Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian Terima Soetandyo Award 2021

waktu baca 4 menit
Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian Alissa Wahid terima penghargaan Soetandyo Award 2021. (Foto : Istimewa)

SURABAYA – KEMPALAN : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga Surabaya kembali menyerahkan penghargaan Soetandyo Award 2021. Dua tokoh nasional berpengaruh yang mendapat penghargaan adalah Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta Prof. Dr. H. Nasaruddin Umar, MA dan Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid.

Acara penganugerahan tahunan FISIP UNAIR itu memiliki tujuan untuk pemberian penghargaan terhadap dedikasi Prof. Soetandyo dalam mengembangkan ilmu-ilmu sosial dan Hah Asasi Manusia (HAM). Soetandyo Award juga mendorong lahirnya tokoh-tokoh muda yang memiliki concern dan kemampuan mengembangkan spirit Soetandyo di bidang ilmu sosial dan HAM.

Dekan FISIP UNAIR Prof Bagong Suyanto mengungkapkan bahwa Prof Soetandyo adalah pendiri FISIP UNAIR yang memiliki semangat multikulturalisme yang luar biasa. Untuk itu, FISIP menggagas anugerah Soetandyo Award yang sudah berlangsung sejak tujuh tahun lalu.

“Ketika mendirikan FISIP, prinsipnya Prof Soetandyo masing-masing departemen tidak boleh berdiri sendiri-sendiri. Masing masing departemen bisa belajar ilmu lain, saling menyapa, dan menjadi seorang yang generalis. Makanya ada tokoh-tokoh yang kita pilih dan kita apresiasi untuk mendapat Soetandyo Award,” ujar Prof Bagong.

Drs. Gitadi Tegas Supramudyo, M.Si selaku perwakilan dari tim dewan juri menyampaikan bahwa ada berbagai tahapan penilaian sebelum akhirnya ditentukan dua nama sebagai penerima award. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, hak asasi, dan egaliter adalah beberapa semangat yang diusung dalam pemberian award itu.

“Ketika kami berdialog dengan Prof Nasar, beliau menyampaikan kalau ada kandidat yang lebih bagus dari saya, monggo silahkan’. Nah, kesederhaan dan kerendahatian beliau ini yang menjadi salah satu poin yang akhirnya menentukan. Termasuk dengan Mbak Alissa Wahid,” ucap Gitadi.

Sementara itu, kesederhanaan, kerendahan hati, serta perhatian besar terhadap HAM dan kesetaraan gender menjadi nilai yang membawa Imam Besar Masjid Istiqlal Prof. Nasarudin dianugerahi penghargaan tersebut. Wakil Menteri Agama 2011-2014 itupun memandang Soetandyo Award sebagai amanah. Pihaknya siap award tersebut dicabut apabila dikemudian hari melakukan kesalahan.

“Saya bukan manusia sempurna. Saya anak seorang desa terpencil yang bahkan kalau ke kecamatan harus melewati gunung dan danau di Sulawesi sana. Saya tak punya apa-apa selain membawa prinsip hadits Nabi dan Al-Quran yang mengajarkan rasa cinta pada makhluk hidup,” ucap sosok yang pernah mengenyam pendidikan di 6 universitas luar negeri mulai dari Leiden University Belanda, George Town University AS, hingga Paris University Prancis itu.

NEXT : Alissa Wahid juga dinobatkan sebagai penerima penghargaan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *