Paris Fashion Week, Marketing Mix, dan Siti Badriah    

waktu baca 3 menit
Paris Fashion Week. AP Photo.
Bambang Budiarto (penulis).

Catatan Ekonomi Bambang Budiarto

KEMPALAN: Di pertengahan 2018 bait-bait “emang lagi syantik, lagi pengen dimanja” begitu populer. Penggalan lirik lagu ‘Lagi Syantik’ karya Yogi RPH yang musiknya di-remix oleh DJ Donall  ini begitu menyita perhatian publik. Sempurna dinyanyikan Siti Badriah (Sibad) ber-genre dance-dut.

Khas penyanyi abad 21, abad dengan segala keterbukaannya, abad tanpa  batasan ruang dan waktu dengan semua kemajuan teknologi-nya. Begitulah Sibad yang boleh dianggap mewakili generasi ke-kinian, yang tentu sangat berbeda dengan generasi Siti Nurbaya.

Bagi yang pernah membaca roman karya Marah Rusli (1922) berjudul ‘Siti Nurbaya: Kasih Tak Sampai” ataupun yang berkesempatan menyaksikan versi layar kacanya, tentu akan merasakan dan mengetahui gambaran betapa masyarakat saat itu yang masih jauh dari sentuhan teknologi. Siti Nurbaya adalah representasi generasi saat itu.

Seperti itulah Siti Nurbaya dan begitulah Siti Badriah, masing-,masing mewakili generasi di zamannya. Siti Nurbaya ada di masa belum ada sentuhan teknologi dan Siti Badriah ada di masa teknologi sudah terbang tinggi. Teknologi informasi telah melayang-layang jauh  membuat informasi apapun dan di manapun dapat diketahui dengan mudahnya, tak ada batasan ruang dan waktu, semua dapat diketahui dan mengetahui.

Dari kecanggihan teknologi juga masyarakat memahami dengan baik bahwa Paris Fashion Week (PFW) merupakan ajang bergengsi kelas dunia tingkat tinggi dan tempat bagi para desainer, stylist, juga pencipta mode. Benar-benar hanya papan atas dan kelas dunia yang terlibat di sana. Berangkat dari pemahaman yang demikian tentunya publik tanah air dibuat terperanjat ketika ada anak-anak bangsa kreatif dengan brand lokal, yang tentu saja boleh disebut sebagai pelaku Unit Kegiatan Ekonomi berangkat ke Paris.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *