Kejar Mimpi Pertumbuhan 4,5% dengan Potensi dan Harapan

waktu baca 3 menit

KEMPALAN: Seperdua belas tahun baru kita lewati di 2021 ini. Di awal bulan Januari lalu publik dibuat mengerutkan dahi dengan prediksi Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi setiap bulannya di 2021 ini akan positif.

Maret-April 2021 diasumsikan sebagai bulan penuh harapan dengan prediksi angka pertumbuhan ekonomi 4,5% sampai dengan 5,5%. Tentu saja jika semua ini dapat terjadi akan sangat membanggakan di tengah serangan Covid-19 yang belum juga menunjukkan indikasi penurunan pada angka-angka penularannya meskipun sudah dihadang dengan gagah oleh kedatangan vaksin dalam  jumlah besar.

Terkini, kedatangan tahap tiga bahan baku vaksin sebanyak 15 juta dosis di Bandara Soekarno-Hatta di Tangerang guna menghadang Covid-19 yang dianggap sebagai biang babak-belurnya ekonomi global.

Untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak. Optimisme pertumbuhan ekonomi yang sudah dicanangkan di awal bulan Januari dan diawali dengan langkah strategis penanganan Covid-19 dengan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) untuk Jawa-Bali pada 11 – 25 Januari 2021 yang kemudian diperpanjang lagi, 26 Januari sampai dengan 8 Februari 2021 ternyata di tengah jalan sudah divonis oleh Presiden Joko Widodo: bahwa PPKM tidak efektif dalam menekan laju penularan Covid-19.

Idealnya, evaluasi sebuah aktivitas dilakukan pada saat  aktivitas tersebut sudah selesai. Dilakukan evaluasi untuk kemudian disusun langkah-langkah strategis berikutnya. Ingat, Covid-19 adalah sumbernya.

Ketika sebuah kebijakan diambil untuk sebuah kegiatan tertentu dalam mencapai tujuan, yang ternyata kebijakan terhadap kegiatan tersebut dianggap tidak efektif tentu saja menjadi berat untuk mengejar target-target yang sudah dicanangkan. Dalam hal ini adalah target pertumbuhan ekonomi.

Memori publik tentu sekarang ini dibawa pada kondisi setahun yang lalu,  di akhir 2019 dan di awal-awal 2020 semua pihak masih optimis yakin dan percaya  bahwa pertumbuhan ekonomi kita akan berada di kisaran 4,5% – 5,5%. Mimpi angka pertumbuhan tersebut harus dikubur lebih awal sesaat setelah hadirnya Covid-19, dan pertumbuan ekonomi 2020 akhirnya  terengah-engah berhenti di angka negatif.

Setelah bolak-balik Menteri Keuangan Sri Mulyani melakukan revisi target pertumbuhan ekonomi ini. Hal yang hampir sama terjadi sekarang. PPKM yang merupakan pengganti PSBB sebagai mesin pemotong rantai penularan Covid-19 yang merupakan sumber dari segala sumber pandemi ekonomi, ibarat sebuah mobil yang baru saja dijalankan untuk sampai pada tujuan tertentu.

Ternyata, mobil tersebut sudah harus diberi stempel tidak efektif laju-nya, tidak efektif berjalannya. Menjumpai fakta yang demikian tentu saja para teknisi perjalanan mobil tersebut harus segera mencari alternatif solusi untuk sampai tujuan guna mengejar terget yang sudah ditetapkan.

Begitulah ekonomi kita. Bermodalkan keyakinan, bermodalkan potensi-potensi yang dimiliki, dan juga bermodalkan harapan-harapan akan didapatkannya perolehan yang lebih baik di masa mendatang, kini telah dicanangkan pencapaian-pencapaian strategis, pertumbuhan ekonomi akan terus increasing.

Dalam tataran makro ekonomi memang dijumpai adanya variabel-variabel non ekonomi dalam mencapai suatu target, seperti potensi dan harapan ini. Namun, variabel-variabel ekonomi tetap harus menampakkan perannya secara lebih signifikan.

Mencermati optimisme Menteri Keuangan tersebut, sepertinya kita  sedang diajak mengejar sebuah mimpi sebuah target pertumbuhan ekonomi yang sebesar 4,5% dengan bermodalkan potensi dan harapan. Kenapa demikian? Karena mesinnya, yaitu PPKM sudah dianggap tidak efektif untuk dijalankan. Level pertumbuhan ekonomi 4,5%, bisakah? Kita tunggu. (Bambang Budiarto adalah pengamat ekonomi ISEI Surabaya)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *