Mbah Marsyam Girang, Satu Jam Sudah Masuk Data MBR Sekaligus Jaminan Permakanan

waktu baca 4 menit
"Mbah Marsyam memang perlu intervensi. Saat itu yang mendesak adalah bantuan karena kondisi covid. Saat itu juga saya masukkan yang bersangkutan ke aplikasi MBR+ Surabaya," kata Ilham yang masih kuliah semester 7 di salah satu PTS di Surabaya, Selasa (30/11/2021).

SURABAYA-KEMPALAN: Mbah Marsyam, datang tergopoh-gopoh ke rumah Ketua RT 12 Krembangan Bhakti, Mochamad Ilham Ramadhani.

Jarak lima rumah bukan penghalang bagi pria yang baru beberapa hari menginjak usia 60 tahun itu. Lansia ini cukup jalan kaki.

Dengan kondisi ekonomi yang terbatas, dia tinggal bersama anaknya di Kampung Krembangan Bhakti.

Saat itu kondisi covid-19 di Kota Surabaya tengah mewabah.

Mbah Marsyam selama ini menggantungkan makan dari sang anak.

Pria lansia itu ingin seperti warga yang lain. Dari ekonomi sederhana bisa mendapatkan fasilitas permakanan.

Namun pria lansia ini menahan diri karena pikirnya pasti ribet menngurusnya.

“Saya takutnya jlimet ngurusnya,” ucap Mbah Marsyam di hadapan Pak RT.

Saat itu sekitar pukul 10.00. Mbah Marsyam langsung disambut hangat Ketua RT 12/RW 02 Krembangan Bhakti,

Kelurahan Kemayoran, Kecamatan Krembangan Ilham. Pak RT termuda di Surabaya ini mendengarkan keluhan dan curhat Mbah Marsyam.

Di saat banyak warga dan tetangga mendapatkan bantuan covid-19, Mbah Marsyam yang secara ekonomi lemah terlewatkan.

Ternyata dia belum masuk data masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

Selama terdata sebagai MBR, bantuan akan dialamatkan kepada mereka.

Namun saat covid menghantam dengan dibarengi mandeknya ekonomi, makin banyak warga yang belum tercover MBR.

Musibah covid mendorong sistem pendataan berbasis data riil dan faktual makin diperbaharui.

“Mbah Marsyam memang perlu intervensi. Saat itu yang mendesak adalah bantuan karena kondisi covid. Saat itu juga saya masukkan yang bersangkutan ke aplikasi MBR+ Surabaya,” kata Ilham yang masih kuliah semester 7 di salah satu PTS di Surabaya, Selasa (30/11/2021).

Surabaya selama satu tahun terakhir ini makin memudahkan warganya mendapatkan layanan.

MBR+ adalah aplikasi yang dikembangkan Pemkot Surabaya untuk mengelola data MBR.

Selain terjamin akurasinya, aplikasi ini sesuai faktual di lapangan karena melalui survei.

Kurang dari satu jam Mbah Marsyam berhasil memproses masuk data base MBR baru. Karena harus disurvei dan dicek kondisi lapangan.

Baik dari Dinsos dan Kelurahan mengecek dan konfirmasi ke lokasi. Mbah Marsyam akhirnya bisa menikmati bantuan MBR.

Kegirangan kakek ini bertambah karena selain mendapatkan bantuan MBR, dalam hari-hari ke depan tak lagi memikirkan makan.

Saban hari, dia berhak atas bantuan permakanan. Hantaran makan saban hari dicukupi pemkot.

Inilah salah satu layanan paling mendekatkan warga dan cepat. Untuk menjadi penerima permakanan memang harus warga asli Surabaya lansia dari MBR.

Tercatat hingga pertengahan 2021 lalu ada 29.167 jatah permakanan tiap hari.

Sebanyak 17.853 untuk lansia MBR. Sebanyak 6.315 permakanan untuk disabilitas dan 4.999 untuk anak yatim piatu.

Sebelumnya, untuk masuk MBR harus mengurus lama. Datang ke kelurahan dan koordinasi dengan dinsos. Jaraknya lumayan.
Prosesnya juga relatif lama. Kini cukup dengan HP sudah bisa mengurus MBR. Caranya buka aplikasi MBR+ Surabaya.

Ilham mencatat sebanyak 180 MBR baru di kampungnya sudah masuk data base baru MBR.

Kalau masuk data MBR artinya mereka berhak atas Program intervensi Pemkot Surabaya.

Tidak hanya bantuan MBR dan Permakanan tapi juga jaminan BPJS. Warga MBR dibiayai jaminan kesehatan melalui BPJS.

Tidak hanya Mbah Marsyam yang buta HP bisa dibantu Pak RT. Mbah Ginah (65) juga masuk data base warga MBR baru.

Perempuan yang sendirian tinggal di kontrakan Krembangan Bhakti juga “ditolong” aplikasi MBR+ Surabaya.

Pak RT Makin Semangat kini Dapat Insentif Rp 1 juta/Bulan

Saat ini menjadi Pak RT di Surabaya membanggakan. Mereka mendapat kepercayaan penuh melayani warga.

Bahkan dengan kata lain, “wali kota” yang sesungguhnya di hadapan warga adalah Pak RT.

Bagaimana tidak, semua bentuk layanan, keluhan, dan segala tetek-bengek kebutuhan warga larinya ke RT.

Bahkan kini mengurus dokumen kependudukan khusus akta kelahiran, akta kematian, dan pindah kewargaan dilayani di RT.

Artinya tugas Pak RT bertambah. Pada saat Surabaya dihantam covid, Pak RT sampai Pak RW menjadi ujung tombak perjuangan Surabaya melalui gelombang covid hingga landai saat ini.

Momentum Covid itu semakin mempercepat Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dan Wakil Wali Kota Armuji memberikan insentif tambahan. Kini honor Pak RT seluruh Surabaya Rp 1 juta per bulan.

Tidak hanya Pak RT, Pak RW, LPMK dan Bumantik atau Kader Kesehatan juga mendapat “berkah” dari kebijakan Wali Kota Eri Cahyadi dan Wakil Walikota Armuji.

Saat ini, honor Ketua RT dari semula Rp 550.000 per bulan, naik menjadi Rp 1 juta.

Untuk RW, dari Rp 600.000 jadi Rp 1,2 juta. Sedang LPMK, dari Rp 700.00 menjadi Rp 1,5 juta.

Sementara kader kesehatan dari Rp 100.000 menjadi Rp 450.000 per bulan. (*)

Editor: Freddy Mutiara

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *