4 Hal Mengapa Pemilu Prancis Tahun 2022 Wajib Diikuti

waktu baca 3 menit
Kandidat Pemilu Prancis-Aljazeera

PARIS-KEMPALAN: Pada Minggu mendatang, warga Prancis akan melakukan voting ronde pertama untuk menentukan siapa yang akan memimpin Prancis dalam masa jabatan selanjutnya.

Dibawah kepemimpinan Presiden Macron, warga Prancis mengalami banyak kejadian selama lima tahun terakhir mulai dari naiknya biaya hidup hingga pandemi COVID-19.

Apakah Macron akan kembali menjabat selama lima tahun kedepan? Atau terdapat hal menarik lainnya?

Berikut adalah daftar kandidat Pemilu Prancis 2022.

  • Nathalie Arthaud (Lutte Ouvrière – anti-capitalist)
  • Nicolas Dupont-Aignan (Debout la France – right)
  • Yannick Jadot (Europe Ecologie Les Verts – green)
  • Anne Hidalgo (Parti Socialiste – socialist)
  • Jean Lassalle (Résistons – independent)
  • Marine Le Pen (Rassemblement National – far right)
  • Emmanuel Macron (La République en Marche – centrist)
  • Jean-Luc Mélenchon (Union Populaire – radical left)
  • Valérie Pécresse (Les Républicains – conservative)
  • Philippe Poutou (Nouveau Parti Anticapitaliste – anti-capitalist)
  • Fabien Roussel (Parti Communiste Français – communist)
  • Eric Zemmour (Reconquête – far right)

Pada berita ini kemudian akan dijelaskan empat hal mengapa Pemilu Prancis wajib untuk diikuti.

 

Posisi Prancis di Dunia Internasional

Konflik Rusia-Ukraina pada saat ini berhasil membawa Macron menjadi lebih dekat dengan Uni Eropa, NATO dan negara Barat lainnya.

Hal tersebut menjadi penting karena Macron merupakan seseorang yang Pro-NATO dan Pro-Uni Eropa.

Kemudian, terdapat kandidat—sebagian besar dari semua calon yang ada kemudian memiliki pandangan yang berbeda dengan Macron.

Seperti misalnya kandidat bernama Marine Le Pen—Musuh terkuat Macron saat ini dan juga Eric Zemmour yang menyatakan secara terang-terangan bahwa dirinya menolak adanya Uni Eropa.

Mereka bahkan mengusulkan adanya “Frexit”.

 

Permasalahan Ekonomi

Berdasarkan riset yang dilakukan oleh lembaga Ipsos, 58% hasilnya menunjukkan bahwa permasalahan ekonomi menjadi yang paling penting untuk dibenahi dan menjadi topik utama dalam perbedatan.

Hal tersebut terjadi karena pada saat ini, Prancis sedang mengalami inflasi terburuk selama 30 tahun terakhir.

Daya beli menjadi semakin rendah karena adanya inflasi tersebut—dan yang paling terdampak adalah kelompok menengah kebawah.

Kelompok tersebut kemudian dianggap akan menjadi penentu kemenangan salah satu calon—jika berhasil memenangkan dari konsep ekonomi.

 

Perpecahan Sayap Kiri

Dari total 12 kandidat yang ada, 7 diantaranya berasal dari Sayap Kiri.

Tidak ada satu kesatuan calon dari koalisi Kiri yang kemudian memberikan hasil bahwa perpecahan Sayap Kiri di Prancis menjadi semakin nyata.

Analis Politik Prancis mengatakan bahwa seharusnya Sayap Kiri Prancis harus memiliki dua kandidat utama—yaitu yang reformis dan yang radikal.

Namun pada saat ini, spektrum tersebut tidak jelas.

 

Isu Imigrasi

Isu imigrasi menjadi salah satu permasalahan yang selalu berada dalam pembahasan debat Prancis selama dua dekade terakhir.

Hal tersebut terjadi karena imigrasi berkaitan dengan permasalahan ekonomi dan budaya—sehingga memunculkan pro-kontra dari isu tersebut.

Dari hasil polling yang ada, warga Prancis berpikiran bahwa sudah terlalu banyak pengungsi di Prancis sehingga harus membatasinya.

Kemudian Macron datang dengan kebijakan imigrasinya yang keras—sehingga ia memiliki legitimasi yang besar dari konteks isu imigrasi.

 

(Muhamad Nurilham, diambil dari beberapa sumber)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *