Mati Ketawa ala Rektor UI dan Jokowi

waktu baca 5 menit
Salah satu momen ketika Presiden Joko Widodo mengespresikan tertawanya (foto:ist)

KEMPALAN: Sebuah mobil Esemka mogok di tol Jagorawi. Kebetulan lewat mobil sport Porsche seri terbaru yang berbaik hati membantu menderek Esemka mogok itu.

Porsche menderek Esemka dan mengebut 140 kilometer perjam. Saking kencangnya, mobil Esemka di belakangnya mulai lepas baut dan mur satu persatu. Tak lama kemudian ban belakang sudah oleng mau lepas.

Porsche tetap dikebut kencang. Pengemudi Esemka yang panik menekan bel keras-keras minta supaya Porsche lebih pelan. Tapi, Porsche tetap melaju kencang.

Esok hari akun buzzer mengunggah foto dengan narasi, “Sebuah mobil Esemka terlibat kebut-kebutan di tol Jagorawi dengan mobil Porsche sport keluaran terbaru. Esemka membunyikan bel terus-menerus minta diberi jalan mau menyalip, tapi Porsche tetap tidak mau minggir”.

Buku mati ketawa cara Rusia (fotoL:st)

Kalau Anda tahu bahwa itu joke lawas, mungkin Anda sudah membacanya di buku humor “Mati Ketawa ala Rusia” yang diterbitkan di Indonesia pada 1986.

Joke itu menceritakan mobil buatan Rusia yang mogok dan diderek oleh mobil buatan Amerika. Karena mobil Rusia itu perotol satu persatu onderdilnya, si kamerad sopir mobil Rusia menekan bel berkali-kali supaya mobil Amerika mengurangi kecepatannya.

Esok hari Pravda memuat foto dengan berita, “Inilah bukti kehebatan mobil Rusia yang kemarin terlibat kebut-kebutan dengan mobil buatan Amerika. Kamerad kita menekan bel berkali-kali supaya mobil Amerika minggir, tapi mobil kapitalis itu tetap tidak mau memberi jalan”.

Mati Ketawa ala Rusia viral lagi sekarang di Indonesia. Kali ini yang menjadi sasaran adalah Rektor Universitas Indonesia Prof. Ari Kuncoro PhD yang merangkap menjadi komisaris di sebuah bank BUMN.

Rangkap jabatan itu dilarang oleh statuta UI. Maka kemudian  muncul Peraturan Pemerintah yang mengubah  statuta itu dan menghapuskan pasal yang melarangan rangkap jabatan.

Perubahan ini mendapatkan respons riuh rendah dari netizen. Ada yang mengecam keras, ada yang mendukung.

Banyak juga meme yang bermunculan dengan beraneka macam ekspresi. Selain itu, joke yang berupa sindiran lucu pun beredar dengan cepat melalui berbagai Whatsapp grup dan akun media sosial.

Salah satunya adalah joke “Mati Ketawa ala Rektor UI”. Judul ini merupakan pleseten dari buku humor “Mati Ketawa ala Rusia”.

Buku itu berisi rangkaian humor politik yang terjadi di Uni Soviet di bawah rezim komunisme. Buku ini menjadi best seller dan banyak dikutip untuk menyindir rezim otoriter Orde Baru.

Buku ini menjadi lebih lucu karena diberi pengantar oleh Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.

Meme tentang Rektor UI dan statuta UI yang dibuat oleh netizen (foto:ist)

Berikut ini joke-joke dalam “Mati Ketawa ala Rektor UI” yang beredar luas:

“Rektor UI mobilnya kehabisan BBM, SPBU-nya yang disuruh datang,”

“Rektor UI yang tidak pandai berenang jatuh ke laut, lautnya yang kering supaya tidak tenggelam,”

“Rektor UI kena Covid-19, virusnya yang isoman,”

“Rektor UI mau ke ATM VRI, ATM nya yg datang ke Kampus,”

“Rektor UI lupa password Facebook, Mark Zuckerberg langsung minta maaf,”

“Rektor UI menerobos lampu merah, aturannya langsung diubah, lampu hijau jadi berhenti, merah jadi jalan,”

“Rektor UI naik mobil hampir menabrak pagar. Pagarnya geser sendiri,”

“Rektor UI lewat perlintasan Kereta Api. Kereta apinya yang berhenti,”

“Rektor UI melanggar aturan, aturannya yg minta maaf,”

“Rektor UI melanggar hukum gravitasi, Issac Newton pun bangkit dari kubur untuk merevisi teorinya,”

“Rektor UI kepanasan. Mataharinya yg redup sendiri,”

“Rektor UI divaksin, vaksinnya yang meriang,”

“Rektor UI ke Indomaret bersama cucu. Baru parkir mobil, harga Kinderjoy langsung turun,”

“Rektor UI push up, buminya yang naik turun,”

“Rektor UI joget dangdut sama biduan, biduan yang nyawer,”

“Rektor UI kegerebek warga menginap di rumah janda, warganya yang diarak,”

“Rektor UI lewat polisi tidur, polisi tidur tahan napas biar rata,”

“Rektor UI ketemu setan, setannya baca Ayat Kursi,”

“Rektor UI main tenis, pas bolanya mau keluar garis, garisnya yang melebar,”

“Rektor UI minum soda gembira, sodanya langsung sedih,”

“Rektor UI ketemu debt collector, debt collectornya yg menyerahkan motor,”

“Rektor UI kena macet di jalan, Dishub minta maaf,”

“Rektor UI parkir sembarangan, rambunya kena derek Dishub,”

“Rektor UI ingin masuk timnas U-23, batasan umur diubah,”
“Rektor UI bersin, Amerika kena flu,”

“Rektor UI mau ke Mars, Elon Musk yang mengalah.”

Serangan perundungan terhadap Ari Kuncoro memang luar biasa deras bergelombang. Akhirnya Ari Kuncoro memutuskan untuk melepas jabatannya sebagai komisaris bank pemerintah.

Urusan tidak berhenti sampai disitu. Rundungan masih tetap deras. Kali ini Ari Kuncoro dianggap mempermalukan Jokowi yang sudah mengambil risiko mengeluarkan peraturan pemerintah untuk mengubah statuta UI. Sudah dibela-belai malah Ari mengundurkan diri.

“Ibarat makan sate, daging dilepeh (dikeluarkan dari mulut), dan sujen (penusuk) ditelan,” begitu komentar netizen menggambarkan sikap Ari Kuncoro yang dianggap mempermalukan Jokowi.

Tapi, banyak juga yang memuji Ari Kuncoro yang dianggap menunjukkan integritasnya sebagai seorang akademisi. Ari dianggap telah membuktikan komitmennya terhadap trilogi motto UI “Veritas, Probitas, Iustitia”, Kejujuran, Kebenaran, Keadilan.

Bola panas sekarang ada di kaki Jokowi. Perubahan statuta dianggap sebagai tes air “testing the water” untuk melihat reaksi masyarakat.

Aturan lama menyebutkan rektor tidak boleh rangkap jabatan sebagai “pejabat” di BUMN maupun di perusahaan swasta. Di aturan yang baru yang dimaksud pejabat adalah direksi, sedangkan komisaris tidak termasuk pejabat. Karena itu rektor boleh rangkap jabatan menjadi komisaris.

Kalau begitu, nanti akan ada perubahan kecil di konstitusi yang mengatur masa jabatan kepresidenan. Masa jabatan presiden tetap dua periode, tapi bisa diangkat lagi sebagai “Mandataris MPR” seperti zaman Orde Baru.

Ini bisa disebut sebagai joke, tapi bisa juga dianggap candaan tapi serius. Terserah Anda.

Presiden Joko Widodo (memakai batik) menunaikan ibadah salat Idul Adha di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Selasa, (20/7). Presiden Salat berjamaah di halaman Istana bersama sejumlah perangkat kepresidenan. (foto:ist)

Masih ada satu yang ketinggalan:
“Jokowi Shalat Ied pakai muazin, MUI membuatkan dalil”.

Ketika Jokowi membuat unggahan Shalat Idul Adha memakai muazin, Majelis Ulama Indonesia (MUI) buru-buru mengeluarkan dalil-dalil untuk membela.

Ketika Jokowi dikritik karena tidak tahu beda muazin dan “Bilal” dalam shalat jamaah, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas langsung menyalak terhadap pengritik, “Sudah belajar, belum”.

Siapa yang harus belajar ngaji, Gus? (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *