Tiga Tahun Melawan Leukemia, Miha Tutup Usia

waktu baca 2 menit
Sinisa Mihajlovic. (Foto: Daily Mail)

LA SPEZIA-KEMPALAN: Ketika sorotan pecinta sepak bola tengah tertuju ke final Piala Dunia 2022 antara Prancis menghadapi Argentina, kabar duka datang dari Italia, Jumat petang waktu setempat (16/12). Di Italia, legenda sepak bola Serbia dan Inter Milan Sinisa Mihajlovic tutup usia.

Miha (sapaan akrab Mihajlovic) meninggal dunia pada usia 53 tahun setelah tiga tahun berjuang untuk melawan penyakit leukemia yang sudah dia derita sejak musim panas 2019 silam. Penyakit yang sudah menggerogoti tubuhnya ketika dia harus memikirkan taktik untuk Rossoblu (julukan Bologna FC).

Miha menghembuskan nafas terakhirnya dengan tenang tanpa memikirkan lagi tekanannya sebagai juru taktik Bologna FC. Sebab, sejak September lalu dia sudah diberhentikan dari jabatan sebagai allenatore Bologna.

Bukan hanya karena prestasi klub tersebut yang sedang anjlok dalam giornata-giornata awal Liga Italia. Kondisi Miha yang sering meninggalkan latihan anak asuhnya untuk berobat juga jadi kendala Bologna selama ini.

Kehilangan Miha juga kehilangan sepak bola Italia. Sebab, bukan hanya kariernya sebagai pelatih yang banyak mewarnai persepakbolaan Italia. Seperti diketahui, sebelum ke Bologna, Miha sempat melatih di ACF Fiorentina, Sampdoria UC, AC Milan, dan Torino FC.

Lega Serie A selaku operator yang menaungi Liga Italia pun mengucapkan belasungkawa lewat kicauan akun Twitter-nya. ’’Kami kehilangan sosok pemain dan pelatih sejati,’’ begitu kutipan dari kicauan akun Twitter Lega Serie A tersebut.

Sebagai pemain, Miha pernah mengantarkan dua klub berbeda memenangi Scudetto sekaligus double winners dengan Coppa Italia. Yaitu bersama SS Lazio 1999—2000 dan Inter Milan 2005—2006. Bahkan, sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, tahun ini Miha sudah menyempurnakan award pribadinya sebagai pelatih di Italia.

Setelah mengantongi penghargaan Gazzetta Sport Legend Award pada 2019, Miha pada April 2022 bisa menerima penghargaan Pelatih Terbaik Bulanan Liga Italia untuk kali pertama. Selain gelar pribadinya di Italia itu, dia juga sudah dianugerahi Pelatih Terbaik Serbia 2019.

Setelah meninggalnya Miha ini, mengingatkan dengan kata-katanya ketika kali pertama mengumumkan penyakit yang dia derita itu. ’’Saya menderita leukemia tapi saya akan mengalahkannya dengan bermain menyerang,’’ begitu yang dikatakan Miha. Tetapi, Miha sudah berhenti menyerang dengan kebiasan free kick-nya. Miha sudah tenang. RIP Sinisa Mihajlovic. (Yunita Mega Pratiwi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *