Sandingkan dan Bandingkan

waktu baca 5 menit
Anies Baswedan saat menghadiri deklarasi relawan amanat Indonesia di tenis indoor komplek GBK, Minggu (7/5). (istimewa)

KEMPALAN: ’’Ojo Dibandingke’’ adalah lagu terkenal yang dinyanyikan oleh Farel Prayoga dari Banyuwangi. Lirik lagu itu menceritakan dua pria yang mencari simpati dari wanita kekasihnya. Sang pria memohon agar dirinya tidak dibanding-bandingkan dengan pesaingnya.

Tapi, pendukung Anies Baswedan malah menantang supaya Anies ‘’dibandingke’’ dengan lawan-lawannya. Sandingkan dan Bandingkan menjadi ‘’tagline’’ perlawanan Anies Baswedan menuju kontestasi pilpres 2024. Jargon itu muncul pada deklarasi dukungan relawan ‘’Amanat Indonesia’’ di Senayan, Minggu (7/5).
Selama ini kubu Anies Baswedan berusaha menghindari konfrontasi terbuka dengan kubu Jokowi. Kubu Anies berusaha menghindari kesan sebagai oposisi terhadap Jokowi. Bahkan ketika disebut sebagai antitesa Jokowi pun kubu Anies menolak. Tetapi, akhirnya realitas politik tidak bisa dihindari lagi. Jokowi terang-terangan menempatkan Anies dan partai pendukungnya sebagai ‘’liyan’’, kelompok lain yang harus dieksklusi.

Pidato Anies Baswedan di Senayan, Minggu (7/5) menjadi proklamasi posisi Anies sebagai oposisi. Anies secara terbuka menyerang Jokowi, yang dianggap cawe-cawe dalam proses pemilu. Anies menyindir ada yang takut kekuasaannya akan hilang, dan kemudian melakukan intervensi terhadap proses pemilu. Anies mengingatkan bahwa cawe-cawe terhadap proses pilpres adalah indikasi adanya abuse of power atau penyalahgunaan kekuasaan. Anies menganggap hal itu mencederai proses demokrasi.

Anies menyoroti kebijakan rezim yang tidak melahirkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia sebagai amanat konstitusi. Anies mengatakan bahwa persoalan pemilu bukan sekadar pertanyaan mengenai melanjutkan atau tidak melanjutkan program pemerintah sebelumnya. Pemilu adalah proses menengok dan mengevaluasi kembali apakah tujuan bernegara sudah berada pada track yang benar.

Anies secara terbuka mengatakan bahwa lawan yang dihadapinya pada pemilu 2024 mempunyai sumber daya yang sangat besar dan tidak terbatas. Meskipun tidak menyebut secara spesifik, sudah jelas bahwa yang disindir Anies adalah Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto, dua kandidat yang paling potensial menjadi pesaing Anies pada kontestasi 2024, dan lebih didukung oleh rezim.

Perang terbuka tidak terhindarkan lagi. Anies sudah menarik garis demarkasi dan menempatkan dirinya pada posisi berseberangan dengan kekuasaan. Partai-partai pendukung Anies pun melakukan koor yang senada, mendesak pemerintah menghentikan upaya intervensi terhadap proses pemilu.

Jokowi menjadi sorotan tajam karena manuvernya yang makin kentara dalam membela Ganjar Pranowo sebagai capres yang didukung oleh PDIP. Jokowi mengundang para pemimpin parpol pendukung rezim ke Istana. Manuver ini dikecam sebagai penyelewengan kekuasaan karena menjadikan istana seolah sebagai posko pemenangan.

Serangan terbuka terhadap Jokowi gencar bermunculan. Pidato terbuka Anies di Senayan makin menegaskan serangan itu. Anies mengandalkan kekuatan relawan untuk menghadapi kekuatan yang mempunyai sumber daya tidak terbatas itu.

Dikotomi antara kedua kubu tidak bisa dihindarkan. Ganjar Pranowo dianggap sebagai ‘’petugas partai part two’’, karena mendapatkan penugasan dari PDIP sebagai calon presiden. Kubu Anies melawan narasi ini dengan menempatkan Anies sebagai ‘’petugas rakyat’’.

Jokowi dianggap memakai Istana Negara sebagai posko pemenangan capres dukungannya. Kubu Anies melawan narasi itu dengan membentuk posko rakyat, atau poskora. Para relawan Anies melakukan deklarasi untuk membentuk pos komando rakyat, sekaligus pos komando relawan Anies, untuk melawan narasi pos komando Istana.

Relawan Anies melakukan deklarasi dengan membentuk 100 poskora di setiap kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Gerakan ini bisa disebut mirip dengan gerakan PDIP pada masa awal reformasi, ketika membentuk posko-posko pemenangan dengan memanfaatkan gardu maupun pos kamling di kampung dan desa.

Kali ini poskora ala pendukung Anies tidak memakai fasilitas publik. Poskora akan mamakai rumah para relawan untuk menjadi pusat pemenangan. Poskora akan menjadi pusat gerakan pendukung Anies sekaligus pusat untuk mensosialisasikan Anies dan program-programnya. Poskora sekaligus akan dipakai sebagai ujung tombak untuk merekurt relawan yang bersedia menjadi saksi bagi Anies Baswedan pada pilpres 2024.

Para pendukung Anies menyuarakan ‘’war cry’’, teriakan perang ‘’sandingkan dan bandingkan’’. War cry ini ditujukan kepada Ganjar Pranowo maupun Prabowo Subianto sebagai pesaing potensial Anies Baswedan. Tetapi teriakan perang ini tampaknya lebih ditujukan kepada Ganjar Pranowo yang dianggap sebagai pesaing terberat.

Sandingkan dan bandingkan. Sandingkan Anies di sebelah Ganjar, lalu bandingkan. Anies membanggakan capaiannya selama menjadi gubernur DKI Jakarta. Sementara Ganjar sampai sejauh ini belum menyuarakan prestasi sebagai gubernur Jawa Tengah. Anies mengklaim telah melakukan banyak langkah terobosa yang bisa menjadikan Jakarta sebagai kota yang lebih baik. Ganjar banyak diserang karena dianggap gagal mengendalikan banjir di Jawa Tengah.

Ganjar Pranowo juga terus bergerak. Kedua capres itu bahkan bertemu di satu titik di Jember pada akhir pekan kemarin. Keduanya sama-sama memanfaatkan momen khaul Habib Sholeh Jember untuk mencari dukungan publik. Kendati tinggal di hotel yang sama tetapi dua kandidat tidak bertemu secara fisik.

Ganjar terus berjalan menemui pendukungnya. Sampai sejauh ini Ganjar belum berbicara mengenai gagasan atau menjawab berbagai hal yang ditudingkan kepada dirinya. Kampanye negatif terhadap Ganjar bertebaran di media sosial. Serangan paling gencar terhadap Ganjar adalah masalah petugas partai dan penolakan Ganjar terhadap kedatangan timnas Israel, yang berujung pada pencoretan Indonesia sebagai tuan rumah turnamen piala dunia sepak bola usia 21. Ada juga netizen yang iseng menyerang Ganjar karena dianggap suka menonton film porno.

Ganjar sudah langsung gaspol setelah didapuk sebagai capres PDIP pada 21 April. Tetapi selama ini Ganjar belum berbicara secara terbuka mengenai isu-isu besar yang berhubungan dengan dirinya. Ganjar lebih banyak melakukan pertemuan-pertemuan seremonial dengan pendukung-pendukungnya, dan hanya memberikan pernyataan-pernyataan yang bersifat normatif.

Pilpres 2024 kemungkinan akan diikuti oleh 3 pasang. Persaingan Anies Baswedan vs Ganjar Pranowo akan menjadi pertunjukan utama yang ditunggu-tunggu oleh publik. Prabowo Subianto jauh-jauh hari sudah ditempatkan sebagai kuda hitam yang bisa saja mengejutkan. Kendati demikian, pilpres 2024 seolah-olah sudah dipastikan akan menjadi ajang balapan dua kuda ‘’two horse race’’ Anies vs Ganjar.

Sandingkan dan bandingkan akan menjadi even yang banyak ditunggu oleh publik. Momen sandingkan dan bandingkan akan terjadi saat para kandidat tampil pada depat terbuka, yang menjadi bagian dari rangkaian kampanye pemilihan presiden. Melihat rekam jejak selama ini, Anies lebih diunggulkan untuk memenangkan debat ketimbang Ganjar Pranowo. Kendati demikian, hal itu tidak menjadi jaminan kemenangan Anies.

Kontestasi pilpres bukanlah pertandingan cerdas cermat, siapa pintar dia menjadi juara. Kontestasi pilpres adalah tarung bebas full body contact yang bisa berdarah-darah. Siapa yang kuat dia menjadi pemenang. ()

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *