Kabur Pas Lagi Krisis Besar, Mantan Presiden Sri Lanka Tiba di Thailand
BANGKOK-KEMPALAN: Mantan Presiden Sri Lanka yaitu Gotabaya Rajapaksa—yang melarikan diri ketika negaranya sedang porak poranda karena krisis besar, pada saat ini telah tiba di Thailand.
Ia tiba di Thailand setelah mengambil penerbangan dari Singapura—yang diperkirakan menjadi tempat persembunyiannya selama negaranya sedang krisis.
Ia tiba dengan menggunakan jet pribadi di Bandara Internasional Don Mueang pada jam 8 Malam waktu setempat.
Berdasarkan Aljazeera, ia memiliki izin tinggal sementara oleh pemerintah Thailand.
Hal tersebut dikatakan langsung oleh Perdana Menteri Thailand yaitu Prayuth Chan-Ocha yang mengizinkan kepada Presiden Rajapaksa untuk dapat tinggak di Thailand dengan alasan kemanusiaan.
Namun, ia melarang Mantan Presiden Sri Lanka tersebut untuk melakukan tindakan perpolitikan di Thailand.
Kemudian, Juru Bicara Menteri Luar Negeri Thailand yaitu Tanee Sangrat mengatakan bahwa Mantan Presiden Rajapaksa hanya tinggal secara sementara dan memiliki tujuan untuk tetap melakukan perjalanan—sehingga tidak ada permasalahan perpolitikan di dalamnya.
Ia kemudian menyebutkan bahwa Mantan Presiden tersebut memiliki paspor diplomatik—yang berarti bahwa ia memiliki hak untuk tinggal di negara lain selama 90 hari tanpa Visa.
Hingga saat ini, setelah kabur sejak bulan lalu, Mantan Presiden Rajapaksa masih belum memberikan perkataannya.
Ketika negaranya sedang dalam masa terpuruknya, ia terekam kabur dari Sri Lanka menuju Maladewa—kemudian pindah ke Singapura hingga pada akhrinya Visanya habis pada Kamis (11/8).
Warga Sri Lanka melakukan demo besar-besaran di jalan selama sebulan penuh—meminta solusi bagi negaranya yang sedang runtuh, namun Presidennya sendiri malah melarikan diri.
Pendemo juga sudah menduduki rumah Perdana Menteri, Istana Presiden dan lainnya kemudian menyalahkan keluarga Rajapaksa—yang secara oligarki memimpin Sri Lanka sebagai pelaku utama mismanajemen ekonomi sehingga terjadi krisis parah.
Pada saat ini, krisis di Sri Lanka sudah mulai mereda—dan negara tersebut sedang bersiap-siap menerima program bantuan dari IMF.
(Aljazeera, Muhamad Nurilham)









