Psikolog : Penghapusan Jurusan Buka Peluang Anak Kenali Minatnya
SURABAYA – KEMPALAN : Pemerintah berencana menerapkan kurikulum prototipe dan kurikulum darurat bagi sekolah yang berminat untuk diterapkan di tahun ajaran 2022. Salah satu implementasinya yaitu peniadaan penjurusan IPA dan IPS di jeniang SMA.
Menurut dosen psikologi Universitas Airlangga Dr. Dewi Retno Suminar, M.Si., Psikolog., pada dasarnya ilmu tidak terpisah secara murni. Sehingga kurikulum prototipe pada dasarnya cukup positif untuk diterapkan.
Bagi Dewi, selama ini mata pelajaran seperti matematika dipelajari oleh semua jurusan, hanya penyebutannya disebutkan matematika minat. Ketika SMA menghapuskan jurusan itu akan memberikan peluang bagi anak-anak menemukan sendiri minatnya.
“Selain itu akan menghapus penggolongan atau hierarki jurusan. Contoh selama ini disebutkan anak IPA lebih tinggi dari anak IPS,” tambah dosen yang memiliki fokus bidang psikolog perkembangan, dan anak tersebut pada Kamis (30/12).
Dengan kemajuan zaman dan keilmuan, perubahan kurikulum harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Dengan adanya kurikulum baru itu, Dewi berharap tidak terjadi lagi kasta dalam jurusan pendidikan semua bidang/jurusan baik, semua bidang ilmu saling berkaitan satu dengan yang lainnya.
“Kolaborasi ilmu sudah menjadi tuntutan jaman. Ilmu sains membutuhkan sosial dan sebaliknya. Nah, nilai ini yang harus ada dalam pemahaman anak anak di jenjang SMA, sehingga kesadaran bahwa ilmu itu saling kolaborasi untuk menjadi kuat sudah dimiliki sejak SMA,” terangnya.
Adapun langkah awal dalam persiapan kurikulum baru bagi pihak sekolah adalah menghapus jurusan yang ada, membuat kebijakan peminatan bagi anak-anak dalam prosesnya dengan kebebasan bagi anak menentukan namun difasilitasi penelusuran bakat dan minatnya.
Menurutnya, kebijakan kurikulum baru itu dapat direalisasikan di semua wilayah Indonesia. “Saya yakin dengan berjalannya waktu pasti akan berubah semuanya, karena ini tidak menyangkut tentang dapat diterapkan di daerah atau khusus perkotaan,” ungkapnya.
Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Assesmen Pendidikan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) Anindito Aditomo menjelaskan bahwa kurikulum prototipe sudah diuji coba pada 2.500 sekolah se-Indonesia melalui Program Sekolah Penggerak. Kurikulum ini lebih fleksibel dengan fokus pada materi esensial dan tidak padat materi. (Nani Mashita)