Pendekar

waktu baca 6 menit
Gus Ipul, Walikota Pasuruan. (NU Online Jatim)

KEMPALAN: Muktamar NU (Nahdlatul Ulama) di Lampung tidak hanya memunculkan Gus Yahya Cholil Staquf sebagai ketua umum, tetapi juga melahirkan “para pendekar muktamar.” Mereka adalah orang-orang yang bekerja menggalang dukungan, sehingga Gus Yahya sukses mengalahkan petahana K.H Said Aqil Siradj.

Dalam pidato pertamanya sebagai ketua umum, Gus Yahya berterima kasih kepada semua pihak yang sudah mendukung maupun yang tidak mendukungnya. Gus Yahya secara khusus kemudian berterima kasih kepada para pendekar muktamar, dengan menyebut nama Saifullah Yusuf alias Gus Ipul, dan Gus Nusron alias Nusron Wahid.

Dalam pertandingan sepak bola biasanya ada penghargaan ‘’man of the match’’ kepada pemain yang dianggap paling menonjol permainnya dan memberi kontribusi penting dalam kemenangan tim. Dalam muktamar NU kali ini rupanya ada juga ‘’man of the match’’. Kali ini Gus Ipul yang layak menerima predikat itu.

Duet maut Gus Ipul dan Gus Yahya berhasil mengggalang dukungan suara NU dari seluruh Indonesia. Hasilnya, Gus Yahya bisa mengumpulkan suara 337 mengungguli Kiai Said, petahana dua periode, yang mengumpulkan 220 suara.

Pendekar adalah sebutan untuk orang yang pandai bersilat. Di Jawa Barat para pendekar disebut sebagai jawara. Ada juga yang menyebut pendekar sebagai jagoan. Ada makna konotatif maupun denotatif di balik julukan itu. Pendekar lebih punya konotasi positif sebagai pembela orang lemah, sedangkan jagoan berkonotasi negatif sebagai tukang berantam yang suka binin onar.

Gus Ipul dan Gus Nusron layak mendapat gelar pendekar muktamar. Setidaknya gelar itu sudah disematkan langsung oleh ketua umum terpilih. Sah sudah Gus Ipul dan seGus Nusron menyandang gelar itu. Menurut Gus Yahya, salah satu bukti kesaktian pendekar adalah meski sesakit apapun ketika waktunya muktamar mereka pasti sembuh.

Gus Ipul adalah salah satu ketua PBNU di bawah Kiai Said. Gus Ipul dikenal sebagai pendukung utama Kiai Said dalam dua kali muktamar, yaitu muktamar Medan 2010 dan muktamar Jombang 2015. Pada dua muktamar itu Kiai Said menang.

Gus Nusron sekarang menjabat wakil syuriah NU DKI Jakarta. Dia juga pengurus di DPP Golkar, dan pernah menjadi ketua GP Ansor hasil kongres Surabaya 2011. Meskipun nama belakangnya adalah Wahid tapi dia tidak punya hubungan nasab dengan Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Beda dengan Gus Ipul yang merupakan keponakan langsung Gus Dur.

Nusron banyak mendapat sorotan media terutama ketika pada pilgub DKI 2016 dia mendukung Ahok. Ketika Ahok diserang hebat karena dianggap melecehkan Alquran, Nusron dengan gagah berani pasang badan membela Ahok.

Ketika itu lawan-lawan politiknya melempar isu bahwa nama asli Nusron ada adalah Nusron Purnomo bukan Nusron Wahid. Nama Wahid ditempelkan untuk menumpang beken supaya dianggap punya hubungan dengan Gus Dur. Tetapi, Nusron berhasil membuktikan bahwa nama aslinya sesuai ijazah adalah Nusron Wahid.

Layaknya pendekar, Nusron membela Ahok dengan gagah berani. Setiap kali muncul di televisi nasional gaya bicara Nusron selalu berapi-api. Matanya yang melotot menjadi ciri khas yang banyak dikenali publik.

Nusron adalah junior Gus Ipul di GP Ansor. Gus Ipul terlebih dahulu menjadi ketua dua periode pada 2000 sampai 2010. Nusron menjadi ketua menggantikan Gus Ipul dalam kongres di Surabaya. Ketika itu kongres GP Ansor menjadi perhatian publik karena ribut antar para peserta kongres.

Pada kongres itu Nusron, yang menjadi kader Golkar, bersaing dengan dengan Khatibul Umam Wiranu yang menjadi kader PKB (Partai Kebangkitan Bangsa). Persaingan keras itu memunculkan humor khas ala NU. Disebutkan bahwa Nusron lebih layak menjadi ketua Ansor karena NU-nya Nusron ada di depan, sementara Khatibul Umam Wiranu NU-nya ada di belakang. Nama Nusron diawali dengan ‘’NU’’ dan nama Khatibul Umam Wiranu diakhiri dengan ‘’NU’’.

Bibit-bibit kependekaran…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *