Tentang Hari Jumat

waktu baca 4 menit
Bu Nyai Dr. Hj. Mihmidaty Ya’cub

Oleh: Ibu Hj. Dr. Mihmidaty Ya’cub

KEMPALAN : “Sebaik-baik hari di mana matahari terbit di saat itu adalah hari Jum’at. Pada hari ini Adam diciptakan, hari Ketika ia dimasukkan ke dalam surga dan hari Ketika ia di keluarkan dari surga. Dan hari kiamat tidak akan terjadi kecuali pada hari Jum’at.” (HR. Muslim).

Masyarakat Arab mulanya menyebut hari Sabtu dengan Syiyar, Ahad dengan Awwal, Senin dengan Ahwan, Selasa Jubar, Rabu Dubar, Kamis Mu’nis dan Arubah untuk hari Jum’at. Masyarakat Pra Islam menempatkan Arubah menjadi puncak hari sebagai hari untuk saling menunjukkan keunggulan dan berbangga-bangga.
Hari Jum’at disebut Sayyidul Ayyam, pemimpin atau rajanya hari atau yang memiliki makna sebagai raja hari paling baik diantara hari-hari lainnya atau penghulunya hari dalam Islam. Pada hari jum’at itulah Allah SWT menciptakan manusia (Nabi Adam), memasukkan sekaligus juga mengeluarkannya dari Surga. Pada hari jum’at itu nanti hari kiamat akan terjadi. Dihadapan Allah, jum’at adalah merupakah hari yang paling agung.

Pada hari jum’at itu pula, seperti Hadist yang diriwayatkan Muslim, terdapat satu masa dimana tidak ada seorang pun berdoa kecuali Allah akan mengabulkan do’a itu. Jum’at sendiri diambil dari kata ijtima’ yang bermakna berkumpul. Atau dinamanakan Jumu’ah karena berakar dari kata al-jam’u, mengingat kaum Muslim melakukan perkumpulan tiap tujuh hari sekali. Karena di hari jum’at inilah ummat muslimin berkumpul dan beribadah shalat Jum’at. Syariat ini datang karena Rosulullah SAW ingin menyelisihi hari raya kaum kuffar. Yaitu Yahudi yang berkumpul pada hari Sabtu dan Nasrani yang berkumpul pada hari Minggu.

Banyak hal yang menjadi keutamaan hari Jum’at. Selain sebagai sayyidul Ayyam atau peghulunya hari dalam Islam, di hari mulia itu, Muslim diperintahkan melaksanakan shalat Jum’at dan memperbanyak bersholawat kepada Nabi SAW serta amalan-amalan ibadah lainnya. Meningalkan segala bentuk kesibukan dunia dan segera memenuhi panggilan Allah. “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah di seru untuk menunaikan shalat pada hari Jum’at maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli.” (QS. Al-Jumu’ah [62]:9).

Pada hari Jum’at, seluruh amalan yang telah dikerjakan oleh Muslim akan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah SWT.
Hari Jum’at disebut juga sebagai waktu yang mustajab untuk memanjatkan do’a, menyampaikan permohonan dan hajat kepada Allah SWT. Menurut Hadist Riwayat Abu Dawud waktu di penghujung hari setelah ashar di hari Jum’at adalah waktu yang paling mustajab dimana apabila ada seorang Muslim yang memohon kepada Allah SWT diwaktu itu, niscaya akan Allah berikan (kabulkan).

Memohon dan mengharapkan ampunan Allah SWT atas segala salah dan dosa yang telah di perbuat sebaiknya di lakukan setiap saat setiap waktu, mengingat bahwa manusia tidak pernah luput dari salah dan dosa. Namun begitu ada pula waktu utama yang menjamin terampuninya dosa-dosa kita itu asal permohonan itu dilakukan dengan sungguh-sungguh dan tidak menyalahi ketentuan yang berlaku.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *