Pernah Menyandang Predikat “Aktor Terbaik” Festival Drama se-Jatim

waktu baca 6 menit
Foto: amingaminoedhin.blogspot.com

SURABAYA-KEMPALAN: Alumni fakultas sastra, Universitas Sebelas Maret Surakarta, jurusan bahasa dan Sastra Indonesia. Aktif kegiatan teater, dan pernah menyandang predikat “aktor terbaik” pada festival drama se jatim tahun 1983 dari Teater Persada Ngawi, pimpinan Mh. Iskan. Pernah menjabat biro sastra  DKS – Dewan Kesenian Surabaya.

Ketua HP-3-N  (Himpunan Pengarang, Penulis, dan Penyair Nusantara) Jatim, koordinator FASS (Forum Apresiasi Sastra Surabaya), dan penggagas kegiatan Malam Sastra Surabaya atau “Malsasa” di Dewan Kesenian Surabaya. Diberi nama predikat ‘presiden penyair jatim’ dijuluki oleh profesor doktor Suripan Sadi Hutomo, almarhum.

Mendapatkan penghargaaan seni Gubernur Jawa Timur – Bidang Sastra, tahun 2011. Puisi aming,  juga ada yang diterjemahkan dalam bahasa inggris dan jerman, pada kumpulan puisi “equator” (2011).  Ikut temu penyair jateng di semarang (1983), temu penyair indonesia di taman ismail marzuki jakarta (1987), pertemuan sastrawan nusantara xii di singapura (2003), serta ceramah dan baca puisi di berbagai kota di jawa timur.

Karya puisinya banyak dimuat di koran dan majalah lokal dan ibu kota, antara lain: jawa  pos, surabaya post, berita buana, solo pos, republika, singgalang, sriwijaya post, banjarmasin post, pikiran rakyat, kedaulatan rakyat, suara merdeka, bali post, dan banyak lagi. Sedangkan majalah yang memuat puisinya antara lain: zaman, majalah sastra horison, dan majalah kebudayaan basis.

Selain menulis dengan menggunakan bahasa indonesia, juga bahasa jawa, berupa geguritan yang termuat di: majalah jaya baya, jaka lodang, panjebar semangat, sempulur, solo pos, dan banyak termuat di berbagai kumpulan guritan. Tulisan esainya,  termuat di: koran surabaya post, radar surabaya, kedaulatan rakyat, kompas jatim.
Sekarang masih ketua forum sastra bersama surabaya (fsbs),  pensiunan dari balai bahasa jawa timur. Alamat: puri mojobaru az-23 desa canggu, kecamatan jetis – mojoketo 61352. (*)

Aming Aminoedhin
CATATAN TENTANG SURABAYA

baca catatan kawan tentang seniman
kota surabaya, terkadang ada rindu beribu
bisa bincang-panjang lagi. diskusi tanpa
judul, tapi banyak ide kreatif bisa muncul.
tanpa basa-basi bisa gelar pamer lukisan,
pentas tari, musik, teater, atau baca puisi.

dulu balai pemuda memang ajang terbuka
seniman bicara, kini entah jarang dirambah
diskusi seni. ada apa? mungkin seniman itu
lelah, atau barangkali jengah semua
telah berubah? ada semacam pagar, tapi
tersamar mendindingi. tak jelas rupa
seperti korona. seperti ada tapi tiada.

catatan tentang surabaya ini hanya puisi,
mungkin juga ilusi. temu sua kembali
diskusi seni seperti dulu itu
terasa muskil terjadi.

Mojokerto, 2/6/2022 (04.27)

*

Aming Aminoedhin
KIBAR BENDERA MERDEKA

Mengingat masa lalu, soal bendera merah
putih biru berkibar di langit biru
hotel Yamato Surabaya. Aku jadi terharu,
betapa rakyat sontak marah atas kibaran itu.
Gebrakan marah panjat tiang bendera, merobek
warna biru pada bendera itu. Hingga tinggal
sisa warna merah-putih, senantiasa
berkibaran selalu.

Ini kibar bendera merdeka, hanya ada
merah-putih warna. Jangan sia-siakan
juang pahlawan, hadang itu penjajah selalu
menjarah. Bila berani mengganti bendera
ada tambahan biru mengangkasa, taruhannya
darah. Akan kuusir kau semua pergi! Hari
di mana kau semua harus enyah, sebelum
mendidih ini darah.

Kibar bendera merdeka merah-putih,
teruslah mengangkasa di bumi tercinta.
Ini negeri tak lagi bisa untuk kembali
dikangkangi bangsa Belanda. Inilah
bangsa Indonesia, negara merdeka!

Mojokerto, 12/8/2022 (04.22)

*

Aming Aminoedhin 
TENTANG HARI IBU

Usap tangan lembut itu telapak tangan
Ibu, ketika masih kecil aku menangis jatuh.
Suara Ibu terdengar teduh, dan rasa sakit
tiba-tiba jadi sembuh. Mantra apa dibaca
Ibu ketika itu, kita tak pernah tahu.

Ibu-lah itu perpustakaan pertamaku, muara
tanya segala apa saja aku tak tahu. Mentari
penerang jalan langkah hidup sepanjang
hidupku. Rembulan indah menuntun ibadah,
selain Ayah. Agar tak salah langkah, hidup
tak salah arah.

Tentang hari Ibu, siapa saja tak perlu ragu
melangitkan doa bagi Ibumu. Mentari
indah itu Ibu, selalu memberi tak pernah lelah.
Tapi tak pernah berharap semua kembali.
Doa Ibu itu mujarab sepanjang waktu, bisa
ketuk langit ketujuh. Terkabul semua
doa penuh seluruh.

Mojokerto, 22/12/2022 (04.22)

*

Aming Aminoedhin
HARI ANTI KORUPSI

harta berlimpah dari hasil menjarah, apalah
bisa jamin hidup indah? tak mungkin
langkah hari dapat jalan berkah. pasti
selalu bertemu salah, jika tak berupa
selalu keliru langkah.

terkadang orang lupa, sandungan
jalan hidup berawal langkah salah.
harta benda ditimbun hingga jumlah berjibun,
tanpa berhitung halal-haram harta berasal.
sedang hidup tak bawa pulang saat kematian.
tapi mengapa tetap saja korupsi?

hari ini hari anti korupsi sedunia, ada
sepotong puisi sepi. tapi tak mungkin terbaca
bagi mereka halalkan segala cara, dan
dibutakan harta.

Mojokerto, 9/12/2022 (09.12)

*

Aming Aminoedhin
NYANYIAN HUJAN

ketika nyanyian hujan kembali tiba pada
malam, serasa sejuta mimpi kian teramat
panjang. mimpi literasi hari-hari terakhir ini
kian berlarian, tanpa jeda berbagi ilmu sastra
puisi terasa indah nian.

jarak tempuh mungkin jauh, tapi bisa terengkuh.
ada cuaca musim hujan mungkin menghadang,
tapi bukan penghalang. langkah riang ini
jalan ketemu kawan silaturahmi. baca puisi
jadi kunci, bertemu lagi.

adakah sesuatu lebih indah, selain tebarkan
pesona sastra puisi? barangkali hanya janji
setia itu, ibadah berbingkai jalan sunyi,
bernama puisi.

Mojokerto, 28/11/2022 (04.19)

*

Aming Aminoedhin
NGAJI LITERASI PUISI 
DI RUMAH BUDAYA MALIK IBRAHIM

janji ngaji literasi puisi bersama guru
tuntas sudah dipenuhi. meski hujan deras
harus ditempuh, tanpa harus berkeluh.
tebar virus sastra adalah kunci, meski
sekadar baca puisi.

komunitas-komunitas sastra kian bertunas,
bekal dibawa itu hanyalah militan baca.
agar tak habis segala ide dalam menulis.
berbekal yakin pasti juga kunci, menulis
puisi tanpa beban lagi. asal jujur hati
mudah mengasah diri, tuliskan puisi.

siang hari ngaji literasi puisi di rumah budaya
malik ibrahim, waktu serasa cepat bersalin.
senja tiba-tiba merapat, dan jalanku arah
pulang itu mobil-motor kian padat.

Mojokerto, 27/11/2022 ( 05.13)

*

Aming Aminoedhin
BENTANG LITERASI
bentang literasi itu panjang, tanpa ada tepian
hingga kini. sejak nabi baca iqra, hingga
pada zaman serba digitalisasi. baca dan
bacalah tanpa stasiun henti, ada arah hidup
bakal kautemu nanti. benar-salah itu
rupa pilihan bagi diri, tanggung jawab
tergantung diri-sendiri.

kata kyai, baca itu tidak hanya ngaji.
membaca alam, laku orang, laku zaman,
bisa warna-warni. tapi kebenaran, pilihan
berdasar iman hati. tak goyah meski berjuta
batu goda ada di depan mata atau tersembunyi.

bentang literasi itu panjang, ngaji itu jadi
pedoman tak salah arah. lalu adakah
kau masih lupa mengaji?

Mojokerto, 17/10/2022 (04.32)

*

Aming Aminoedhin
DI MATA SASTRA JAWA

Berulangkali menulis puisi Jawa, ada rasa
kurang percaya diri. Kelak saat termuat
di majalah Jaya Baya atau Djaka Lodang,
agak lega hati. Tapi mungkin masih ada rasa
bimbang, meski kini telah jadi buku guritan.

Di mata ranah sastra Jawa, mungkin nama
tak terbaca. Barangkali hanya sepintas lewat,
sekadar penuhi intuisi berkelebat harus tercatat.
Bikin gurit tak harus menjerit, tersebab sulit
jadi pabrik duit. Tapi soal nurani hati, tak bisa
dipungkiri. Menulis puisi adalah darah
tak pernah mati. Harus terus tertulis hingga
usia jelang manghrib.

Kemarin, empat mahasiswa sastra Jawa
tandang datang mengakui. Ada terasa ditoleh
oleh mata sastra Jawa. Ada juga terselip
getar rasa, anak muda masih tetap setia
belajar sastra Jawa. Lalu rasa bangga itu
bicara lantang, sastra masih ada.

Mojokerto, 13/10/2022 (04.32)

*

Aming Aminoedhin 
ANTARA YOGYA-MOJOKERTO

semalam bus antarkota itu bikin lelap tidurku.
kota-kota dilalui tak terbaca mata ini. impian
serasa melayang jauh, agar pagi ini
bisa baca puisi bersama
anak-anak di surabaya.

waktu berkejaran bagai pedang, tak dikelola
bisa menipu. menusuk diri sendiri, tanpa
ampun lagi. hidup memang tak harus
bertopang dagu, janji kerja hari ini
harus ditepati.

antara kota yogya-mojokerto, hanya bisa
ditulis di surabaya. ada tanda kibaran
bendera, hari ini ternyata hari kesaktian
pancasila. jayalah negeriku
jayalah indonesiaku.

Surabaya, 1/10/2022 (08.45)

Editor: DAD

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *