah di Indonesia gorong-gorong setinggi 1,5 kali tubuh orang dewasa?

Sebuah gorong-gorong berbentuk huruf ‘T’, dimana ujung gorong-gorong ini sebidang tembok yang melatarbelakangi gerak-gerak indah tubuhnya. Dan ujung tembok ini bercabang dua — ke kiri dan ke kanan, sehingga jika kita amati akan berbentuk seperti ‘T’.

Saya membayangkan jika siang betapa gelapnya “lorong” ini, lebih-lebih jika malam hari.

Namun, saat gorong-gorong ini menjadi panggung irama tubuh Lena Guslina, menjelmalah dalam transformasi eksotika luar biasa indah !

Saya tidak tahu persis bagaimana teknik pencahayaan direkayasa oleh team ‘LvR’. Kayaknya ada cahaya dari lighting yang disorotkan ke salah satu dinding samping saluran pematusan selebar lebih kurang 2 meter itu. Jadi, tak ada sorot langsung mengena pada tubuh Lena Guslina, sehingga tubuh Lena “terbaca” dalam visualisasi setengah siluet.

Sementara air gorong-gorong yang permukaannya setinggi betis Lena: memercik, muncrat — dan sesekali “menenggelamkan” tubuh salah satu penari ‘Hutan Plastik’ (1983) karya maestro Sardono W. Kusumo ini.

Sementara di sudut kanan dari pecahan dalam saluran pematusan ini, muncul cahaya setengah terang: wow…bukan main — kerja kreatif benar-benar total !

Yang saya coba hayati lagi dari upaya Lena Agustina adalah bagaimana tajamnya respons ia terhadap ruang lingkup gorong-gorong ini. Gerak dan ruh Lena seakan menyatu. Ia seperti mencium dan menghirup udara saluran pematusan itu.

Ia sentuh dinding-dinding tembok saluran. Ia lekatkan wajah Lena ke dinding-dinding tersebut — sekilas.

Ia celupkan kain hitam tipis yang melilit tubuhnya. Ia bentangkan kain tipis itu membentuk tirai menahan “sapuan” kamera. Sesekali gerak tubuhnya memutar, lantas berdiri sejenak membelakangi kamera. Wow !

Kemudian gerak-gerak itu ia konversikan dalam “senyawa” untaian gerak tubuh yang eksotik estetis.

Sementara ilustrasi musik yang menguntit gerak-gerak indah ini, kadang menghentak, kadang pula tersusun dalam beat-beat yang rancak. Kemudian fade out (memudar pelan), lantas muncul lagi dalam kelindan yang aneh dalam balutan surealistik !

Dari sekian tampilan nomor-nomor tari Lena Guslina di keleluasaan outdoor pada channel ‘LvR’ bahwa UNDERGROUND inilah yang paling mencuat. Sebuah kerja kolektif total antara penari dan kru.

Mestinya, UNDERGROUND ini layak dipertontonkan pada festival-festival tari internasional. Ada kebaruan dalam gerak dan bentuk “panggung”. Atau jangan-jangan sudah? (Amang Mawardi).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *