Haruna vs Shin Tae-yong

waktu baca 6 menit
Haruna dan Shin Tae Yong. Pikiran Rakyat.

KEMPALAN: Inilah asyiknya sepakbola Indonesia. Prestasi boleh sepi, tapi konfliknya tetap ramai. Beberapa hari ini tagar ‘’Haruna Out’’ menjadi trending topic. Netizen marah dan menggeruduk Haruna Soemitro, anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI yang juga direktur Madura United, anggota Liga 1 PSSI dan mendesaknya out dari Exco.

Haruna bikin ribut setelah dalam sebuah wawancara Siniar (Podcast) di kanal JPNN.Com mengritik pelatih timnas Indonesia asal Korea Selatan, Shin Tae-yong (STY). Haruna menyindir STY gagal karena tidak berhasil membawa Indonesia juara AFF.

Seorang pelatih, kata Haruna harus memberikan hasil, bukan proses. Sama seperti Luis Milla, pelatih sebelumnya. Publik menganggapnya bagus tapi tidak bisa memberi gelar juara. Akhirnya Milla out. Haruna menyindir STY. Kalau tidak bisa memberi juara, ya harus out. STY tersinggung oleh sindiran ini. Konflik Haruna-STY ini bisa jadi berbuntut panjang dan serius.

Netizen ribut. Internal PSSI pun ikut ribut. Haruna–yang nota bene orang dalam–malah melempar bom di kamarnya sendiri. Rangkap jabatan sebagai direktur klub Liga 1 dan anggota Exco sangat mungkin menimbulkan conflict of interest.

Tidak perlu kaget. Rangkap jabatan seperti ini hal yang lazim di PSSI. Di negara lain hal ini tabu, tapi di Indonesia menjadi praktik yang biasa. Rata-rata pengurus teras PSSI dan anggota Exco punya klub, atau mengelola klub. Bukan hanya satu klub yang dikelola, tapi bisa dua atau tiga klub, dan bahkan lebih.

Conflict of interest, mungkin, tidak ada di kamus PSSI. Karena itu biasa saja kalau ada yang merangkap jabatan. Karena itu, ketika Haruna mengritik praktik internal di lingkungan PSSI hal itu  sama saja dengan menepuk air di dulang tepercik muka sendiri.

Kali ini bukan sekadar tepercik muka sendiri, tapi sama saja denga disiram air sedulang yang membuat PSSI basah kuyup. Konflik kepentingan di internal PSSI terbongkar sendiri dari pernyataan Haruna. Ada rebutan proyek naturalisasi pemain asing di PSSI. Itu salah satunya. Sudah jelas bahwa di internal PSSI sendiri proyek itu tidak mendapat dukungan dan jadi rebutan.

Konflik internal PSSI selalu lebih ramai dibanding prestasinya. Nama-nama pengurus PSSI mungkin lebih terkenal dibanding nama-nama pemain nasional PSSI. Nama Haruna Soemitro, Iwan Budianto, atau Mochamad Iriawan, jauh lebih dikenal ketimbang nama striker timnas pribumi Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *