Jodoh di Tangan Tuhan. Tapi Kalau Kamu Mencintai Sepaket, Tuhan Manut Kowe
KEMPALAN : Kemarin saya mencoba searching Tik Tok seputar BMI (Buruh Migran Indonesia) di Hongkong. Pikir saya, akan menarik jika dibikin feature. Sebab, lama sebelumnya, video-video tentang BMI Hongkong, beberapa kali muncul di beranda Tik Tok saya.
Entah lantaran salah pencet atau bagaimana jluntrungannya, lha kok yang muncul seluk-beluk kehidupan buruh dalam negeri.
Seperti ini contohnya: sepotong video menggambarkan seorang pemuda ber-T shirt putih sedang duduk menjahit BH dengan background ruang dalam pabrik garmen.
Di bagian atas video tersebut diberi tulisan :
“Mas ini tengah membuktikan kepada orang yang menyuruhnya sekolah tinggi agar bisa bekerja sambil duduk.”
Saya pun lantas tersenyum, tapi kecut. Disusul : Iki ngono satir, Rek — begitu monolog saya. Pengunggah video ini menamakan : Viral.Id.
Lantas terlihat video lain, menunjukkan tiga wanita muda cantik, berseragam baju biru muda dan bercelana biru dongker, sedang berjalan.
Suasananya menggambarkan pulang kerja dengan latar belakang bangunan pabrik berwarna biru.
Salah satu dari para wanita tadi yaitu yang berkulit kuning langsat, beralis bulan sabit, tak berhijab, ngomong begini seraya menatap kamera:
“Jodoh itu di tangan Tuhan. Tapi kalau kamu mencintai sepaket –janda dan anaknya– Tuhan manut kowe”.
Eladalah mbak-e, Rek, saya membatin. Penggunggah video Tik Tok ini menyebut : Panggil Saja Amoyyy.
Beda lagi akun milik Aria. Wanita cantik, lembut, berhijab, menulis begini :
“Awal kerja di pabrik tujuannya cuma sementara, untuk menunjang kebutuhan sehari-hari. Lha kok tahu-tahu sudah berjalan 3 tahun. Padahal dilalui dengan capek, sakit, kecewa. Ya sudah, aku kuat-kuatin. Sedih sebetulnya. Apalagi jika mengingat teman yang resign lantaran fisik dan mental tak mampu mengatasi tekanan.”
Sedangkan Mbak Vee yang kedua ujung matanya –kanan dan kiri– diberi tambahan garis hitam dan yang menyebut dirinya Kuli Cikarang meng- up load video selfinya dengan caption bernuansa metafora :
“Pulang terang gaji gelap. Pulang gelap gaji terang.”
Mungkin semacam penggambaran tambahan gaji dari uang lembur.
Yang ini lain lagi. Sebuah video menunjukkan buruh-buruh pria sebuah pabrik di Bekasi sedang makan siang jatah dari pabrik.
Lantas video itu diberi judul begini :
“Pengalaman kerja bisa dicari. Tapi punya teman kerja yang asik-asik, gak bisa diulangi.”
Pengunggah video ini menamakan akunnya : Kuli Busi.
Sementara itu, video ini menggambarkan tiga orang (sepertinya tingkatan bos) berwajah oriental, sedang berdiri di lantai 2, di sebuah pabrik di Krawang.
Di bawahnya menghampar banyak mesin dan buruh-buruh sedang fokus bekerja.
Tiga bos tadi sedang fokus memperhatikan kertas yang dipegang salah satu dari mereka. Sepertinya sedang berdiskusi.
Di belakang tiga bos tersebut berdiri seorang anak muda berwajah pribumi.
Adapun di bagian atas video yang diunggah Dwi Pras ini, tertulis :
“Fokus kerja dulu. Masalah gaya, itu nanti kita setel pas cuti panjang.”
Nah, boleh jadi, ini yang paling banyak ditonton dari sekian narasi yang saya kopi di atas. Sebab yang nge-like saja : 219,4 ribu. Pengunggahnya Dyah Eka Y.
Video ini menunjukkan ratusan wanita buruh pabrik di Pasuruan dengan outfit baju dan celana coklat muda, hijab putih — dalam posisi tidur di pinggir jalan aspal, di samping bangunan besar — sepertinya masih dalam kompleks pabrik.
Mungkin menggambarkan pas istirahat sift dini hari.
Video ini di bagian atas ditulisi :
“Mau satu dunia bilang “semangat !” kalau aku ngantuk ya mendingan aku turu.”
Di kolom komentar seseorang yang menamakan “@opiesnoopy” menulis begini :
“Kardus adalah springbed ternyaman di kala shift malam break jam 3 pagi. Turu 15 menit iso sampek ngi(m)pi ngi(m)pi 😁.”
Sementara itu sosok yang menyebut “@vhyyyy” menimpali :
“Kok istirahatnya di luar ya? Di tempatku sift malam gitu boleh (istirahat) di area produksi/restroom.”
Dari nonton video-video di atas, saya berharap semoga saudara-saudara kita yang nyambi jadi TikToker, akunnya sudah dimonetisasi, agar bisa nambah penghasilannya sebagai buruh.
(Amang Mawardi).









