Bermain Sambil Belajar, Sejarah Asia Tenggara dalam Age of Empires II: Rise of the Rajas

waktu baca 3 menit
Suryavarman I, Gadjah Mada, dan Bayinnaung dalam poster Age of Empires II-Rise of the Rajas. (AoE II)

KEMPALAN: Asia Tenggara adalah wilayah dengan keberagaman budaya yang sangat kaya, di wilayah Indocina, meskipun nampak sama, namun memiliki budaya yang berbeda-beda antara Laos, Kamboja, dan Vietnam, berbeda pula antara Myanmar dan Thailand.

Di wilayah Melayu seperti Indonesia, Brunei, Malaysia, Singapura dan Filipina, meskipun berada dalam rumpun Melayu masing-masing memiliki kisah dan gayanya sendiri. Akan tetapi, semuanya berada dalam tatanan yang jauh berbeda pada Abad Pertengahan yang mana wilayah ini diisi oleh berbagai kerajaan.

Hal ini digambarkan oleh salah satu game tersohor yang mengangkat tema sejarah, Age of Empires II dalam ekspansinya Rise of the Rajas yang mengangkat kisah Asia Tenggara. Dalam update AoE II ini, ada empat peradaban yang ditambahkan: Burma, Vietnam, Khmer, dan Melayu, masing-masing memiliki pasukan dan teknologi khasnya sendiri.

Namun, dalam perihal arsitektur, Burma, Khmer, dan Melayu memiliki bangunan yang sama dengan bentuk khas ala Candi, sedangkan Vietnam mengikuti gaya arsitektur seperti Asia Timur (Mongol, China, Korea, Jepang) yang nampaknya memperlihatkan peradaban tersebut masih lekat dengan panggilan lawasnya, Indocina.

Menariknya, terkait pasukan khusus, keempatnya memiliki unit yang tidak dimiliki peradaban lain, yakni War Elephant. Bisa dibilang pasukan ini adalah ciri khas dari Asia Tenggara secara keseluruhan. Ia termasuk dalam rumpun pasukan kavaleri yang dilatih di Stable, namun jauh lebih kuat dari sisi damage dan Health Point (HP).

Arsitektur peradaban Malay di Age of Empires II. (forgotten empires)

Ekspansi ini juga menyuguhkan empat campaign baru berdasarkan dari pahlawan masing-masing wilayah: Bayinnaung untuk Burma, Suryavarman I untuk Khmer, Le Loi untuk Vietnam, dan Gadjah Mada untuk Melayu. Meskipun menggunakan peradaban Melayu, namun dalam kisahnya, sang narator menggambarkan Gadjah Mada sebagai “pemersatu” kepulauan Indonesia.

Selain War Elephant yang merupakan pasukan khusus bersama di Asia Tenggara, setiap peradaban memiliki pasukan khususnya masing-masing yang bisa dibilang luar biasa unik ketimbang peradaban lain yang ada di AoE II. Pasukan khusus ini dilatih di Castle, bangunan yang menjadi tempat mendapatkan unique unit di seluruh permainan ini.

Burma memiliki kavaleri bernama Arambai. Arambai sendiri tidak termasuk cavalry archer, namun kavaleri dengan senjata semacam tulup dengan damage non-archer. Pasukan ini tidak memiliki akurasi yang baik, tapi jangan tanya perkara damage yang diberikan, bahkan cukup untuk menghancurkan Castle sekalipun apabila digunakan dalam jumlah banyak (yang belum tentu bisa dengan cavalry archer). Hal itu disebabkan oleh teknologi khusus yang dimiliki Burma, di mana Arambai bisa memberikan damage tambahan terhadap bangunan.

Bergerak mendekati China, kita menemukan Vietnam denga Rattan Archer-nya, yakni pasukan pemanah yang tahan untuk menghadapi sesama pemanah karena memiliki armor tambahan untuk melawan pasukan archer.

Kekuatan pasukan ini selaras dengan campaign Le Loi yang dihadapkan dengan peradaban China, yang mana pasukan khususnya, Chu Ko Nu, adalah pemanah yang dapat memanah dengan cepat sehingga damage-nya bisa berlipat.

Adapun, Vietnam memiliki pasukan khusus tambahan yang bernama Imperial Skirmisher, yakni upgrade ketiga dari Skirmisher. Pasukan khusus ini bisa didapatkan apabila bermain sebagai peradaban itu, atau beraliansi dengan Vietnam.

Arsitektur peradaban Khmer di Age of Empires II. (forgotten empires)

Di wilayah yang sekarang menjadi Kamboja, ada Kekaisaran Khmer pada masa Suryavarman I. Khmer memiliki pasukan khusus berupa gajah yang membawa balista yakni Ballista Elephant. Dengan teknologi khususnya, Scorpion maupun Ballista Elephant dapat menembakkan dua proyektil sekaligus. Adapun pasukan khusus ini bisa digunakan untuk membersihkan pepohonan seperti Mangonel.

Last but not least, peradaban Melayu dengan Karambit Warriors­-nya. Karambit Warriors ini murah, dihitung hanya setengah populasi, dan bisa dilatih dengan cepat, maka dari itu penggunaannya harus dalam jumlah besar biar berarti. Mereka juga memiliki damage maupun HP yang kecil sehingga jumlah besar akan membuat musuhnya kesulitan karena harus membunuh satu per satu. (reza hikam)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *