Antisipasi Tanah Longsor, Gubernur Anies Imbau Masyarakat agar Waspada

waktu baca 3 menit
Gubernur Jakarta Anies Baswedan melalui BPBD Provinsi DKI Jakarta merilis sejumlah wilayah yang berpotensi terjadi gerakan tanah di Jakarta.

JAKARTA-KEMPALAN: Gubernur Jakarta Anies Baswedan melalui BPBD Provinsi DKI Jakarta merilis sejumlah wilayah yang berpotensi terjadi gerakan tanah di Jakarta. Menurut informasi yang didapatkan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM pada situs vsi.esdm.go.id untuk bulan April 2022, terdapat 8 (delapan) wilayah kecamatan yang tersebar di Jakarta Selatan dan 2 (dua) wilayah kecamatan di Jakarta Timur yang perlu diwaspadai terhadap potensi gerakan tanah.

Kepala BPBD DKI Jakarta, Isnawa Adji mengatakan, PVMBG merilis informasi potensi gerakan tanah di Jakarta setiap bulannya dengan menganalisis data curah hujan yang dikeluarkan oleh BMKG, yang kemudian disadur oleh BPBD DKI untuk diinformasikan ke masyarakat.

“Sepanjang tahun 2017 hingga 2021 terdapat total sebanyak 57 kejadian tanah longsor yang tersebar di berbagai lokasi di Jakarta,” ujar Isnawa, di Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (5/4)

Lebih lanjut, Isnawa mengatakan, mayoritas kejadian tanah longsor terjadi karena intensitas curah hujan yang tinggi pada lokasi yang berada di sekitar kali/sungai. Paling banyak terjadi di wilayah Jakarta Selatan (34 kejadian) dan Jakarta Timur (21 kejadian). Adapun untuk detail wilayah kelurahan yang paling banyak terjadi yakni di Srengseng Sawah (6 kejadian) dan Ciganjur (4 kejadian).

”Informasi yang dirilis setiap bulannya bukan berarti seluruh wilayah kecamatan tersebut masuk ke dalam kategori rawan, namun hanya pada wilayah tertentu yang berada pada kawasan lereng di tepi kali atau sungai saja. Hal ini perlu dipahami agar masyarakat tidak panik, namun tetap waspada,” imbuh Isnawa.

Kenali Tanda dan Antisipasi Tanah Longsor

Gerakan tanah atau biasa disebut tanah longsor, merupakan peristiwa perpindahan bahan pembentuk lereng (berupa tanah, batuan, bahan timbunan atau campuran diantaranya) yang bergerak ke bawah atau keluar lereng. Tanah longsor bisa terjadi karena berbagai macam pemicu seperti curah hujan, gempa bumi, erosi hingga aktivitas manusia.

Masyarakat dapat mengetahui ciri-ciri tanah longsor yang ada di sekitarnya, seperti adanya lapisan tanah/batuan yang miring ke arah luar, adanya retakan tanah yang membentuk tapal kuda, adanya rembesan air pada lereng, adanya pohon dengan batang yang terlihat melengkung dan perubahan kemiringan lahan yang sebelumnya landai menjadi curam.

Untuk mengantisipasi terjadinya tanah longsor, BPBD DKI mengimbau agar masyarakat, terutama yang berada di sekitar kawasan kali/sungai untuk tidak membangun rumah di atas/bawah/bibir tebing, tidak mendirikan bangunan di sekitar sungai, tidak menebang pohon di sekitar lereng, dan menghindari untuk pembuatan kolam atau sawah di atas lereng.

Perlu diketahui, BPBD DKI telah berkoordinasi dengan PVMBG mengenai fenomena ini. BPBD DKI pun mendorong agar dapat dilakukan pemetaan dengan skala yang lebih besar/lebih detail pada skala 1:25.000 bahkan 1:10.000, karena saat ini PVMBG baru merilis peta peringatan dini potensi gerakan tanah pada skala 1:50.000. Selain itu,

BPBD DKI juga mendorong agar para stakeholders terkait untuk dapat menyusun strategi mitigasi secara struktural untuk mengurangi risiko bencana yang dapat terjadi sewaktu-waktu di masyarakat.

Editor: Freddy Mutiara

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *