Penerapan Etika Komunikasi Islami Dalam Konteks Kehidupan Remaja di Media Sosial
Penulis: Wahyu Dwi *)
KEMPALAN: Tidak dapat disangkal bahwa di zaman sekarang ini, kemajuan teknologi semakin berperan penting dalam kehidupan manusia, khususnya di kalangan anak muda. Kehidupan sosial kaum muda, dalam segala aspek, dapat ditingkatkan dengan bantuan platform media sosial seperti WhatsApp, Instagram, Facebook, dan berbagai platform media sosial lainnya. Ini memberi kaum muda kemampuan untuk mengakses apa saja dan mencarinya, terutama di internet. Salah satu wujud dari perkembangan peradaban teknologi adalah keberadaan Google. Generasi muda mampu mengambil subjek apa pun dengan sangat cepat. Karena dengan internet, anak muda masa kini dapat mengakses informasi kapan saja dan dari mana saja. Generasi muda tidak lagi tertarik untuk berburu program berita di televisi atau menunggu surat kabar disampaikan. Jika informasi terbaru tentang subjek apa pun juga harus ditemukan di situs web berita internet.
Karena itu, kami akan selalu dapat dengan mudah mendapatkan informasi terbaru, yang merupakan fitur yang sangat berguna. Namun, pertumbuhan teknologi dan informasi akan menjadi bumerang bagi generasi muda itu sendiri jika tidak ada keseimbangan yang dicapai melalui pengawasan. Ini akan menyebabkan difusi informasi yang tidak menentu bagi kaum muda jika tidak ada kontrol yang kuat di dalam platform media sosial. Inilah akar penyebab buruknya pengaruh media sosial itu sendiri terhadap kaum muda, serta penyalahgunaan media sosial, yang berujung pada kemerosotan moral dan etika di kalangan generasi muda.
Remaja sangat rentan terhadap efek berbahaya dari media sosial di dunia saat ini. Misalnya, remaja dapat dengan mudah terpikat untuk memanfaatkan jejaring sosial tanpa menyadari berlalunya waktu. Ketika kebanyakan remaja menggunakan jejaring sosial, mereka dapat dengan mudah menghabiskan waktu berjam-jam untuk melakukannya, rata-rata. Remaja mengembangkan kemalasan yang mencegah mereka berkomunikasi secara efektif di dunia nyata. Jika anak menghabiskan terlalu banyak waktu untuk berkomunikasi di dunia maya, akan ada gangguan dalam tingkat pemahaman dialog. Karena itu, semakin tidak mungkin bagi mereka untuk membedakan antara percakapan di situs jejaring sosial dan di dunia nyata, yang berkontribusi pada kurangnya sopan santun di kalangan anak muda saat ini. Karena menjamurnya platform media sosial, semakin banyak remaja yang menggunakan bahasa yang tidak tepat. Di sebagian besar akun media sosial remaja, tidak ada ejaan atau norma tata bahasa yang dinyatakan, dan remaja atau anak-anak lain kemungkinan besar akan percaya bahwa bahasa tersebut adalah bahasa kontemporer. anak muda hari ini, dan tanpa gagal, generasi mendatang akan melakukan hal yang sama.
Ada sedikit keraguan bahwa ini ada kaitannya dengan prinsip utama komunikasi dalam pemikiran Islam. Penting untuk dicatat bahwa Al-Qur’an tidak secara langsung membahas topik komunikasi; Namun, jika ditelusuri secara mendalam makna-makna yang terkandung dalam Al-Qur’an, maka akan ditemukan berbagai ayat yang memberikan gambaran tentang dasar-dasar komunikasi. Al-Qur’an membahas berbagai frase dan idiom tertentu, yang masing-masing disajikan sebagai ilustrasi dari prinsip-prinsip komunikasi tersebut. Jalaluddin Rahmad mencatat dalam komentarnya “Fath al-Qair” bahwa al-Syaukani mendefinisikan al-bayan sebagai kapasitas untuk berkomunikasi. Jalaluddin Rahmad juga menyoroti hal ini. Untuk mempelajari bagaimana orang harus berkomunikasi, selain itu, istilah “al-qaul” paling sering muncul dalam Al-Qur’an. Kata ini adalah yang paling penting untuk komunikasi. Jika kita memperhatikan istilah al-qaul dalam konteks kalimat perintah, kita dapat menarik kesimpulan bahwa ada lima (lima) prinsip komunikasi. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut: Qaulan Sadida, Qaulan Baliga, Qaulan Maisura, Qaulan Layyina, dan Qaulan Ma’rufa.
Prinsip — Prinsip Komunikasi Dalam Al — Qur’an
- Qaulan Sadida
Qaulan Sadida Artinya jujur, jujur, faktual, tidak bohong. Ketika berbicara (berkata), perlu untuk menginformasikan atau mengungkapkan kebenaran, fakta, hal-hal yang benar, kejujuran, dan menahan diri dari berbohong, serta dari membuat atau memanipulasi fakta.
- Qaulan Baligha
Menggunakan frasa yang efisien, spesifik, komunikatif, lugas, sederhana, mudah dipahami, dan tidak sulit atau bertele-tele merupakan contoh gaya komunikasi Qaulan Baligha. Agar komunikasi menjadi efektif, baik cara berbicara maupun isi dari apa yang dikomunikasikan perlu disesuaikan dengan tingkat intelektual audiens, dan pembicara harus menggunakan bahasa yang dapat dipahami oleh pendengar tersebut.
- Qaulan Ma’rufa
Istilah “Qaulan Ma’rufa” mengacu pada kutipan yang tepat, ucapan yang tidak menyenangkan, penggunaan sindiran yang tidak menyinggung, dan menghindari menyakiti emosi seseorang. Selain itu, Qaulan Ma’rufa bermanfaat (maslahat). Menurut Tafsir Al-Qurtubi, Qaulan Ma’rufa Qurtubi berarti melembutkan kata-kata dan menepati janji. Qaulan Karima adalah cermin pengetahuan di media sosial, dan frasa yang baik juga dapat digunakan oleh remaja dalam posting media sosial mereka.
- Qaulan Layina
Yang dimaksud dengan “Qaulan Layina” adalah ucapan yang baik, suara yang merdu, dan sarat dengan silaturrahmi sehingga dapat menggugah hati seseorang. Karena Qaulan layina, orang yang kita undang untuk dihubungi akan memiliki kedamaian di hatinya, dan semangatnya akan tergugah untuk mau menerima kabar dari kita.
- Qaulan Maysura
Ungkapan “Qaulan Maysura” secara harfiah diterjemahkan menjadi “ucapan yang mudah,” yang mengacu pada bahasa yang sederhana, lugas, dan dipahami oleh komunikator. Dengan menggunakan Qaulan Maysura, kita dapat berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang lain menggunakan bahasa yang baik dan terpuji, yang membuat orang lain bahagia dan lega, yang lebih berharga daripada uang dalam jumlah besar.
Manfaatkan Media Sosial dengan Bijak Sambil Menjaga Etika Komunikasi Islami
Generasi muda dan platform media sosial bersama-sama membentuk bagian integral dari kekuatan pendorong untuk masa depan yang menjanjikan. Tidak dapat disangkal bahwa anak muda saat ini dapat dianggap berkualitas dalam hal sumber daya manusia yang tersedia bagi mereka; namun, moral dan etika mereka dalam kehidupan, khususnya kehidupan mereka di media sosial, masih sangat rusak. Kemudahan mengakses media sosial membuat moral dan etika mereka luntur. Terutama yang berkaitan dengan akhlak komunikasi Islam. Remaja Muslim harus menyadari bahwa ada kekurangan yang parah dari nilai-nilai agama di media sosial jika mereka tidak dapat melakukan kontrol yang bijaksana atas platform, karena ini merupakan tantangan bagi mereka. Pentingnya penyadaran bagi seluruh generasi muda dengan menerapkan nilai-nilai Islami di media sosial menjadi tantangan tersendiri. Generasi muda Muslim memiliki dilema bagaimana mereka harus bisa bergaul satu sama lain dan mengikuti perkembangan zaman sekaligus tetap bisa berpegang pada prinsip-prinsip komunikasi yang ada dalam Islam.
Generasi muda harus menyadari bahwa etika komunikasi bukan hanya tentang bertutur kata yang sopan tetapi juga tentang niat yang jujur, yang dapat ditunjukkan dengan kemampuan kita untuk tetap tenang, sabar, dan berempati ketika berbicara dengan orang lain. prinsip timbal balik antara orang-orang yang terlibat dalam komunikasi. Ketika menyangkut umat Islam, komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang sesuai dengan hukum dan prinsip-prinsip Islam yang ditemukan dalam Al-Qur’an dan Hadits. Hubungan antara standar moral dan harapan sosial adalah salah satu yang cukup intim. Ideologi berfungsi sebagai standar untuk menentukan perilaku yang tepat selain agama, yang berfungsi sebagai landasan keyakinan atau keyakinan publik. Di Indonesia, negara, negara, dan masyarakat semuanya berpedoman pada konsep Pancasila; dalam ideologi ini adalah standar komunikasi.
Sudah saatnya kita yang ambil bagian dari generasi muda untuk mengetahui situasi terkini dengan media sosial di zaman kontemporer ini. Generasi muda Muslim memiliki masalah dalam hal ini, dan tantangan itu adalah untuk menjadi dewasa dan berani mengambil tindakan yang tepat di media sosial. Generasi muda muslim di Indonesia harus mampu menunjukkan bahwa mereka mampu bersaing di media sosial saat ini dengan tetap berpegang pada prinsip-prinsip komunikasi Islam. Ini adalah tantangan yang dihadapi generasi muda Muslim di seluruh dunia.
*)Penulis adalah Mahasiswa STIE Muhammdiyah Tuban
