Beradu Taktik Lagi dengan Conte, Ini Kata Tudor

waktu baca 2 menit
Entraineur Olympique de Marseille Igor Tudor (kiri) dan tactician Tottenham Hotspur Antonio Conte (kanan). (Foto: Sporting News)

MARSEILLE-KEMPALAN: Antonio Conte sudah jadi pemain veteran ketika Igor Tudor datang ke Juventus saat musim 1997—1998. Conte pun sudah menggenggam scudetto pertamanya sebagai allenatore Juve ketika Tudor baru menjajal peruntungannya sebagai pelatih di skuad junior Hajduk Split, musim panas 2012.

Ketika The Godfather (julukan Conte) sudah menunggu sejak 2019—2020 mencicipi fase 16 Besar Liga Champions, Tudor justru bisa menghancurkan penantiannya. Ironisnya, Tudor baru musim ini merasakan jadi pelatih di klub kontestan Liga Champions. Jauh dari Conte yang sudah memasuki musim keenam.

BACA JUGA: Spurs Kalah Lagi, Conte Menyerah?

Kans Tudor menyalip Conte terbuka lebar saat Olympique de Marseille asuhannya menjamu Tottenham Hotspur di Orange Velodrome, Marseille, Rabu dini hari (2/1). Bahkan dengan senjata yang selama ini kerap jadi modal Conte memenangi banyak gelar-gelar di berbagai klub.

’’Kami mempunyai karakter yang sama dan mempunyai keinginan mendapatkan banyak hal dari skuad asuhan kami,’’ sebut Tudor kepada Sky Sport Italia.

Tak bisa dipungkiri. Banyak faktor yang menyamakan gaya main Conte dan Tudor. Yang paling mencolok adalah keduanya sama-sama menggunakan formasi tiga bek. Conte lebih ke 3-4-3, sedangkan Tudor lebih menyerang dengan 3-4-2-1.

BACA JUGA: Conte Punya Trio Eksekutor Tendangan Bebas, Siapa Saja?

Selain itu, Conte dan Tudor juga punya pendekatan yang sama dengan skuadnya. Kedua pelatih ini tipikal pelatih yang tidak mau mengubah ide taktikalnya sekalipun sedang berada dalam fase buntu di depan gawang lawan.

Uniknya, sebelum sama-sama bertemu dalam laga penentuan kali ini, Tudor dan Conte pun tak mampu mengembalikan kekuatan pertahanan klubnya. OM (akronim nama Marseille) dan Spurs sama-sama gagal mencatatkan nirbobol dalam empat laga terakhirnya.

Tudor sepanjang melawan Conte juga tidak pernah mampu menjebol gawang skuad asuhan mentornya itu. Saat dia masih di Hellas Verona melawan Inter pada giornata 3 Liga Italia 2019—2020. Atau saat The Lilywhites (julukan Spurs) mampu mempecundangi OM dengan dua gol tanpa balas, 7 September lalu.

Bedanya, kali ini Tudor sedang mencari sekoci. Media-media Prancis menyebut, pria berusia 44 tahun itu bisa kehilangan jabatannya di Les Phoceens (julukan OM) apabila tersingkir dari fase grup Liga Champions musim ini.

’’Para pemainku akan masuk ke lapangan untuk memenangi pertarungan ini. Kami bisa menambahkan sesuatu. Memang, peran pelatih sangat penting. Tetapi, pemain yang tetap jadi aktor utama,’’ sebutnya. (Yunita Mega Pratiwi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *