FIFA Pertanyakan Keseriusan Indonesia

waktu baca 3 menit
Penampakan kantor FIFA di Swiss (*)

JAKARTA-KEMPALAN: Federasi Sepak Bola Dunia, FIFA mempertanyakan keseriusan Indonesia dan PSSI dalam melakukan transformasi sepak bola di Tanah Air. 

Fakta tersebut diungkapkan langsung oleh Ketua Umum PSSI Erick Thohir setelah bertemu dengan Presiden FIFA Gianni Infantino di Paris Prancis.

Pria yang juga menjabat sebagai Menteri BUMN itu berkata bahwa Presiden FIFA mempertanyakan keseriusan Indonesia dalam melakukan transformasi sepak bola. 

Transformasi yang dimaksud Infantino adalah niatan Indonesia untuk memperbaiki diri sejak 2016. Saat itu, Infantino mendukung transformasi sepak bola Indonesia dengan mencabut sanksi pembekuan PSSI. 

Pada tahun 2015, Erick yang saat itu menjabat sebagai presiden klub Inter Milan juga ikut membantu proses pencairan PSSI. Saat itu, Erick ditugaskan langsung oleh Presiden Joko Widodo [Jokowi] untuk bertemu dengan Presiden FIFA. 

Setelah sanksi dicabut, sepak bola Indonesia akhirnya bisa berjalan kembali, tetapi transformasi yang sempat dijanjikan tidak berjalan optimal hingga terjadi Tragedi Kanjuruhan pada Oktober 2022.

Seusai tragedi yang menelan 135 korban jiwa ini Erick kembali diutus Presiden Jokowi. Presiden berharap Indonesia tak disanksi FIFA dan Indonesia didampingi dalam mentransformasi.

Erick lantas terbang ke Zurich, Swiss, untuk menemui Infantino, tetapi lantas diminta terbang ke Doha, Qatar. Saat itu Infantino sedang dalam fase sibuk menjelang Piala Dunia 2022.

“Presiden [Jokowi] menulis surat waktu itu kepada presiden Gianni. Poin-poinnya akan mentransformasi sepak bola Indonesia. Pembinaan pemain diciptakan dari bawah.” kata Erick.

“Di situ presiden Gianni bicara bahwa, ‘Ya, saya mau bantu sepak bola Indonesia. Masih dengan komitmen yang dulu, tetapi Indonesia sendiri mau nggak berubah?’.” tambahnya. 

“Di situlah saya coba meyakinkan kalau bisa FIFA mendampingi transformasi ini.” imbuh pria berusia 52 tahun itu. 

“Lalu kemarin kejadian lagi. Itu menurut saya yang paling berat. Saya duduk berdua dengan presiden Gianni di Doha, satu meja, tidak ada siapa-siapa.” kata pria kelahiran 1970 itu. 

“Beliau menyampaikan, ‘Dulu kamu datang sebagai sahabat saya dan ada surat dari pemerintah ingin transformasi. Saya yakini itu. Lalu kamu datang lagi sebagai menteri, wakil resmi pemerintah dan kita bersepakat transformasi ini dilakukan. Makanya FIFA punya komitmen buka kantor di sini [Indonesia]. Sekarang kejadian lagi dan kamu sebagai ketua PSSI, sebagai member saya’.” imbuh Erick.

“Artinya apa, tentu itu tekanan yang disampaikan bahwa kita sudah sering minta tolong dengan FIFA, tetapi keseriusan kita memperbaiki sepak bola kita belum terbukti.” imnuh pendiri Mahaka Group itu.

“Di situ ada data-data ekonomi, karena banyak sekali argumentatif disampaikan. Saya dengan presiden Olimpiade Thomas Bach, IOC, kebetulan saya IOC member. Kenapa ekonomi Indonesia naik, tetapi prestasi olahraganya turun, bahkan stagnan. Ini salah satu kunci juga bahwa kita lack of management, kekurangan manajemen dan komitmen.” tutup Erick.

Berkat blueprint inilah, yang menunjukkan keseriusan Indonesia dalam proses transformasi sepak bola, FIFA akhirnya tak memberikan sanksi berat kepada Indonesia yang telah gagal menggelar Piala Dunia U-20 2023. 

(*) Edwin Fatahuddin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *