Jalan Tasawuf KH. Syaiful Ulum Nawawi (3)

waktu baca 3 menit
K.H Syaiful Ulum Nawawi (*)

KEMPALAN: Ada kalanya kita melihat seseorang berusaha membangun kembali kebahagiaan yang sempat pudar, betapa inginnya merajut kembali mimpi-mimpi lama yang pernah tertinggal di sudut waktu.

Rumah yang sunyi dan sepi alangkah “betapanya” bila berubah menjadi ruang penuh tawa dan kehangatan. Seperti kepingan puzzle yang tercecer lalu tersusun rapi membentuk gambaran utuh tentang hidup yang dirindukan. Setiap pertemuan, setiap kebersamaan seolah menjadi jawaban atas kehampaan yang pernah mengisi.

Pagi yang terasa hambar lantas disambut dengan sarapan bersama ditemani percakapan ringan yang menghangatkan hati. Ada cerita-cerita sederhana yang terucap, ada tawa yang mengalir tanpa beban, ada kebersamaan yang tak ternilai harganya. Siang hari dihabiskan dengan menjalani hidup apa adanya tanpa perlu kemewahan karena cinta telah menjadikan segalanya terasa cukup.

Ketika malam tiba menjadi ruang bagi impian dan harapan. Mungkin hanya menonton film di televisi atau berbincang tentang masa depan tetapi kehadiran satu sama lain membuat semuanya bermakna.

Tak lagi ada kesepian yang mengikis, tak ada lagi bayang-bayang luka yang menghantui. Cinta yang tulus telah menjelma menjadi cahaya menerangi lorong-lorong hati yang dulu gelap dan dingin.

Siapapun yang pernah merasa tersesat dalam kerasnya hidup, menemukan cinta yang sejati adalah seperti menemukan jalan pulang. Sebuah keluarga yang tumbuh dengan kasih sayang dan saling mendukung adalah bukti bahwa kebahagiaan sejati tidak terletak pada gemerlapnya dunia tetapi dalam dekapan orang-orang yang mencintai tanpa syarat.

Hidup yang penuh makna bukanlah tentang keberhasilan yang tercatat di atas kertas namun tentang kehangatan yang terasa di dalam dada.

Kadang ada kesadaran bahwa kesuksesan materi tak akan pernah cukup jika hati senantiasa kosong. Cinta memberikan makna baru dalam hidup membuat segalanya lebih indah lebih berarti.

Mungkin takdir pernah membawa pada jalan yang berliku akan tetapi di ujung perjalanan disadarkan bahwa kebahagiaan selalu memiliki caranya sendiri untuk kembali.

Kadang hidup memberi kesempatan kedua bukan sebagai kebetulan tetapi sebagai anugerah bagi yang percaya bahwa cinta tak pernah benar-benar pergi.

Tulisan ini mengingatkan bahwa dalam ketidakpastian hidup ada satu hal yang tetap berarti yaitu hubungan yang tulus.

Tentu ada saat di mana bisa merasakan sakit dan kehilangan tetapi pada akhirnya selalu ada kesempatan untuk memulai kembali. Bukan untuk mengulang masa lalu tetapi untuk menciptakan kebahagiaan yang baru.

Sebab, sebesar apa pun kesuksesan yang kita raih jika kita tak memiliki seseorang untuk berbagi kebahagiaan maka sejatinya kita tak memiliki apa-apa.

Kebahagiaan sejati lahir dari cinta yang tulus, dari keluarga yang saling menguatkan, dari kebersamaan yang tak bisa digantikan oleh apa pun.

Tak ada kata terlambat untuk mencari kebahagiaan meski waktu sempat memenggal. Hidup selalu memberi kita ruang untuk kembali merengkuh cinta.

Pada akhirnya cinta adalah satu-satunya rumah yang tak akan pernah menutup pintu bagi yang ingin kembali.

Rokimdakas
9 Februari 2025

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *