‎Jejak Ekspresionisme Lembah Setyowati, Pelukis Bunga yang Dijuluki Van Gogh dari Indonesia

waktu baca 2 menit
Lembah Setyowati, Van Gogh van Indonesia

KEMPALAN: Warna kuning yang menyala, merah yang berani, hijau yang pekat, semua berpadu dalam kanvas. Tekstur cat akrilik tebal menghadirkan dimensi timbul, membuat bunga-bunga itu seakan tumbuh nyata. Begitulah ciri khas karya Lembah Setyowati atau Mbak Nunung, pelukis asal Surabaya yang dijuluki publik seni Belanda sebagai “Van Gogh dari Indonesia.”

‎Mak Nunung menekuni aliran ekspresionisme yang menekankan pada luapan spontan emosi. Ia menggunakan pisau palet, bukan kuas, sehingga goresannya lebih berani, tebal, penuh energi. Teknik ini menjadikan lukisannya unik, bukan hanya gambar melainkan ekspresi jiwanya.

‎“Melukis bagi saya adalah cara mengekspresikan ide sekaligus meluapkan emosi,” tuturnya. Karena itu, karya-karyanya sering dianggap punya jiwa. Ada semacam getaran batin yang dirasakan penonton.

‎Objek favoritnya adalah bunga matahari. “Bunga ini mengandung nilai kehidupan. Selalu menghadap cahaya,” katanya. Tema itu ia angkat dalam berbagai ukuran kanvas.

‎Bunga matahari bagi Mbak Nunung bukan sekadar keindahan alam tetapi simbol keberanian untuk terus hidup dan mencari terang. Itulah daya tarik utama karyanya, visual yang indah sekaligus makna yang dalam.

Dari Surabaya ke Belanda

‎Perjalanan seninya membawanya jauh hingga ke Eropa. Pada 2003, ia menggelar pameran tunggal di Amsterdam. Karena gayanya dianggap mirip Van Gogh, ia mendapat undangan istimewa ke Cultureel Centrum Van Gogh, Zundert, kota kelahiran sang maestro. Di sana, lukisan bunga mataharinya laris dibeli pengunjung.

‎Pengalaman itu mempertegas posisinya sebagai pelukis Indonesia yang mampu menembus pasar internasional.

‎Kecintaannya pada seni lukis dipengaruhi ayahnya, Soewarno Harso, serta mertuanya, Wiwiek Hidayat. Meski tak menempuh pendidikan formal seni rupa, ia belajar otodidak dengan penuh ketekunan sejak 1980-an. Hingga kini, ia telah menghasilkan lebih dari seribu karya.

‎Kiprahnya sempat berhenti karena kesibukan di DPRD Surabaya namun kemudian ia kembali sepenuh hati ke dunia seni. Rumahnya kini disulap menjadi kafe Omah Lawas, ruang yang memadukan seni dan suasana hangat tempo dulu.

‎Daya tarik lukisan Mbak Nunung terletak pada keberaniannya dalam warna. Merah menyala, kuning terang, biru pekat, semuanya dipadu dengan ritme yang dinamis. Tekstur timbul dari pisau palet membuat bunga-bunganya lebih hidup, seakan keluar dari kanvas.

‎Banyak yang mengatakan karya-karyanya memberi energi positif. Bunga dalam lukisan Mbak Nunung seolah berbicara tentang cinta, keteguhan pun harapan.

‎Julukan “Van Gogh dari Indonesia” barangkali tepat, tapi lebih dari itu, Mbak Nunung adalah sosok yang menemukan identitasnya sendiri lewat seni. Ia membuktikan bahwa ekspresi jujur dari jiwa mampu menembus batas ruang dan waktu. Dari Surabaya ke Belanda, dari bunga matahari hingga kembang sepatu, goresannya selalu meninggalkan kesan mendalam.

Rokimdakas
‎Penulis Surabaya
‎6 September 2025

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *