Mengapa Guru Harus Berkualitas Bagus?

waktu baca 3 menit
Ilustrasi guru saat mengajar di kelas (*)

KEMPALAN: Suatu saat saya mengecek buku pelajaran Bahasa Inggris milik anak saya yang masih SD kelas 4. Saya mendapati banyak kesalahan mendasar yang berasal dari cara pengajaran sang guru. Saya sendiri lulusan S1 jurusan bahasa Inggris.

Selang beberapa pekan, saya diskusikan hal ini dengan kolega saya, lulusan S1 Sastra Inggris. Dia seorang instruktur di lembaga kursus bahasa Inggris berlisensi internasional.

Kesimpulan kami berdua, ada kesalahan mendasar pada metode pengajaran guru. Kami berdua menyempatkan berkunjung ke sekolah anak dan berdiskusi dengan kepala sekolahnya.

Intinya, bahwa memang di sekolah anak saya itu tidak ada metode khusus kegiatan belajar mengajar (KBM) bahasa Inggris. Semua diserahkan pada guru di kelas. Kepala sekolah tidak membebankan metode tertentu untuk mapel bahasa Inggris untuk kelas 4.

Dari sinilah saya merenung, betapa setiap keluarga membutuhkan guru yang berkualifikasi bagus untuk anak-anaknya. Mengapa tiap keluarga di Indonesia sangat berhajat akan guru yang bagus?

Alasan Pertama, karena kita menitipkan capaian yang baik untuk anak kita:

Karena setiap orangtua pasti sangat butuh anak-anaknya bisa jadi anak yang berprestasi secara akademik dan berbudi luhur secara agamis.

Ayah ibu akan mengorbankan waktu, tenaga, biaya dan pikiran agar anak-anaknya bisa mencapai derajat shalih dan bermartabat di tengah masayarakat.

Pengorbanan ayah dan ibu berupa tenaga, waktu dan hart aitu semua demi mencari guru yang mampu mengawal capaian shalih dan berprestasi bagi anak-anak.

Apa gunanya mencari uang yang banyak kalau anak-anak kita justru didampingi guru yang tidak kompeten? Untuk peras keringat banting tulang kalau justru anak kita diurus oleh guru yang tidak becus?

Maka, kebutuhan guru berkualifikasi baik itu tidak hanya hajat keluarga kelas atas, namun keluarga ekonomi bawah. Karena anak cerdas itu merupakan hasil genetik, dari keturunan orantua, bisa dari orang tua kaya maupun miskin.

Anak cerdas itu butuh guru yang lihai. Dan anak yang kurang cerdas, juga membutuhkan guru yang jeli melihat dan mengawal potensi muridnya.

Setiap anak negeri berhajat terhadap guru yang mumpuni. Setiap orangtua Indonesia sangat membutuhkan guru yang lebih andal dari sang orang tuanya itu.

Alasan Kedua, Kita Menitipkan Anak-anak Kita pada Gurunya 17 Tahun Lamanya:

Karena orang tua akan menitipkan masa depan sang anak kepada guru di sekolahnya. Sebab, anak sangat diharapkan menjadi penolong dengan doa-doanya kelak.

“Apabila anak adam (manusia) telah meninggal dunia, maka terputuslah amalnya darinya, kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariyah (sedekah yang pahalanya terus mengalir), ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang selalu mendoakannya.” (HR Muslim).

Maka, keshalihan orangtua dan kelihaian guru akan menjadi pemberi warna/celupan pada jiwa dan raga anak kita.

Bahkan warna/celupan guru terhadap anak akan lebih pekat daripada orangtuanya. Karena anak akan lebih intens bertatap muka di sekolah daripada durasi anak dengan ortu di rumahnya karena kesibukan kerja ayah dan ibunya.

Anak Indonesia bersekolah sejak TK hingga SMA sederajat. Setidaknya 17 lamanya, anak kita akan mengikatkan dirinya kepada gurunya di sekolah. Maka, di sinilah warna celupan itu akan terlihat.

Maka dari itu, warna/celupan guru itulah yang sangat berpengaruh pada jiwa dan raga anak. Dan warna/celupan guru yang baik harus selaras dengan celupan Allah.

Sibghatullah wa man ahsanu minallahi sibghah wa nahnu lahu abidun

‘Celupan Allah, dan siapakah yang lebih baik celupannya daripada celupan Allah, dan hanya kepada-Nya-lah kami beribadah’ (QS. Al Baqarah 138).

(*) Oki Aryono, Alumnus Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Unesa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *