Salam Tiga Periode
KEMPALAN: Pada pesta kemenangan presiden periode pertama 2014 Jokowi menggelar pesta musik besar di Jakarta yang digagas oleh personel grup musik Slank. Jokowi muncul di tengah massa yang antusias mengacungkan salam tiga jari membalas Jokowi.
Salam tiga jari menjadi trade mark kampanye Jokowi dan kemudian berlanjut menjadi salam kemenangan. Salam ini popular di kalangan penggemar musik terutama rock dan menjadi salam khas mereka. Dalam setiap konser musik rock–terutama heavy metal atau thrash metal yang lebih ekstrem–salam tiga jari menjadi pemandangan yang jamak.
Ada kalangan yang menuding salam tiga jari sebagai salam Iblis. Para penggemar musik bawah tanah, underground, itu dianggap mempraktikkan ritual musik setan. Tiga jari yang diacungkan melambangkan Iblis, ibu jari sebagai kepala Iblis, jari tengah sebagai badan Iblis, dan jari kelingking sebagai ekornya. Tiga jari juga disebut sebagai lambang Iblis dengan kepala bertanduk dua.
Tentu tidak semua penggemar rock atau heavy metal menjadi pengikut ritual setan itu, hanya persentase kecil yang ekstrem saja yang mengamalkannya. Selebihnya tiga jari menjadi salam persahabatan saja sebagai tanda identifikasi kelompok.
Untuk bisa diterima sebagai bagian dari komunitas seseorang harus melakukan konformitas menyesuaikan diri dengan ritual dan tradisi komunitas. Celana jeans, jaket kulit, pakaian serba hitam, dan tentu saja rambut gondrong, menjadi identitas musik rock yang sudah menjadi sesuatu yang keramat, meminjam istilah Durkheim.
Konser rock dengan puluhan ribu orang yang bersama-sama meneriakkan lagu yang dibawakan penyanyi di panggung adalah ritual keramat yang membuat para penonton merasa menjadi satu kesatuan komunitas yang sama. Mereka melakukan headbanging, memutar-mutarkan kepala bersama-sama mengikuti ingar-bingar musik. Adegan berbahaya seperti moshing, melemparkan diri ke arah kerumunan penonton, menjadi atraksi ritual yang asyik. Solidaritas di antara sesama penggemar rock yang tidak saling kenal itu mengharuskan mereka mengamankan koleganya yang melakukan moshing dengan menangkap tubuhnya beramai-ramai. Tidak semua adegan moshing berakhir selamat, kalau kerumunan banyak yang mabuk si pelaku moshing bisa nyungsep mencium tanah.
Adegan stage moshing menjadi salah satu ritual khas dalam pertunjukan musik rock. Ratusan penonton yang histeris di bibir panggung akan menangkap sang penyanyi yang melemparkan tubuhnya dari panggung lalu menggotongnya beramai-ramai sampai bergerak jauh ke penonton di barisan belakang.
Jokowi tidak melakukan headbanging atau stage moshing ketika datang ke pertunjukan musik rock. Agus Harimurti Yudhoyono, AHY, melakukannya dalam kampanye gubernur 2018. AHY ingin mengidentifikasikan dirinya dengan kalangan milenial tetapi kurang sukses. Jokowi, harus diakui, lebih berhasil mengidentifikasikan diri dengan kalangan milenial dan penggemar rock dibanding AHY atau politisi mana pun termasuk Sandiaga Uno yang jadi lawannya pada pilpres 2019. Tampang AHY memang lebih meyakinkan, tapi tidak menjadi jaminan untuk bisa diterima di kalangan komunitas rocker. Tampang Jokowi yang standar justru mudah diterima karena sesuai dengan standar rata-rata tampang rakyat jelata. Di kalangan penggemar rock di Surabaya tampang standar seperti itu diledeki sebagai tampang “roker”, rombongan kernet.
Jokowi mengaku penggemar Metallica, semua percaya, meskipun ketika diminta menyanyi satu bait lagu Metallica Jokowi hanya tersenyum hahahihi. Ketika masih menjadi gubernur DKI pada 2013 Jokowi menerima hadiah bas gitar dari personel Mettalica Roberto Trujilo yang ketika itu mengadakan tour show ke Jakarta. Bas gitar itu belakangan oleh Jokowi diserahkan kepada KPK bersama barang-barang hadiah lain karena dianggap sebagai gratifikasi.
Jokowi, insyaAllah, tidak baca teori-teori sosiologi Emile Durkheim mengenai solidaritas kelompok, tapi Jokowi terbukti sangat memahami sosiologi kelompok dan paling piawai dalam mengeksploitasi solidaritas kelompok dibanding politisi manapun.
Dalam pandangan Durkheim solidaritas menjadi kebutuhan setiap masyarakat atau kelompok sosial. Masyarakat akan tetap ada jika dalam kelompok sosial memiliki rasa solidaritas di antara anggota-anggotanya, suatu hubungan antara individu danĀ kelompok yang berdasar pada moral dan kepercayaan yang dianut bersama, serta pengalaman emosional bersama.
Solidaritas yang dipegang, yaitu kesatuan, persahabatan, rasa saling percaya, muncul akibat tanggung jawab bersama, dan kepentingan bersama di antara para anggotanya.
Menurut Durkheim, solidaritas adalah perasaaan saling percaya antara para anggota dalam suatu kelompok atau komunitas. Jika orang saling percaya maka mereka akan membentuk persahabatan, mejadi saling menghormati, terdorong untuk bertanggung jawab dan memperhatikan kepentingan bersama.
Tanpa membaca Durkheim pun Jokowi jago dalam menggalang solidaritas. Karena itu, wajar kalau lawan-lawan politiknya khawatir Jokowi akan bablas tiga periode, seperti yang diributkan belakangan ini.
Penambahan extra time periode ketiga bukan hal yang mustahil, karena dalam politik tidak ada hal yang mustahil. Komposisi di DPR yang sekarang didominasi koalisi pemerintah, dan oposisi yang masih sporadis membuat amandemen konstitusi bisa lolos dengan mudah. Karena itu wajar kalau Amien Rais melemparkan early warning bahwa ada upaya untuk memberikan extra time periode ketiga kepada Jokowi.
Jokowi sudah tegas membantah, tapi lawan-lawan politiknya tidak percaya karena rekam jejak Jokowi dalam hal komitmen terhadap omongannya sendiri memang meragukan.
Pada 2014 sebelum pilpres Jokowi populer dengan ungkapan “copras capres”. Ketika ditanya wartawan apakah akan maju sebagai capres Jokowi menjawab “copras capres”, tapi tak lama kemudian dia jadi capres. Kali ini pun bantahan Jokowi tidak cukup meyakinkan bagi lawan-lawan politiknya. Karena itu Amien Rais melempar isu ini sebagai early warning, peringatan dini, untuk mewaspadai kemungkinan Jokowi akan tanduk satu periode lagi.
Dalam posisinya sekarang Jokowi bisa mengamankan dukungan dari lembaga legislatif maupun parpol yang nyaris terkooptasi semua oleh rezim. Potensi penentangan terhadap extension tiga periode bisa muncul dari gerakan rakyat. Tapi, melihat track record Jokowi yang sangat piawai dalam mengeksploitasi dukungan rakyat, tampaknya dukungan untuk tiga periode itu akan dia dapat kalau dia mau.
Oposisi harus ekstra waspada. Kalau dulu di awal periode pertama Jokowi memamerkan “Salam Tiga Jari”, nanti di akhir periode kedua Jokowi bisa memamerkan salam baru, “Salam Tiga Periode”. ()
