Plh Sekdaprov Heru Buka Pasar Seni Lukis Indonesia

waktu baca 3 menit
Plh Sekdaprov Heru Tjahjono menggoreskan lukisan di atas kanvas saat membuka PSLI Tahun 2021 di Gedung JX Internasional, Jumat (3/12).

SURABAYA-KEMPALAN: Setelah vakum dua tahun akibat pandemi Covid-19, Pasar Seni Lukis Indonesia (PSLI) tahun 2021 yang diselenggarakan Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Sanggar Merah Putih akhirnya kembali digelar dan dibuka Plh Sekretaris Daerah Heru Tjahjono di Gedung JX Internasional, Jalan Ahmad Yani 99, Surabaya, Jumat (3/12).

PSLI sendiri merupakan ajang pertemuan pelukis, galeri, kolektor, dan masyarakat pecinta seni. Kegiatan tersebut salah satunya juga masih menjadi momen perayaan HUT ke-76 Pemprov Jatim. Persiapan untuk PSLI 2021 ini sendiri memakan waktu cukup singkat, yakni satu bulan.

Meski begitu, panitia mampu menyiapkan 108 booth dengan total 130-140 peserta sejak 3-12 Desember 2021. Peserta yang ikut berasal dari daerah-daerah di Jatim, Jawa Tengah, Jawa Barat, Banten, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Bali, serta Kalimantan Selatan.

Plh. Sekdaprov Heru Tjahjono mengatakan, seni merupakan ajang aktualisasi diri. Ketika diakui, seringkali menimbulkan euforia dan adrenalin tersendiri.

“Itulah mengapa datangnya pandemi Covid-19 membuat sektor ini terpuruk dengan kurangnya apresiasi dari masyarakat,” ujarnya.

Lebih lanjut, Heru berpendapat, menyebarnya virus corona merupakan pukulan bagi berbagai sektor di seluruh negeri. Sebab, efeknya terlihat di seluruh sektor, termasuk kesenian musik maupun lukis.

“Seni ini merupakan aktualisasi diri dan ruang kebebasan di mana seniman berekspresi dan menunjukkan kreativitas. Jadi seni bukan hanya sekadar aktivitas ataupun perkara harga lukisan, tapi perasaan saat menggoreskan warna yang menimbulkan adrenalin dan rasa diakui. Makanya pandemi ini merupakan pukulan bagi dunia seni,” ujarnya.

Heru mengakui, selama krisis Covid-19 dua tahun belakangan, dirinya telah banyak menyaksikan kesulitan yang dihadapi para seniman. Pasalnya, mereka harus melakukan berbagai cara untuk bertahan hidup.

“Selama ini para seniman ini tidak bisa bergerak. Mereka kesulitan sampai menjual semua peralatannya. Dari mulai cat, kanvas, kuas bahkan seniman musik juga menjual gitar dan alat musiknya,” terangnya.

Maka dari itu…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *