Ibu, Bunga Peradaban dan Penentu Keberlangsungan Bangsa
Catatan Ekonomi Dr. Khairunnisa Musari*
(Peringatan Hari Ibu)
Ramadhan 2008: “Kami baru saja berbuka kolak pisang kirimanmu. Beberapa sisir saya kirim ke Ibu di Bandung. Beliau senang sekali. Trims ya.”
Ramadhan 2009: “Kami baru pulang dari Swiss. Baru saja saya dan Meutia berbuka dengan keripik pisang kirimanmu. Kami memakannya dengan olesan madu. Lezat sekali.”
Demikian saya menemukan pengantar artikel yang saya tulis 11 tahun lalu pada sebuah koran lokal yang mencuplik pesan pendek Prof. Sri-Edi Swasono, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia yang juga menantu pertama dari Bung Hatta.
Awal Desember, beberapa saat setelah Gunung Semeru mengalami erupsi dan menjadi berita nasional, usai beliau menanyakan keadaan saya sekeluarga, beliau menyinggung kembali soal pisang agung khas Lumajang yang biasanya saya kirimkan dulu.
“Iya, nanti Covid reda, kita ketemu di Jember ya. Kau bawa pisang (yang agak mentah) dan coklat ya,” kata Pak Edi, demikian saya biasa memanggilnya.
Hari ini, bersamaan dengan peringatan Hari Ibu, saya diingatkan kembali dengan pisang agung dan sayangnya Pak Edi pada Almarhumah Ibunya. Setiap kali saya mengirimkan pisang agung ke Jakarta, Pak Edi pasti menyisihkan sebagian untuk lanjut dikirimkan ke Ibunya di Bandung.
Mungkin juga karena bersamaan dengan peringatan Hari Ibu, maka Pak Edi memilih hari ini menjadi jadwal operasi bedah saraf beliau di Rumah Sakit Metropolitan Medical Center (RS MMC) yang akan ditangani langsung oleh Prof. dr. R.M. Padmosantjojo, Sp.BS., Ketua Tim Dokter yang pernah menangani kasus kembar siam Yuliana-Yuliani pada tahun 1987.
Menjelang operasi, Pak Edi masih sempat-sempatnya mengirimkan 11 makalah beliau tentang nasionalisme, patriotisme, kepemimpinan, pembangunan, dan pergeseran paradigma yang tentu saja semuanya dalam konteks ilmu ekonomi dan menyikapi kondisi bangsa negara hari ini. Maksudnya, tentu saja agar saya membacanya.
Jika saya hubungkan momen Hari Ibu dengan Pak Edi yang sangat menyayangi Almarhumah Ibunya yang telah menanamkan nilai-nilai kepada putra-putrinya untuk mencintai Indonesia, maka sejatinya Ibu memang adalah bunga peradaban dan penentu keberlangsungan bangsa.
Ibu, Bunga Peradaban
Islam memuliakan perempuan, terlebih kepada Ibu.