Harapan Indonesia Jadi Lebih Baik Hanya Fatamorgana

waktu baca 2 menit
Lukisan viral, Tikus Dalam Garuda karya Rochyat dipamerkan di galeri Badri Banjarmasin (*)

KEMPALAN: Negeri kita yang konon berlandaskan Pancasila serta nilai-nilai religius justru menjadi panggung drama korupsi kelas dewa. Paradoks! Betapa tidak, survei internasional menempatkan Indonesia sebagai negara paling religius namun sekaligus negara dengan tingkat korupsi yang iblis saja tak berani melakukan. Seolah-olah moral hanya plastik sementara tangan-tangan koruptor terus menjarah kekayaan negeri.

Di galeri Badri Banjarmasin terdapat lima belas lukisan karya Rokhyat dipamerkan. Salah satu yang mencolok berjudul “Tikus Garuda”. Sebuah metafora yang terlalu jujur mungkin terlalu menusuk bagi mereka yang gemar “nggangsir” brankas negara. Tikus dengan tenang bersarang di tubuh garuda sebagai simbol kebangsaan digerogoti sepanjang waktu.

Kasus demi kasus korupsi yang terbongkar kini bukan lagi sekadar puluhan atau ratusan miliar. Kita bicara tentang angka triliunan, bahkan kuadriliun! Gila!
Di mana aparat keamanan? Apa kerja intelijen? Mengapa gurita korupsi ini bisa menjalar begitu bebas? Ataukah sapu yang seharusnya membersihkan justru lebih kotor dari debu yang ingin dibersihkan?

MORAL BANGKRUT

Mari kita telisik satu per satu. Dimulai dari kasus Pertamina, mega korupsi yang merugikan negara Rp 193,7 triliun per tahun dan sudah berlangsung sangat lama. Modusnya? Manipulasi impor minyak mentah dan BBM. Bahkan perdebatan antara Kejaksaan Agung dan Pertamina soal “blending” BBM hanya menjadi hiburan picisan untuk mengalihkan perhatian dari perampokan sesungguhnya.

Ada kasus Antam. Dugaan korupsi tata kelola emas 109 ton senilai Rp 1 triliun. Pertanyaannya, siapa yang punya nyali untuk menangkap tikus-tikus berdasi ini?

Belum lagi kasus timah. Kerugian lingkungan di Bangka Belitung mencapai Rp 271 triliun. Alam dihancurkan, hutan dilucuti dan ekosistem dihabisi demi pundi-pundi segelintir elite. Negeri ini tidak hanya miskin secara finansial tetapi juga moralnya juga bangkrut.

HUKUM MACET

Kita sudah terlalu sering mendengar janji reformasi hukum, pembenahan sistem juga wacana pemberantasan korupsi. Hasilnya? Wacana undang-undang perampasan aset semakin basi sedangkan jaringan koruptor tetap berpesta pora. Hukuman mati bagi koruptor? Hala… hanya bualan badut berita.

Di negeri ini maling ayam bisa dihakimi massa tapi perampok negara bisa duduk tenang di kursi empuk sambil menyeruput kopi di hotel bintang lima. Aneh tapi nyata!

Percayalah, esok akan ada lagi kasus korupsi yang lebih besar, lebih mengejutkan, lebih mengiris hati. Selama tikus-tikus ini masih bersarang dalam tubuh garuda, selama sapu yang kotor masih digunakan untuk membersihkan, selama hukum hanya tajam ke bawah dan tumpul ke atas, maka harapan Indonesia menjadi lebih baik hanya fatamorgana. Rakyat sudah tidak bisa membedakan hari ini dan esok atau kemarin, sama saja.

Rokimdakas
Wartawan & Penulis
3 Maret 2025

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *