Haji Metaverse
KEMPALAN: Seorang santri mbeling bertanya kepada kiai, ‘’Pak Yai, apa saya berdosa dan masuk neraka kalau menonton film porno tapi saya memakai kacamata hitam’’. Pak Yai tahu, santrinya ini cerdas tapi mbeling. Pak Yai menjawab, ‘’Nanti di akhirat kamu tidak masuk neraka, tapi kamu dimasukkan ke dalam drum lalu ditutup rapat dan drum dilemparkan ke neraka’’.
Si santri bertanya lagi, ‘’Mengapa saya dimasukkan ke neraka, kan saya tidak menonton film porno langsung, saya hanya menonton melalui kacamata hitam?’’ Pak Yai menjawab, ‘’Yang dicemplungkan ke neraka kan bukan kamu, tapi drum.’’
Dialog santri mbeling dengan kiai ini menjadi ilustrasi bagaimana rumitnya hubungan teknologi dengan agama. Teknologi semakin canggih, dan agama dituntut untuk terus-menerus update dan para kiai, ulama, dan ustaz jangan sampai kudet alias kurang update.
Menonton film porno melalui gawai dan penontonnya memakai kacamata hitam adalah tamsil bagaimana dunia realitas sekarang ini sudah berubah menjadi dunia hiperrealitas, atau realitas semu. Kenyataan fisik sudah berubah menjadi kenyataan virtual karena munculnya berbagai teknologi terbaru seperti 3D.
Realitas yang nyata menjadi realitas yang semu, dan sebaliknya realitas yang semu menjadi realitas yang nyata. Manusia berinteraksi di jagat maya seolah-olah mereka berinteraksi di jagat realitas. Sebaliknya, realitas nyata yang ada di sekitar kita berubah menjadi realitas semu karena keberadaannya kita abaikan.
BACA JUGA: Bodoh
Para pemuka agama harus berburu dengan waktu, berkejar-kejaran dengan perkembangan teknologi digital. Dunia nyata sudah mengalami transformasi menjadi dunia virtual yang sudah menjadi jagat tersendiri, yang disebut jagat khayal atau ‘’Metaverse’’. Selama ini kita mengenal ‘’universe’’ atau jagat raya. Uni berarti satu atau tunggal. Tapi, ternyata dunia digital bisa menciptakan jagat raya baru yang bakal menyaingi universe.
