Wasiat Terakhir Habib Hasan Mulachela agar Pasar Turi Tak Jadi Pasar Turu
KEMPALAN: Habib Hasan Mulachela bukan lah orang Surabaya, bukan juga warga Jatim. Pun demikian dia tak memiliki kios atau toko di Pasar Turi, Surabaya.
Habib Hasan adalah asli warga asal Solo, Jawa Tengah. Meski demikian dia memiliki jiwa sosial yang tinggi dan belakangan dia sering berkunjung ke Jawa Timur untuk melakukan aksi bakti sosial.
Di akhir hidupnya dia menyempatkan diri untuk berkunjung Pasar Turi secara langsung. Bahkan dia meminta agar anggota Watimpres M. Mardiono untuk juga meninjau lokasi dan mendengar curhatan secara langsung dari pedagang.
Ihwal, Habib Hasan bersinggungan dengan Pasar Turi adalah ketika dia dikunjungi sejumlah pedagang di Pasar Turi yang sudah bingung akan nasibnya saat berada di rumah. Karena sejak awal kasus terbakar di tahun 2007 hingga saat ini pasar tidak pernah dibuka.
Pedagang hanya diperbolehkan berjualan di bedak semi permanent di area luar. Padahal mereka sudah membayar uang ratusan bahkan hingga miliaran rupiah agar bisa berjualan kembali di sana.
“Waktu didatangi di Solo, Habib kemudian janji akan melihat dulu ke lokasi di Pasar Turi,” terang anak angkat Habib Hasan, Siti Nasyiah.
Ketika meninjau pasar secara langsung dan mendengar keluh kesah dari ratusan pedangan ini kemudian menurut Ita sapaan akrabnya, Habib Hasan memilih untuk memperjuangkan hak pedagang. “Sampai dipanggil anggota watimpres di lokasi. Harapannya bisa jadi atensi pemerintah pusat, pak presiden langsung,” terangnya.
Ketika di Surabaya, Habib Hasan menginap di salah satu hotel yang ada di tengah kota. Saat itu lah banyak para pedagang yang terus bertemu dengan dia untuk menyampaikan keluh kesah dan tidak cukup saat bertemu di pasar saja.
“Habib ini ndak bisa batasi dan menolak tamu. Semua dia temui, sampai akhirnya kelelahan,” lanjut Ita.
Disaat kelelahan ini lah kemudian riwayat penyakit jantung Habib Hasan kambuh. Apalagi dia sudah berusia uzur serta mendapatkan tiga ring di jantungnya.
Saat kambuh itu Habib Hasan sempat dilarikan ke RKZ Surabaya. Dan setelah itu agak baikan kembali.
Namun, karena pihak keluarga khawatir, Habib Hasan kemudian diminta agar melakukan perawatan di RS Jantung, Cinere, Depok. “Saat itu operasinya berhasil. Tapi Allah berkehendak lain,” terang Ita.
Pada hari Jum’at (12/3) pagi Habib Hasan akhirnya meninggal. Tepat pada hari yang dianggap oleh sebagian besar Ummat Muslim merupakan Sayyidul Ayyam (pemimpir hari atau hari yang baik).
Di akhir hayatnya ini Ita menjelaskan jika Habib Hasan memiliki wasiat agar Pasar Turi harus bangkit dan kembali berjaya seperti dahulu. Dan kembali bisa jadi pasar yang sesungguhnya, bukan Pasar Turu (pasar tidur) seperti sekarang.
“Beliau memahami ada persoalan hukum di sana. Tapi tetap beliau meminta agar para pedagang jangan dikorbankan dan harus bisa berjualan kembali,” imbuh perempuan yang juga mantan wartawati ini. (bam)
