Menuju Pemilihan Umum 2022, Pengamat Beberkan Gaya Politik di Filipina
MANILA-KEMPALAN: Pemilihan umum presiden dan wakil presiden Filipina rencananya akan diselenggarakan pada 9 Mei 2022 sebagai bagian dari serangkaian pemilihan umum yang akan dilaksanakan pada tahun itu.
Salah satu kandidat kuat sebagai calon presiden Filipina adalah anak Ferdinand Marcos, Bongbong Marcos yang berjanji akan memberikan kesejahteraan bagi para nelayan di negara itu dengan memodernisasi peralatan mereka.
Filipina terkenal dengan situasi politik yang panas di kala akan pemilihan. Seorang pengamat politik Asia Tenggara bernama John Sidel dari London School of Economics and Political Science di Inggris pernah mencatat hal ini dalam bukunya Capital, Coercion, and Crime.
Ia menjelaskan dalam bukunya, walaupun negara itu pernah berada di bawah kekuasaan Spanyol, namun feodalisme pertanahan bukan menjadi satu-satunya landasan terbentuknya sebuah elit politik yang kuat. Hal ini terbukti dari Ferdinand Marcos yang menjadi presiden terlama di Filipina namun bukan seorang tuan tanah.
Sidel juga memperlihatkan bagaimana politik di Filipina didominasi para “bos” yang juga bermain layaknya mafia, tidak hanya mengambil posisi, namun juga membagikan posisi bagi para kroni-nya. Para bos ini belum menghilang dalam panggung politik negara itu.
Hal ini terbukti dengan keberadaan Rodrigo Duterte yang disebut sebagai “Big Boss” oleh John Sidel ketika ditanya pendapatnya mengenai Presiden Filipina tersebut melalui surat elektronik.
“Berkaitan dengan Duterte, ya dalam beberapa hal ia adalah contoh dari jenis tertentu bos kota besar dan sekarang seorang Big Boss. Tapi waktunya (memimpin) akan segera berakhir. Dan nampaknya Filipina akan mempunya ‘era Marcos’ kedua,” tutur John di surel pada Senin (28/3) malam.
Profesor di LSE ini menjelaskan bahwa seperti walikota dari kota besar lainnya di Filipina, Duterte cenderung memberikan permasalahan bisnis kepada keluarga pebisnis lokal, yakni “oligarki” Davao, sementara ia berfokus pada kebijakan antinarkobanya.
“Saya kira begitu Anda menyerahkan sebagian besar (urusan) perekonomian lokal ke pebisnis lokal, cara terbaik untuk menikmati menjalankan kekuasaan lokal adalah dengan berfokus pada masalah ‘hukum dan ketertiban’ dan memanfaatkan kendali walikota atas polisi,” urainya.
Menurutnya, Bongbong Marcos kemungkinan juga akan memenangkan pemilihan presiden pada Mei, alasannya adalah sama dengan kemenangan Noynoy Aquino dalam pemilu 2010, yakni namanya terkenal.
“Walaupun kedua senator itu tidak benar-benar membesarkan namanya sendiri sebagai legislator, mungkin hanya saja tidak ada yang lebih baik mencalonkan diri untuk posisi itu,” tambah John seraya menambahkan, Bongbong Marcos sedang memimpin dalam perlombaan menuju pemilu.
“(Bongbong) Jauh lebih unggul (perihal prediksi suara) daripada yang dimiliki Duterte pada tahap pemilihan ini pada tahun 2016. Saya bertanya-tanya apakah masih mungkin bagi kandidat lain untuk menyusulnya…. Mungkin tidak,” tutup alumni Cornell University itu. (Reza Hikam)