Ismail Bolong

waktu baca 5 menit

KEMPALAN: DI Masjid Ampel Surabaya ada legenda Mbah Bolong, yang menjadi salah satu santri pengikut Sunan Ampel. Mbah Bolong punya karomah atau kemuliaan untuk bisa menerawangkan pandangannya sampai menembus ke arah Ka’bah di Mekah. Karena karomah Mbah Bolong ini maka arah kiblat Masjid Ampel bisa akurat menghadap ke Mekah.

Mbah Bolong—mempunyai nama asli Sonhadji—punya kesaktian lain, yaitu punya nyawa rangkap sehingga bisa hidup kembali setelah mati sampai 9 kali. Di kompleks makam Ampel, di depan masjid, konon ada 9 makam yang diyakini sebagai makam Mbah Bolong.

Legenda itu menjadi bagian dari sejarah yang diceritakan dari mulut ke mulut. Beberapa hari terakhir ini nama Mbah Bolong muncul lagi. Bukan sebagai legenda, tapi sebagai whistle blower, peniup peluit untuk melaporkan kejahatan. Kali ini Mbah Bolong bukan bangkit lagi dari kematian untuk menggenapkan 10 kali bangkit dari kubur. Tapi, kali ini yang muncul adalah seorang pensiunan polisi bernama Ismail Bolong.

BACA JUGA: Kanjuruhan dan Itaewon

Ismail Bolong tidak ada hubungan dengan Mbah Bolong. Namanya mendadak viral karena perngakuannya memberikan uang setoran kepada Kabareskrim Komjen Agus Andrianto sebesar Rp 6 Miliar. Kasus ini punya potensi menjadi peristiwa whistle blowing paling mengegerkan di Indonesia. Sayangnya, hanya sehari setelah melakukan whistle blowing, Ismail Bolong menarik pernyataannya dan menyatakan minta maaf.

Sebuah video yang beredar menggambarkan Ismail Bolong sebagai petugas polisi yang bertugas di wilayah pertambangan batubara di wilayah Kalimantan. Dalam pengakuannya Ismail Bolong mengatakan bahwa ia bertugas melindungi operasionalisasi perusahaan pertambangan ilegal yang bekerja tanpa izin di wilayah itu. Saat ini Ismail Bolong sudah mengundurkan diri dari keanggotaan Polri.

Karena beroperasi secara ilegal, perusahaan tambang itu harus patungan untuk membayar uang perlindungan. Di kalangan pelaku premanisme uang perlindungan semacam itu disebut sebagai ‘’japrem’’ alias jatah preman. Jumlahnya tergantung jenis operasi dan tergantung pada kelas operasinya. Kalau kelas kaki lima tentu japrem kelas kaki lima juga. Dan, kalau operasi kelas bintang lima maka japrem juga kelas bintang lima.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *