Pleidoi Wacana Anak yang Ditinggal dan Tak Diurusi Bapaknya
KEMPALAN : Sebuah konten dari akun ‘Bbvterfly’ mampir ke beranda Tik Tok saya. Seorang wanita 25-an tahun dengan kostum pakaian kerja, terlihat duduk menangis.
Beberapa kali wanita tersebut mengambil tisu yang ada di dekatnya, lantas menghapus airmata yang mengalir dari matanya yang memerah.
Wanita yang sosoknya mengingatkan saya pada bintang film Indonesia old crack Baby Huwae, menulis pada gambar berjalan itu : “Belasan tahun (15 tahun) ditinggal dan gak diurus bokap, tiba-tiba hari ini di-chat buat nanya kabar dan bilang ‘Bapak kangen, La’.”
Di caption konten video dari akun Tik Tok ‘Bbvterfly’ itu tertulis : Paling Benci Kalau Pas Kerja Nangis.
Di bawahnya tercatat dua tagar : #brokenhome #fatherlessbehavior.
Konten ini
disuka 47,8 ribu views, dikomentari 9. 852 orang, dan di-share 587 kali.
Jika melihat posisi ‘like’, ‘komentar’, dan ‘share’ — saya pastikan konten ini sudah ditonton lebih dari 500.000 orang.
Yang menarik adalah wacana dari netizen di kolom komentar, baik yang pro maupun kontra, sama-sama masuk akal dalam berargumentasi, mewarnai kisah “bapak durhaka” ini.
Mula-mula muncul komentar dari ‘Byeldaa’ : “Ati-ati, kak. Biasanya kalau sudah kayak gitu, dia sudah gak kerja.”
Sementara itu seseorang yang menyebut dirinya ‘Dampak’ menulis begini : “Bapak datang ketika sudah jatuh sakit dan dibuang sama istrinya
yang dulu dia pilih, sampai rela meninggalkan istri pertamanya dan anak-anaknya yang masih kecil”.
Erwin dengan gaya satir menulis : “Dimaafin aja, kak. Bagaimanapun itu tetap manusia. Dimaafin aja, biar kamu lebih lega — ‘Maaf, Anda siapa’, atau ‘Maaf, Anda salah sambung’.”
‘Bengkel Bospom Alip Diesel’ memberikan komentar bernada antitesa : “Ga papa, setidaknya kamu masih punya figur ayah. Datangi, nak. Peluk beliau. Se-apa pun (kondisinya) beliau tetep ayahmu.💪🏻💪🏻🙏🏻🙏🏻
Kamu gak tahu rasanya seperti aku. Bapakku meninggal saat aku umur 2 bulan, itu tahun 1981.”
‘Salsa Pake Z’ menjawab antitesa ‘Bengkel Bospom Alip Diesel’ :
“Orang yang gak ada di titik yang kita rasakan pasti punya jawaban yang menurut mereka masuk logika. Sedangkan kita yang ditelantarkan seperti anak yang tidak diinginkan, bukan lagi mempermasalahkan logika, kak. Ini hati, anjay hati.
Tapi bener, kak. Kami juga iri dengan mereka yang bisa berpikir seperti kakak. Kami juga tidak mau membenci, tapi susah rasanya untuk menerima semua perlakuan yang dia kasi ke kita.”
‘Rising Lion’ berkomentar dengan huruf kapital :
“MANTAN ISTRI ADA
MANTAN SUAMI ADA
MANTAN BAPAK DAN MANTAN IBU GAK ADA.”
Lantas dibalas oleh ‘Agunggabut4’ :
“Tetap ada mantan bapak lah.
Bapak yang nggak ngurusin anaknya, itu bukan lagi mantan, tapi durhaka terhadap anak dan keluarga.
Jadi, enaknya di-BUANG !”.
Senada dengan ‘Rising Lion’, komentar ‘Bryanns’ : “Seburuk apapun, ayah tetaplah ayah”.
“Ya, bener. Gak mungkin ayah adalah ibu,” sindir seseorang tanpa nama, cuma bergambar bibir wanita.
‘Devi_Babybus’ menimpali : “Dia tuh mau minta rawat, mbak 😏. (Dia) sudah tua, makanya minta perlindungan. Nyetor kebaikan sedikit dulu dia tuh 😏.
“Sama kayak aku, kak. Gak diurus bapak, malah nahan akte kelahiran buat senjata kalau dia mau minta uang,” tulis ‘Hjwnsk’.
Komentar ‘Hjwnsk’ atas postingan akun ‘Bbvterfly’ ini disahut oleh ‘Maren’ : “Ntar Senin lu ke disdukcapil ajah, kakak. Kalau punya bukti percakapan ancaman akte tuh, kasih ajah ke pihak mereka, atau bisa urus surat kehilangan di kantor polisi (30k admin). Jangan mau diperdaya. Sehat selalu ya, kakak.”
Ada yang menarik. Sepertinya dari seorang ayah. Atau setidaknya seseorang yang mengaku sebagai ayah. Dia menyebut ‘NRL ♈’. Begini :
“Aku jadi takut. Aku nanti mau nelepon anak gadisku, gak mau seperti ini kejadiannya (kejadian seperti yang dinarasikan akun ‘Bbvterfly’).
Aku cerai juga sama mantan istri, lantas aku tinggalin. Anakku sekarang usia 10 tahun.
Ya, kelak dia dewasa dan kerja.
Aku akan coba tidak menelepon dan bilang kangen.
Sekarang aku akan
kirimkan uang, dan ajak dia jalan.
Aku tidak ingin berharap lebih jika nanti dia besar dan sudah kerja.”
Pernyataan ‘NRL’ di atas dikomentari ‘User3501807691820’ :
“Sebelum terlambat perbaiki hubungan dengan putrinya, pak. Walaupun Anda sudah berpisah dengan ibunya, ketika dewasa nanti putri Anda akan mengenang Anda sebagai ayah yang baik.
Mumpung masih kecil. Memori indah putri Anda bersama ayahnya, akan terkenang selalu sampai dia dewasa. Walaupun berpisah pun dia pasti akan mengerti dan memaklumi.
Jadi tidak ada rasa benci untuk Anda dari putri Anda.”
__
Litbang Harian Kompas menyebut, di Indonesia terdapat 20,1 % fatherless, atau 15,9 juta anak yang kehilangan sentuhan dan kasih sayang ayah, baik karena dampak perceraian atau disebabkan terpisah ditinggal kerja dalam jangka waktu lama.
Apa dampak fatherless?
Anak yang ditinggal oleh ayah sejak kecil dan tidak diurus, dapat mengalami beberapa ikutan psikologis, antara lain: Masalah kepercayaan; Kurangnya identitas gender; Perilaku agresivitas atau menarik diri; Masalah emosi; Pengaruh pada hubungan interpersonal.
Menurut teori attachment John Bowlby dan Mary Ainsworth, kehadiran figur ayah yang responsif dan peduli sangat penting dalam membentuk attachment yang sehat pada anak.
Tanpa kehadiran ayah, anak mungkin mengalami gangguan attachment.
Namun, perlu diingat bahwa setiap anak itu unik dan mengalami dampak berbeda-beda. Faktor-faktor seperti kehadiran ibu yang peduli, dukungan keluarga, dan lingkungan yang stabil, dapat membantu mengurangi dampak negatif.
Tentang attachment, adalah istilah psikologi yang merujuk pada ikatan emosional yang kuat antara dua individu, terutama antara anak dan pengasuhnya (ibu atau ayah).
Attachment sangat penting dalam perkembangan sosial dan emosi anak.
Attachment yang sehat dapat membantu individu memiliki hubungan yang lebih baik dan lebih bahagia dalam hidup.
__
Perkara seputar fatherless menjadikan saya teringat pada pernyataan Arief Camra pimpinan Yayasan Griya Lansia Husnul Khotimah, Wajak, Kabupaten Malang.
Pernyataan sarjana S1 ilmu publisistik dan S2 ilmu psikologi ini lantas saya olah dan saya jadikan salah satu tulisan di buku saya Seperti Obrolan Warung Kopi (Pagan Press, 2024).
Begini kurang lebih narasinya :
85% laki-laki penghuni Griya Lansia Husnul Khotimah dulunya saat muda dan jaya kepincut wanita lain. Lantas meninggalkan istri dan anak-anaknya yang masih kecil.
Setelah tua dan mulai turun pamor, pisah dengan istri sambung. Akhirnya terlunta-lunta, dan coba-coba menghubungi (mantan) keluarga lama.
Tentu saja ayah ndablek ini ditolak, terutama oleh anak-anaknya.
Namun akhirnya mantan istri kasihan, membujuk anak-anaknya untuk mau menerima, yang lantas disediakan kamar khusus.
Eh, lama-lama ngelunjak. Ya, ditendang sama anak-anaknya.
Setelah diusir, si bapak yang mulai lansia ini masih bisa kos atau ngontrak. Tapi karena sudah tidak jaya, tak bisa membayar, akhirnya menggelandang.
Ada yang tidur di pasar, kuburan, plengsengan, di dekat pembuangan sampah, atau mendirikan gubuk di tepi hutan — di seputar Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Endingnya dijemput oleh Arief Camra dan staf, berdasar laporan warga. Lantas ditampung dan dirawat di Griya Lansia Husnul Khotimah.
_
Sebaiknya feature ini saya tutup dengan komentar ‘Yoongiaaaa😺’ :
“Hai kak, aku dulu juga dari lahir sampai tamat SMA nggak pernah ketemu bapak. Setelah kuliah semester 1, baru aku ketemu untuk pertama kali.
Kami sama-sama nangis. Aku sakit hati karena nggak ditanggung dari kecil. Sakit banget.
Tapi yang namanya orangtua aku nggak bisa benci🥺. Dan yang paling menyakitkan saat kita ketemu, bapak udah mulai sakit, udah nggak dipeduliin lagi sama keluarga barunya, yah cuma aku yang merhatiin beliau sampai beliau meninggal.
Bayangkan, bahkan untuk pemulangan jenazah bapak aja, cuma aku yang nemenin di mobil ambulance.”
(Amang Mawardi).









