Korupsi BTS dan Kisah Ksatria Jedi
KEMPALAN: Kasus korupsi proyek BTS Kominfo membawa korban baru. Anggota BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) Achsanul Qosasi ditangkap oleh Kejaksaan Agung karena menerima sogok Rp 40 miliar. Penangkapan ini menjadi indikasi bahwa kasus korupsi ini—sebagaimana kasus korupsi lainnya—mengalir sampai jauh ke sudut-sudut kekuasaan.
Achsanul Qosasi hanyalah satu di antara pemain-pemain kelas kakap yang diduga ikut menikmati aliran uang haram ini. Nama-nama besar di lingkar kekuasaan yang muncul dalam daftar dugaan penerima aliran adalah Menteri Pemuda dan Olahraga Dito Ariotedjo dan pengusaha Happy Hapsoro, suami ketua DPR-RI Puan Maharani.
Achsanul Qosasi langsung dikerangkeng setelah pemanggilan pertama. Dito Ariotedjo yang diduga menerima sogok Rp 27 miliar sudah diperiksa sebagai saksi, tapi sampai sekarang terlihat masih aman. Dito menerima rasuah itu dalam posisi sebagai staf khusus Menko Ekonomi Airlangga Hartarto yang juga ketua umum Partai Golkar.
Happy Hapsoro masih belum tersentuh, kendati direktur utama perusahaannya sudah ditetapkan sebagai tersangka. Aliran dana haram ini menyebar lintas partai. Sempat muncul indikasi bahwa dana haram juga dialirkan ke Partai Nasdem sebagai partai induk Johny G Plate, tersangka utama. Tetapi, dari beberapa data yang muncul dana haram ini juga dinikmati oleh politisi dari partai lain.
Aliran dana haram diduga kuat juga mengalir ke beberapa anggota DPR RI di komisi I. Penelusuran aliran ini tersendat karena salah seorang saksi kunci tiba-tiba menghilang. Saksi itu bernama Nistra Yohan, staf ahli Komisi I Fraksi Gerindra DPR RI. Namanya disebut dalam sidang kasus korupsi BTS karena diduga menerima sogok sampai Rp 70 miliar.
Logikanya, seorang staf ahli tidak mungkin bermain sendirian dengan menerima uang sebesar itu. Sangat mungkin ia bertindak atas nama para pimpinannya. Hal yang kurang lebih sama berlaku pada Dito Ariotedjo, yang patut diduga mengalirkan uang sogok itu kepada orang lain yang menjadi atasannya.
Sayangnya Nistra Yohan sekarang menghilang dan membuat penyelidikan aliran haram ini macet. Nistra sekarang menjadi buron. Menghilangnya Nistra dikhawatirkan akan menjadi fenomena Harun Masiku Part Two.
Harun Masiku resmi menghilang pada 20 Januari 2020, hanya selang dua hari dari penangkapan Wahyu Setiawan, komisioner KPU (Komisi Pemilihan Umum) yang menerima sogok untuk memuluskan pergantian antar-waktu Harun Masiku. Wahyu sudah dihukum, tapi Harun Masiku masih raib tidak tentu rimbanya.
Ada dugaan kuat Harun disembunyikan—atau dihilangkan—untuk menghapuskan jejak pucuk pimpinan PDIP (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan). Nama yang sempat disebut keterlibatannya ialah Sekjen Hasto Kristiyanto yang memberi rekomendasi Harun Masiku untuk menjadi anggota DPR dari jalur PAW (pergantian antar-waktu). Harun menghilang dan kasus suap tingkat tinggi ini pun buntu.
Menghilangnya Nistra mirip dengan Harun Masiku, meskipun jalannya berbeda. Harun dikabarkan menghilang ke luar negeri di sebuah tempat. Ada informasi yang menyatakan Harun sudah balik ke Indonesia.
KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) beralasan belum bisa mengejar Harun Masiku karena terkendala masalah Covid-19. Sekarang setelah Covid selesai KPK masih tetap belum bisa menangkap Harun Masiku.
Nistra Yohan tiba-tiba menghilang bak ditelan bumi. Begitu namanya disebut dalam persidangan, Nistra langsung menghilang tanpa jejak. Kejaksaan Agung yang mempunyai otoritas untuk mengejar buron itu sampai sekarang belum melaporkan perkembangan yang berarti.
Kasus korupsi BTS menusuk langsung ke jantung kekuasaan Partai Gerindra. Di Komisi I Nistra Yohan bekerja untuk politisi Gerindra Sugiono, yang dikenal sebagai orang dekat Prabowo Subianto, calon presiden Koalisi Indonesia Maju, yang juga pendiri dan ketua dewan pembina Partai Gerindra.
Sejak Prabowo maju dalam kontestasi pilpres 2014 sampai 2019, Sugiono menjadi bagian dari tim inti di lingkarang Prabowo. Tim inti ini jugalah yang berada di lingkarang dalam Prabowo dalam pilpres 2024. Prabowo sangat percaya kepada tim ini dan menyebut mereka sebagai ‘’Ksatria Jedi’’.
Tempo.co edisi 28 Oktober 2013 menurunkan laporan ‘’Kisah Para Ksatria Jedi Prabowo’’, mengenai tim inti yang direkrut Prabowo dari lingkaran anak-anak muda yang brilian. Menghadapi Pemilu 2014, Prabowo Subianto mengaku tidak menyewa konsultan politik. Sebagai calon presiden, dia percaya diri mengandalkan anak-anak muda pintar yang bergabung ke Partai Gerindra. Mereka itu, antara lain, tiga lelaki muda yang dijulukinya “Jedi Knights”.
Prabowo mengaku menyukai film Star Wars karya George Lucas. Ia terkesan dengan tokoh Luke Skywalker, salah satu ksatria Jedi, murid Master Yoda, yang gigih melawan kekuasaan Emperor.
Dalam Star Wars diceritakan, para Ksatria Jedi ini terikat kode etik, bertindak atas nama moral, dan keadilan. Mereka terlarang bertindak dengan emosi termasuk tidak boleh jatuh cinta. Tindakan mereka sangat kontras dengan musuh abadi mereka prajurit The Sith yang dipimpin Lord Darth Sidious alias Darth Vader, penguasa zalim yang menggunakan kekuatan gelap.
Yang pertama dikenalkan adalah Sudaryono, sekretaris pribadinya sekaligus Wakil Sekretaris Jenderal Partai Gerindra. Umurnya 28 tahun, lulusan Akademi Pertahanan Nasional Jepang atau Boei Daigakko. Kedua, Sugiono, 34 tahun, lulusan kampus militer Norwich University di Amerika Serikat. Ia mundur dari TNI dengan pangkat letnan satu. “Dia anggota dewan pembina termuda,” ujar Prabowo. Sugiono juga memimpin organisasi Gerakan Rakyat Dukung (Gardu) Prabowo, sayap Gerindra.
Prabowo kemudian memperkenalkan Dirgayuza Setiawan, 24 tahun, pengurus Tunas Indonesia Raya, juga organisasi sayap Gerindra. Dia salah satu dari 13 lulusan terbaik University of Melbourne, Australia. Dirgayuza mengatakan, Prabowo sendiri yang meminta Dirga bergabung ke Gerindra.
Prabowo mengakui tiga Ksatria Jedi itu termasuk lingkaran dalamnya. Meski masih muda dan relatif belum berpengalaman dalam politik, tapi Prabowo kerap melibatkan mereka dalam mengambil keputusan.
Prabowo memuji mereka sebagai anak-anak muda yang cemerlang. Mereka pintar sejak masih di SMA Taruna Nusantara Magelang yang menjadi salah satu sumber rekrutmen kader Gerindra. Di antara tiga kesatria itu hanya Dirgayuza yang bukan alumnus Taruna Nusantara.
Kasus korupsi BTS ini akan mirip dengan kisah Star Wars yang penuh intrik dan ketegangan tingkat tinggi. Nistra Yohan yang menghilang punya hubungan dekat dengan Sugiono sang Ksatria Jedi.
Akankah skandal politik tingkat dewa ini terbongkar dengan tertangkapnya Nistra Yohan? Kita tunggu episode ‘’Star Wars’’ berikutnya.
Oleh: Dhimam Abror Djuraid (Founder kempalan.com)
