Peraih Piagam Adiwiyata dan Proklim Jadi Mentor Sekolah dan Kampung di Surabaya

waktu baca 3 menit
Wali Kota Eri Cahyadi menyerahkan piagam Adiwiyata dan Proklim di Graha Sawunggaling, Jumat (21/7).

SURABAYA-KEMPALAN: Pemkot Surabaya melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) memberikan piagam Penganugerahan Adiwiyata tahun 2023 dan Program Kampung Iklim (Proklim) tahun 2022 di Graha Sawunggaling, Jumat (21/7).

Penganugerahan ini diberikan kepada 74 penerima kategori Sekolah Adiwiyata, 1 kelurahan kategori Proklim Lestari, 9 kelurahan kategori Proklim Utama, 2 kelurahan untuk kategori Proklim Madya, dan 1 pembina Proklim. 

Penyerahan piagam penganugerahan ini disaksikan dan diberikan secara langsung oleh Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi. Menurut  Eri Cahyadi, sekolah dan kampung yang berhasil meraih piagam penganugerahan ini diharapkan bisa menjadi contoh sekaligus mentor bagi sekolah dan kampung lainnya. 

“Jadi satu orang memegang beberapa perkampungan. Bukan hanya menjadi mentor saja, kalau sudah menjadi mentor juga harus ada anggaran untuk menjadikan mereka sebagai dosennya,” kata Eri Cahyadi. 

Lebih lanjut dikatakan, membangun Kota Surabaya bukan hanya dilakukan oleh pemerintah, atau dari atas ke bawah (top down). Akan tetapi membangun kota ini juga bisa dari bawah ke atas melalui gotong royong warganya. 

Oleh karena itu, ia menyampaikan pesan kepada Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya untuk mendukung program Adiwiyata dan Proklim. “Kalau sudah bicara Adiwiyata, saya minta seluruh sekolah, khususnya sekolah negeri, supportnya harus ikut.Karena apa? Ini akan mengubah cara berpikirnya anak-anak kita. Maka akan timbul rasa cinta terhadap lingkungan dan gotong royong,” ujar Eri. 

Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya Agus Hebi Djuniantoro menyampaikan, dari tahun 2009-2023 Pemkot Surabaya memiliki 367 sekolah Adiwiyata. Terdiri dari 271 Sekolah Adiwiyata tingkat kota, 44 Sekolah Adiwiyata tingkat provinsi, 18 Sekolah Adiwiyata tingkat nasional, dan 34 Sekolah Adiwiyata tingkat mandiri. 

Kepala DLH yang akrab dengan sapaan Hebi itu mengungkapkan, di Kota Surabaya masih ada sekolah yang belum masuk kriteria Adiwiyata. Totalnya, ada 845 sekolah yang terdiri dari 409 SD, 272 SMP, 158 Madrasah Ibtidaiyah (Mi), dan 56 Madrasah Tsanawiyah (MTs). 

“Masih banyak pekerjaan rumah yang harus kita lakukan. Karena kita lambat dalam Adiwiyata ini, sehingga di tahun 2022 kami mengikuti instruksi Wali Kota No.3 tahun 2022 tentang pengembangan Sekolah Adiwiyata. Alhamdulillah di tahun 2023 ada 74 sekolah yang lolos Adiwiyata,” ungkap Hebi. 

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya Yusuf Masruh berharap semakin banyak sekolah yang ikut Adiwiyata tahun di mendatang. Menurutnya, Adiwiyata adalah bagian dari pembelajaran penting bagi siswa-siswi SD-SMP di Kota Surabaya. 

Yusuf juga mendorong para guru untuk memberikan edukasi dan wawasan kepada para siswa siswi di Kota Surabaya, untuk peduli terhadap lingkungan di sekolahnya masing-masing. “Harapan kami terus memotivasi. SMP swasta pun juga bisa berpartisipasi. Untuk apa? Ya pembelajaran anak-anak juga. Di kurikulum merdeka pun bisa dikondisikan juga sesuai dengan minat anak-anak. Misal masalah lingkungan, penelitian dan olahraga. Tentu akan kita tingkatkan terus,” pungkasnya. (Dwi Arifin)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *