Khofifah: Gelaran EJTA 2022 Jadi Momen Pendongkrak PDRB Jatim di Sektor Pariwisata

waktu baca 4 menit
Gubernur Khofifah Indar Parawansa saat menghadiri gelaran EJTA 2022 di Kota Batu, Sabtu (10/12) malam.

KOTA BATU-KEMPALAN: Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyampaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor Pariwisata Jatim Tahun 2022 terus mengalami peningkatan secara signifikan.

Pasalnya, berdasarkan data Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Prov. Jatim, pada triwulan (TW) I 2022 PDRB atas dasar harga berlaku sektor pariwisata adalah Rp 36.986,76 miliar. Pada TW II meningkat menjadi Rp 38.243,41 miliar dan meningkat lagi pada TW III menjadi Rp 39,408,48 miliar.

“Kekuatan tourism bagi ekonomi Jawa Timur sangat luar biasa. Ketika Tourism  meningkat maka hotel, makanan, transportasi dan UKM hingga Industri Kreatif semua akan tumbuh bersama-sama,” kata Gubernur Khofifah pada gelaran East Java Tourism Award (EJTA) Tahun 2022 di Ballroom The Singhasari Resort Kota Batu, Sabtu (10/12) malam.

Gubernur Khofifah menjelaskan, selain PDRB, peningkatan juga terjadi pada jumlah wisatawan yang datang ke Jawa Timur. Hingga Oktober 2022, telah terjadi peningkatan signifikan dari tahun 2021. Tercatat 45.660 kunjungan wisatawan mancanegara dan 52.731.514 kunjungan wisatawan nusantara.

Tren positif di sektor pariwisata Jatim tersebut juga terus didorong dengan potensi 1.316 Daya Tarik Wisata yang ada. Angka tersebut terdiri dari 449 wisata alam, 354 wisata budaya, 513 wisata buatan dan 596 Desa Wisata. Selain itu, terdapat pula 7.889 usaha industri pariwisata restoran bintang dan non bintang, 1.576 hotel dan 1.743 homestay yang tersebar di 38 Kab/Kota se-Jatim.

Di sisi lain, Khofifah juga mengapresiasi penuh penyelenggaraan ajang EJTA 2022. Tercatat 68 penghargaan dari 11 kategori diberikan kepada desa wisata, tempat wisata, kuliner, pegiat seni hingga kesenian asli Jawa Timur.

Kesebelas kategori penghargaan tersebut yang terdiri atas Penghargaan Daya Tarik Wisata Alam, Budaya dan Buatan, Lomba Video Profil Desa Wisata dan Lomba Film Pendek Pesona Wisata Jawa Timur. Kemudian Penghargaan Usaha Pariwisata Kategori Hotel Non Bintang, Kategori Pondok Wisata / Homestay, Kategori Usaha Restoran dan Kategori Rumah Makan.

Selain itu, ada pula Penghargaan Festival Makanan Khas Jawa Timur, Penghargaan Video Profil Kuliner Terbaik, Penghargaan Festival Dalang Terbaik dan Penghargaan Warisan Budaya Tak Benda (WBTB).

Terkait dengan WBTB, Jatim disebutnya patut berbangga. Pasalnya 87 Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) nasional berada di Jawa Timur.

Dengan banyaknya WBTB asal Jatim tersebut, Khofifah juga menekankan betapa pentingnya tugas pelestarian budaya di masa depan. Dirinya menjelaskan, Sholawat Badar yang baru saja mendapat predikat WBTB merupakan bukti nyata akan banyaknya potensi budaya daerah yang harus disisir dan didaftarkan.

“Jika bukan kita yang mendaftarkan ke HAKI atau Kemendikbud, saya khawatir anak cucu kita tidak akan menemukenali kekayaan budaya bangsa. Inilah pentingnya WBTB kita sisir kembali bersama-sama, dengan membawa mandat dari daerah masing-masing,” terang Khofifah.

Selain itu, Khofifah mengaku takjub dengan banyaknya potensi Dalang Muda sebagai pewaris budaya wayang yang luar biasa digemari masyarakat Jawa Timur. Apalagi, pada Penghargaan Dalang Muda tahun ini tecatat kawasan perkotaan seperti Surabaya, Malang, dan Gresik berhasil mengirimkan wakilnya dan mendapatkan juara. Sehingga potensi dalang  tidak lagi identik dengan kawasan Nganjuk, Blitar, Tulungagung dan Ngawi yang dikenal daerah mataraman tetapi makin merata kualitas dan regenerasi dalang muda.

“Ada potensi regenerasi untuk dalang dari Jawa Timur  yang makin merata dengan mereka yang Well Educated . Mereka selesai kuliahnya, kemudian membangun penguatan di sisi budayanya, menurut saya ini luar biasa. Seperti, dalang muda dari Surabaya tadi saya sangat senang karena berencana  melakukan inovasi dengan mengawinan antara Ludruk Surabaya dengan Pewayangan,” urai Khofifah.

Khofifah menyampaikan bahwa dirinya sudah berulang kali mengujicoba pengembangan pasar ludruk di kawasan Surabaya namun belum sesukses pagelaran wayang.

“Animo masyarakat terhadap ludruk  harus didorong mungkin dengan dukungan  lighting yang  menarik disertai berbagai perform untuk menjadi gravitasi bagi pengunjung  untuk hadir dan menikmati,” terangnya.

Di akhir, tak lupa Khofifah menyemangati semua pemenang penghargaam yang hadir. Dirinya berharap ajang ini bisa menjadi upaya bersama untuk terus meningkatkan promosi pariwisata di wilayahnya masing-masing. Terima kasih pula kepada para dewan juri yang telah bekerja luar biasa.

“Kita lihat dari sisi digitalnya, ada juga lomba video pendek, dan penayangan dari beberapa  wisata desa dan wilayah. Tentu hal ini sangat bagus untuk saling bisa mem-promote daerahnya,” tutur gubernur perempuan pertama Jatim itu.

“Jadi mempromote potensi lokal menjadi bagian yang sangat penting. Problemnya adalah di Infrastruktur untuk mengakses area-area yang keindahannya luar biasa. Bersama-sama pemerintah dari desa, kecamatan,  kabupaten hingga provinsi untuk membangun aksesibilitas bersama,” pungkasnya.

Turut hadir dalam kesempatan tersebut, Sekretaris Daerah Prov. Jatim Adhy Karyono, Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jatim Hudiono, ratusan pegiat pariwisata dari seluruh Jatim dan jajaran Kepala OPD Pemprov Jatim terkait. (Dwi Arifin)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *