Gubernur Khofifah Serahkan Piagam Penghargaan dan Satya Lancana kepada 604 Pendonor Sukarela 75 Kali
SURABAYA-KEMPALAN: Pemprov Jawa Timur bersama PMI Jawa Timur menyerahkan anugerah Piagam Penghargaan dan Satya Lancana kepada 604 pendonor darah sukarela sebanyak 75 kali di Jawa Timur sepanjang tahun 2025. Penyerahan dilakukan di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Selasa (14/10)
Pada kesempatan tersebut Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menjelaskan esensi kemanusiaan di balik donor darah. Menurutnya, setetes darah adalah harapan kehidupan.
“Panjenengan telah memberikan harapan kehidupan tanpa harus panjenengan kenali darah panjenengan akan ditransfusikan kepada siapa, agamanya apa, sukunya apa, jenis kelamin mungkin juga enggak pernah kebayang, dan seterusnya,” kata Khofifah dalam sambutannya.
Khofifah menilai donor sukarela merekatkan kebhinekaan karena melampaui sekat identitas. Untuk itu, ia menyiapkan langkah tindak lanjut melalui penguatan Palang Merah Remaja (PMR) di sekolah menengah.

“Jadi Palang Merah Remaja ini memang harus kita kuatkan. Insya Allah akan menjadi plan of action kami setelah pertemuan ini, dari berbagai kebutuhan-kebutuhan layanan darah yang tadi kami mendapatkan briefing sangat saintifik,” ujarnya.
Dia juga menyinggung penguatan layanan darah dan pemanfaatan plasma. Ia menyebut peningkatan standar Unit Donor Darah (UDD) serta rencana pembentukan UDD provinsi berstandar Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Menurutnya, perluasan fasilitas dan standardisasi penting agar plasma tidak terbuang dan bisa mendukung program kesehatan lain.
Khofifah lantas menceritakan sebuah peristiwa untuk menegaskan urgensi ketersediaan darah dan kecocokan rhesus. Seorang wisatawan Rusia yang mengalami kecelakaan di kawasan Bromo, akhirnya terselamatkan berkat transfusi darah dari rekannya yang didatangkan dari Denpasar ke RSUD dr. Soetomo, Surabaya.
“Kasus itu menunjukkan betapa krusialnya jaringan donor dan layanan darah yang sigap,” ucapnya.
Ketua PMI Jawa Timur Imam Utomo memaparkan strategi memperluas basis donor dari bangku sekolah. “Karena anak yang sudah bisa mulai donor darah kan tingkat SMA. SMP kelas 3 atau SMA kelas 1 itu sudah mulai bisa,” katanya.
Dengan demikian, lanjut Imam Utomo, pada umur 40 tahun atau 45 tahun mereka diharapkan sudah bisa melakukan donor darah sampai 100 kali. “Dan itu maunya dia, tidak harus diajak,” harapnya. Untuk itu, perlu dilakukan sosialisasi.
Imam.Utomo menegaskan bahwa saat ini kebutuhan pasokan jauh lebih besar daripada stok donor aktif.
“Sekarang ini yang donor sukarela seperti ini hanya 130-an ribu. Itu kurang. Butuhnya kira-kira 250 ribuan. Sehingga kebutuhan 700.000 pack setiap tahun itu bisa dari mereka sendiri. Apalagi ke depan kebutuhan darah ini tambah banyak,” ungkapnya.
Sementara Khofifah menambahkan bahwa setelah pertemuan ini pihaknya akan melakukan pemetaan, bagaimana maksimalisasi keikutsertaan dari SMA, SMK, atau aliah untuk PMR (Palang Merah Remaja).
“Paling tidak target kita 4 persen. Sekarang ini baru 3 persen, sehingga perlu dimaksimalkan lagi,” katanya.
Kepada seluruh tim PMI dari provinsi dan para pendonor darah sukarela yang sudah ke-75 kali, Khofifah menyebut bahwa PMI Jawa Timur punya program untuk menambah UDD dengan program CPOB.
“Jadi, cara pembuatan obat yang baik. Ini standar yang harus dicapai oleh UDD-UDD kita,” tegasnya. (Dwi Arifin)









